Karena, semakin kau mencintaiku. Maka semakin pula kau terluka pada akhirnya. – Jeon Jungkook.
oooo
"Kubilang menyingkirlah dari hadapanku!" Pria bernama Jungkook itu menghempaskan sebuah buket bunga indah yang sempat ia pandangi beberapa detik, dan kini buket bunga pemberian gadis bernama Jung Eunha itu tinggal lah sebuah sampah yang mengotori indahnya rerumputan di taman ini. Gadis itu termenung dengan segala rasa sakitnya.
Ya, lagi-lagi cinta gadis itu harus berakhir menderita. Perjuangannya selalu diakhiri dengan kata-kata dan perbuatan yang tidak pantas ia dapatkan.
"Kau tak seharusnya terus menggangguku. Apa kau dengar, huh?" Jungkook terus membentak Eunha. Kini rahang pria itu semankin menegas, mengartikan bahwa semua perkataan kasarnya pada Eunha bukanlah sebuah lelucon belaka.
Jungkook adalah cinta pertama bagi Eunha. Jungkook pun adalah pria pertama yang membuatnya berjuang untuk sembuh dari sakitnya selama delapan bulan ini. Semangat dari Jungkook kala itu sungguhlah bukan main-main, saat Eunha akan menyerah Jungkook selalu datang dan menyemangatinya untuk tetap bertahan hidup dan menikmati masa mudanya itu.
Entah mengapa semakin lama Eunha semakin merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ia merasa ada sesuatu dari dalam hatinya yang menandakan bahwa ia sedang jatuh cinta. Ya, jatuh cinta pada Jungkook, perawatnya saat ia sakit kala itu.
"Kenapa....?" Guman Eunha, gadis itu terus menunduk untuk menyembunyikan semua air matanya. "Kenapa dahulu kau begitu baik padaku. Kenapa dahulu perhatianmu begitu terasa istimewa bagiku? Dan kenapa kau selalu menyemangatiku saat aku benar-benar akan menyerah dengan semuanya. Kenapa?!" Akhirnya Eunha menaikkan nada bicaranya. Gadis itu tidak bisa lagi menahan perasaannya selama satu bulan ini yang selalu mendapatkan perilaku berbanding terbalik dari Jungkook.
Mengingat itu membuatnya ingin kembali sakit dan merasakan perhatian juga kepedulian dari Jungkook.
"Kau mengartikan semua perhatianku dengan berlebihan. Bukankah memang sepantasnya aku yang dahulu sebagai perawatmu ini untuk selalu menjagamu agar tetap hidup?" Eunha diam. Ia berfikir bahwa Jungkook memang ada benarnya, tetapi hatinya tetap tidak mau menerima semuanya bahwa yang dahulu Jungkook lakukan hanyalah sebagian kewajibannya untuk mengerjakan tugasnya. "Kembalilah, jangan temui aku lagi. Aku hanya akan membuatmu lebih menderita." Jungkook meninggalkan gadis itu sendirian bersama rasa sedihnya.
Eunha hanya bisa terduduk, kini air matanya sudah mulai memberontak dan tak bisa ia kendalikan. Sesekali gadis itu menepuk dadanya tempat dimana rasa sakit yang kini ia rasakan berkumpul bersama dan menumpuk membentuk sebuah belati yang kasat mata lalu menusuknya tanpa ampun.
"Astaga, Eunha!" Seseorang memanggil namanya dengan rasa cemas. Derap langkah yang begitu menderu terdengar dibalik telinganya yang semakin lama semakin berdengung itu. "Sayang, kenapa? Ada yang sakit?" Kini, seorang wanita parubaya itu ikut berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Eunha.
Eunha menggeleng, lalu tangan lembut milik wanita yang sempat menjadi dokternya itu mengelus surai Eunha dengan penuh kekhawatiran. Membuat kini tangisan Eunha semakin menjadi.
"Tenanglah, sayang." Kini dokter itu memeluk Eunha dengan renggang, berusaha untuk tak membuat Eunha kehabisan nafasnya.
"Ada yang sakit?" Tanya dokter itu saat mendengar kini tangis Eunha semakin menjadi dan lirih. "Sttt, sudah jangan menangis lagi. Kau sudah sembuh sekarang, jangan takut, penyakitmu sudah pergi menjauh darimu, Eunha-ya."
Mendengar itu membuat Eunha menarik tubuhnya agar terlepas dari pelukan dokter itu. Ia menatap kedua mata dokternya dengan begitu sendu, memberi isyarat pada dokternya bahwa saat ini ia benar-benar hancur.