04-Tugas team.

10K 750 8
                                    


"Jadi, kalian bisa?"

Aku memandang teman-temanku yang juga sama memandang satu dengan yang lain. Terkecuali Alden. Matanya tetap menandang Firrey yang memandang kami semua.

"Bisakah kita?" bisik Hans sedikit menundukkan kepalanya.

"Aku tidak tahu." Jawab Alma yang sedari tadi terlihat bimbang. "Tapi, ini akan menjadi petualangan yang bagus." Aku menganggukkan kepalaku setuju. Setidaknya kami berbuat sesuatu awal di sini. Bukan hanya duduk di perpustakaan setiap malam.

"Iya, ini akan menjadi petualangan, Wahai. Benar kan flat?" tanya Nou sekali lagi. Yang dibalas anggukan datar dari Alden membuat Hans dengan suka rela menepuk bahu Nou dan mulutnya membisikkan kata sabar yang samar. Aku menarik kedua sudut bibirku melihatnya.

"Baiklah, kita bisa, Tuan. Kapan kita diutus kesana?" Tanyaku mewakilkan teman-teman di kelompokku.

Firrey terlihat tersenyum senang lalu menjawab, "Besok. Pagi buta kita berangkat ke bagian ujung barat."

Aku menganggukkan kepalaku menyetujuinya. Firrey terlihat bangga pada kami. Lalu ia berkata, "Terimakasih, telah menolong Ibukota."

Kami menganggukkan kepala secara serempak dan menjawab, "Tak masalah, Tuan."

Iya. Kurasa menjadi Relawan di ujung barat tak masalah.

...•••...

Aku mengemaskan barang-barang yang akan kubawa besok. Syukurlah, saat di sekolah kami sudah mengikuti pelatihan khusus obat-obatan. Tak hanya itu, kita juga dilatih bak seorang militer. Namun, dengan dibumbui mantra-mantra sihir yang akan dibutuhkan suatu saat. Aku membawa satu tas ransel besar dengan satu tas selempang kecil yang kupergunakan untuk membawa sesuatu yang benar-benar sering dibutuhkan. Sedangkan, ranselku berisi pakaian yang cocok dikenakan saat di sana. Aku sangat antusias mengerjakan tanggung jawab yang telah diberikan oleh Firrey. Rasanya aku kembali mempunyai harapan untuk cita-citaku saat kecil dulu. Menjadi seorang dokter. Namun, bedanya disini aku hanya diutus menjadi seorang sukarelawan di bagian ujung barat Ibukota.

Menurut informasi yang kudapat tadi, bagian ujung barat Ibukota telah bersih dari penyerangan dan menjadi tempat pengungsian sementara. Walaupun, keadaan disana tidak bisa dibilang baik. Namun, jika pengungsiannya dipindah kearah Selatan yang notabenenya masih bersih penyerangan itu akan membuat penyerang akan semakin gencar pergi kearah Selatan. Dimana aku dan teamku tinggal. Dan para tetuah akan terancam.

Kami berangkat bersama menggunakan teleportasi salah satu penjaga disini. Aku berpikir, seorang penjaga dengan kekuatan teleportasi itu sangat hebat. Bagaimana bisa penjaga memiliki kekuatan spesial jika orang itu tak termasuk dalam golongan hebat? Hehe.

"Vidra, kau membawa stok makanan?" ucapan Hans membuyarkan lamunanku. Seketika aku mulai berpikir berapa banya stok makanan yang kubawa untuk besok dan seterusnya.

"Iya, tapi aku membawa stok yang cukup untuk tiga hari, Hans. Karena tas ranselku sudah tidak muat lagi," Ucapku sambil menunjuk ransel yang mengembung besar karena kelebihan kapasitas. Aku meringis membayangkan jika aku menggendongnya nanti.

"Tak apa. Nanti makanan kita dibagi rata. Agar semuanya kebagian." Aku mengangguk mendengar ucapan Alma. Untung saja, Team kita solid. Yaa, walaupun Alden tidak pernah menunjukkan sikap solidaritas dan rasa sahabatnya.

...•••...

Aku mengembungkan pipiku lagi. Sudah satu setengah kilometer kami berjalan kearah barat. Ingat kalian jika kami pergi menggunakan teleportasi? Iya, kita memang menggunakannya, tapi si penjaga salah membawa kami. Kami malah terdampar di perbatasan sebelah barat dengan selatan. Alhasil, kami harus berjalan sejauh tiga kilometer lagi untuk sampai di ujung. Untung saja, kawasan ini sudah bersih dari penyerangan. Tapi, lihatlah. Keadaan disini sungguh menyayat hati.

Mairy Academy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang