SEVENTH

65 2 0
                                    

Tahu tidak ? Kemarin aku diam-diam mengambil video dirinya dari lantai atas yang sedang sibuk mengurus anak-anaknya. Selama perjalanan menuju rumah kemarin, aku terus memutar video tersebut, memperhatikan setiap gerakan yang dibuatnya. Tidak salah lagi, dia benar-benar yang kuinginkan.

"Kalau kita berpapasan lagi hari ini, berarti dia memang jodohku," batinku. Tidak mudah bagi satu dua orang mahasiswa untuk berpapasan di kampus yang besar ini apalagi setiap harinya, terlebih kita bertugas dalam jurusan yang berbeda meskipun satu gelombang. Apalagi mulai hari ini briefing dan evaluasi akan dilakukan secara bergantian. Jurusannya mendapat giliran pertama dan jurusanku mendapat giliran kedua, begitu sampai hari terakhir. Jadi, kemungkinan untuk berpapasan pasti tidak gampang karena aku sendiri tidak selalu berpapasan dengan teman-temanku dari jurusan yang lain setiap harinya.

Sudah setengah hari, aku tak kunjung berpapasan dengannya. Dimanapun kulangkahkan kakiku, aku selalu memanggil namanya dalam hati, berharap dapat melihatnya meskipun hanya sedetik. Aku mulai putus asa.

"Ka Virly, ada yang kehilangan kartu identitas."

"Lagi ?," balasku. "Siapa ?"

"Yang tidak suka senyum itu. Siapa sih namanya ?," balasnya.

"Tidak tahu. Sudah coba cari ?," tanyaku.

"Sudah. Perlu dibuat yang baru atau tunggu dulu, Ka ?"

Belum sempat kujawab pertanyaannya, seseorang menarik perhatianku.

Dia dia dia ! Itu dia ! Aku tidak akan menyebutkan namanya. Dia melihat kearahku, tiga kali bahkan setelah dia melewatiku ! Jangan menatapku seperti itu tolong, aku bisa mati berdiri disini. Rasanya ingin segera menghampirinya untuk mengatakan, "Dari mana saja kau ? Kau membuatku gelisah dan putus asa." Tapi siapakah diriku baginya untuk menanyakan hal seperti itu ? Aku cepat-cepat menyelesaikan pembicaraan dengan salah satu temanku dan segera turun kebawah mengikutinya. Terlambat, dia menghilang. Padahal hari ini aku sedang berani untuk mencoba menyapanya duluan.

Ok. Bila kita berpapasan lagi hari ini ataupun besok, aku akan mencoba mencari alasan untuk sekedar memanggil namanya. Semoga keberanianku tidak hilang.

"Aku bahkan tidak tahu bahwa aku akan menjadi seperti ini. Tidak tahu mengapa kau dapat menjadi segalanya bagiku, hanya dengan begini saja."

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang