Y

284 21 0
                                    


"Eitss kakak menang..." teriak Kak Dyo saat kami bermain ular tangga di ranjangku. 

"Kakak ini gak mau ngalah banget huuu..." aku manyun. 

"Eh ya wajar lah... kakak ini gak akan ngalah." Ucapnya percaya diri. 

"Ihhh kenapa? Gak sayang nih sama aku..." ketusku. 

"Kak Dyo sayang sama kamu ko... tapi sebagai kakak ke adiknya. Karena yang akan ngalah sama kamu itu, yang sayang kamu sebagai laki-laki ke perempuan. Ya contohnya Mario ..." panjangnya. 

Aku berhenti mengocok dadu ditanganku. 

"Kak please... buat Mario jauh dari aku..." aku mulai menangis dan memeluk kak Dyo. 

"Maksudnya? Kamu ini ngomong apa sih dek?" kak Dyo bingung. 

"Aku... aku gak mau lihat Mario setia sama aku, apalagi kondisi aku gini sekarang..." 

"Tapi bukan dengan menghindarinya dek, atau membuat dia jauh dari kamu... itu bukan solusi." Tegas kak Dyo. 

"Terus apa Kak? Aku gak mau Mario buang-buang waktu sama aku yang gak tau sembuh atau malah mati..." teriakku. 

"Hush!" kak Dyo mengusap keningku. 

"Kamu ini waras atau enggak? Memangnya kamu Tuhan? Segala sesuatunya bisa kamu tentukan sendiri? Jangan ngaco!" kak Dyo berdiri dan menuju balkon ruanganku. 

"Kakak juga laki-laki, kakak akan melakukan hal yang sama untuk orang yang kakak sayang. Apapun kondisinya, jadi kamu gak akan bisa buat kakak bantuin kamu..." aku menunduk.


---------------



Malam selanjutnya aku sendiri, mama dan papa harus kembali ke Singapore, kak Dyo sibuk di kampusnya. Mama dan papa ku punya hotel disana, karena sekarang sedang musim liburan ya memang sedikit sibuk. Kak Dyo mahasiswa tingkat akhir, bisa dibilang kak Dyo akan lulus sebelum waktunya. 

Aku tidak merasa kecewa sendirian di rumah sakit, bagus untuk meikirkan hal-hal kecil dan menenangkan diri. Aku menatap langit-langit di kamarku, pikiranku melayang pada semua mimpi yang aku buat bersama Mario. 

Mimpi itu adalah aku akan bersama-sama sekolah master di Oxford setelah menikah. Ya! Sejak awal pacaran Mario memang sudah sangat serius padaku, tidak ada niat untuk mempermainkanku apalagi membuatku kecewa. Mario laki-laki yang baik, tidak sepantasnya Mario bersamaku yang tidak akan lama lagi hidupnya. Aku menutup mata dengan lenganku. 

"Halo sayang... apa kabaar kamu hari ini?" Mario masuk dengan beberapa kresek di tangannya.

 "Kamu ngapain kesini?" ketusku. 

"Aku tau kamu sendirian, jadi giliran aku yang nugguin kamu malam ini." 

"Aku gak butuh." Aku masih ketus. 

Mario meletakan kresek tadi di meja, dan membuka jaket bombernya lalu duduk disamping bed ku. 

"Mau sampai kapan kamu menghindari aku? Sampai kapan?" Mario menatap kedalam mataku. 

Aku hanya diam dan memalingkan wajahku. 

"Kamu kenal aku bukan sehari dua hari, kamu tau gimana aku berusaha banget buat dapetin kamu, dan aku gak akan melepaskan kamu karena hal yang sepele." Mataku menatap Mario, ya! Mario adalah pejuang. 

Pada saat Mario nembak aku waktu itu, aku tidak langsung mengiyakan. Aku memberikan tiga tantangan pada Mario, dan Mario harus menyelesaikan tantangan itu dalam waktu satu minggu. 

Dareka no Tameni [COMPLETED]Where stories live. Discover now