Chapter 1

3K 151 9
                                    

Namanya Marsha, Videmarsha, gadis introved namun bertalenta. Berparas cantik, membuat siapapun akan betah berlama-lama memandang wajahnya. Ia nyaris sempurna dengan semua hal yang ada padanya, ia juga lahir di tengah keluarga berada namun hal itu tidak cukup untuk membuatnya mau dan berani membuka diri pada orang lain, sekalipun hanya untuk berteman.

Ia lebih senang sendiri, hidup dengan dunia nya sendiri tanpa orang lain. Tidak sedikit orang yang menganggap sikap Marsha itu tak wajar. Jika alasan nya adalah minder, ia minder karna apa? Ia nyaris sempurna di mata teman-teman kuliah nya. Bahkan banyak laki-laki di kampus yang ingin mendapatkan hati nya, tentu mereka harus bekerja keras untuk satu itu.

"Sha, lo nggak ke kantin?" itu Vanya, temen satu kelas Marsha.

"Nggak van, gue di kelas aja"

"Lo kenapa ga pernah gabung sama kita sih sha? Demen amat sendirian" Vanya heran dengan teman kelas nya itu.

"Gapapa lebih enak di kelas aja"

"Ikut gue yuk, sekali ini aja gabung sama temen sha" Vanya menarik tangan Marsha.

"Nggak, van. Gue disini aja"

"Ayolah sha, sekali aja, lo coba gabung sama kita. Kalo ntar setelah gabung, lo nggak nyaman, kita ga akan maksa lo lagi" kali ini Ruth ikut bersuara. Marsha menatap Vanya dan Ruth bergantian.

"Ga ada salahnya gue nyoba" gumamnya dalam hati.

"Oke, gue ikut kalian" yang langsung di sambut Vanya dan Ruth dengan senyuman lebar.

Itu menjadi pertama kali nya Marsha terlihat bersama dengan seorang teman.

Kantin Kampus •

"Eh eh liat tuh siapa yang bareng sama Vanya dan Ruth" Angga tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat, ia jelas tahu itu Marsha, yang membuatnya tidak percaya adalah kenyataan Marsha mau bergabung dengan Vanya dan Ruth.

"Eh anjir itu Marsha kan? Gue ga salah liat?" ujar Alif yang tak kalah heran.

"Nggak, lo nggak salah liat itu emang Marsha" kali ini Malvin yang berujar.

Mereka bertiga (Marsha, Vanya dan Ruth) berjalan menuju meja Malvin dan kawan-kawan untuk bergabung bersama.

"Kalian lagi pada ngomongin apaansih?" tanya Vanya ketika sudah di bergabung

"Nggak, nggak ngomongin apa-apa" bohong Malvin. "Siapa van?" lanjutnya pura-pura tidak kenal dengan Marsha, bagi Malvin sksd bukanlah gaya dia, karna walaupun Malvin tau dengan Marsha belum tentu Marsha kenal dia dan temen-temennya.

"Ah iya, Sha, kenalin ini Malvin, dia Angga, dan ini Alif" ucap Vanya memperkenalkan.

"Marsha"

"Bastian mana vin? Kok ga sama kalian?"

"Dia lagi ada kerjaan sama si Devin, Ruth. Tapi paling bentar lagi juga nyusul" jawab Malvin.

"Itu mereka, panjang umur baru juga di omongin" ucap Alif saat melihat Bastian dan Devin menuju ke arah mereka.

"Vinnn itu minum gue astaga" protes Angga karna Devin yang baru saja datang langsung mengambil gelas minumannya.

"Bagi dikit elah ngga, ntar gue genti. Aus banget gue" balas Devin, teman-temannya hanya geleng kepala melihat kelakuan cowok berambut biru itu.

"Jaim dikit vin ada cewek cantik" celetuk Alif, membuat Devin memperhatikan sekelilingnya, dan baru menyadari ada orang lain selain Vanya dan Ruth disana.

"Cewek itu" gumamnya dalam hati. Matanya bertemu dengan Marsha.

"Kenapa lo bengong gitu liatin Marsha, naksir ya lo" goda Vanya.

"Apaansih van" protes Marsha

"Becanda sha, kenalin nih ini Bastian kita sih biasa manggil kobas" Marsha menyambut uluran tangan Bastian.

"Nah yang ini Devin" lanjut Vanya lagi.

"Devin"

"Marsha"

"Akhirnya bisa kenal langsung sama dia" ucap Devin dalam hati.

Setelah selesai makan Marsha, Vanya dan Ruth beranjak untuk melanjutkan kelas mereka, karna sebentar lagi dosen mereka pasti datang.

Ada yang lain yang di rasakan Marsha. Perasaan terpenuhi yang selama ini tidak pernah ia rasakan. Kekosongan yang selama ini ia rasakan hari ini mulai sedikit terisi.

"Thanks ya Van, Ruth" ujar Marsha ketika mereka sudah di kelas.

"Thanks buat apa Sha?" tanya Ruth.

"Thanks karna lo berdua udah ngajakin gue ke kantin dan mau jadi temen gue" jelas Marsha.

"Ya elah kirain thanks buat apaan, ga usah berterimakasih Sha, kita seneng lo mau ikut bareng kita. Dan asal lo tau anak-anak disini juga pada mau jadi temenlo, cuma karna dari awal masuk kampus lo pendiem dan tertutup banget makanya mereka juga segan sama lo" Marsha diam mendengar ucapan Vanya.

"Dengerin gue Sha, gue gatau kenapa lo setertutup itu sama lingkungan sekitar. Tapi gue yakin pasti lo punya alasan. Lo ga perlu jelasin ke gue apa alesannya kalo lo rasa itu ga perlu, gue ngerti. Gue cuma mau nanya satu hal sekarang sama lo, apa yang lo rasain setelah gabung sama kita tadi?" lanjut Vanya. Marsha diam sebentar lalu mulai menjawab.

"Gue... gue seneng bareng kalian"

"Kalo gitu lo jangan pernah mikir buat jalan sendiri lagi. Mulai lah berteman dengan orang lain Sha"

"Iya... makasih ya Vanya, Ruth" jawab Marsha setengah ragu.

Dalam hati ia mencoba memantabkan keputusannya, tidak ada salahnya ia membuka diri lagi. Mungkin ini sudah waktunya.

Diruangan yang berbeda, tanpa sepengetahuan temen-temennya, Devin memikirkan pertemuanya dengan Marsha tadi. Gadis itu telah menarik perhatian Devin sejak pertama ia melihatnya di aula kampus saat masa pengenalan kampus. Namun sikap introved Marsha membuatnya sulit untuk melakukan pendekatan. Boro-boro pendekatan, untuk tau informasi tentang Marsha saja Devin cukup kesulitan. Ia berharap setelah hari ini akan ada hari-hari lain yang bisa ia lewati bersama Marsha, semoga saja.

----------------------------------------------------

Terimakasih buat kalian yang bersedia baca cerita ini, tolong tinggalkan vote dan komen ya supaya saya punya semangat buat lanjutin ceritanya 😅💙

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang