Part 1

39 0 0
                                    

Author

Andien menuruni satu persatu tangga menuju ruang makan. Saat sampai di meja makan, dia melihat Bunda yang sedang menyiapkan roti dan Ayahnya sedang membaca koran.

"Pagi Bun, Yah." seru Andien dan duduk di seberang ayahnya.

"Pagi sayang." sapa Bundanya tersenyum.

"Minum susu dulu An."

Andien meminum susu nya dan memakan roti selainya.

"Bunda nggak kerja?"

"Nggak sayang. Hari ini Bunda cuti."

"Yeaahhh!!" pekik Andien kegirangan seperti anak kecil yang dibelikan eskrim.

"Ehm." Ayahnya berdehem.

Andien menyengir. Pasalnya, jika sedang makan tidak boleh berisik. Itu kata Ayah nya.

"Tapi, besok.." Bundanya terlihat ragu untuk mengucapkan kata katanya.

"Besok ngapain Bun?" tanya Andien mengernyitkan dahi.

Ayah nya -Agus menghela nafas panjang. "Besok ayah ditugaskan beberapa hari ke kantor cabang Ayah. Jadi besok pagi Ayah sama Bunda berangkat." jelas Ayah nya memandang mata Andien.

Perlahan senyum Andien memudar. Berarti? Bukan kah Ayah dan Bunda nya meninggalkan nya sendirian dirumah ini?

Seakan tau isi kepala Anak gadis nya itu, Bundanya tersenyum. "Tenang aja sayang. Bunda udah percayai seseorang untuk menjaga kamu."

"Siapa Bun?"

"Aksa," jawab Bundanya santai.

Mata Andien membulat. Terkejut pastinya. Aksa? Perasaan nya makin tak karuan. Meskipun Aksa sahabat nya dan sering kerumah nya, bukan kah itu tidak diperbolehkan perempuan dan laki laki yang bukan Mahrom nya tinggal bersama?

"Kenapa harus Aksa? Kenapa nggak teman perempuan Andien yang lain?" kata Andien berusaha menenangkan pikiran nya.

"Emang kamu punya teman perempuan?" kata Bundanya menaikkan alisnya.

Andien bungkam. Dia sama sekali tidak memiliki teman perempuan. Rasakan Andien!

Andien mengerucutkan bibirnya.

"Berarti Andien disini sama Aksa?"

Ayah dan Bunda mengangguk. Tuh kan! Tebakan Andien benar.

"Bunda pasti sering hubungi kamu. Tenang aja, anak nya Dian nggak kayak yang kamu bayangkan kok." kata Bundanya menyebut nama Mama Aksa. Tetangga sebelahnya.

"Iya deh," Andien mengalah. Toh, dia tidak merasa canggung jika berduaan dengan Aksa. Karena memang mereka sahabatan.

Lalu Andien menjabat tangan kedua orangtua nya dan berpamitan untuk pergi ke sekolah.
Orangtua nya akan pergi ke Bandung untuk mengurus segala urusan yang Andien sendiri tidak tau. Andien semakin sedih jika ditinggal seperti ini. Dia takut kegelapan. Tapi bodohnya dia sama sekali tidak takut jika menyangkut horror.

•••

"Hei melamun aja," Agra mengusap wajah Andien dengan telapak tangan nya. Andien hanya melirik Agra sekilas. Saat ini dia sedang duduk di taman sambil merenung.

"Yahh gue dikacangin."

Andien diam.

"An.."

"Apasih Gra," sungut Andien kesal. Kenapa dia tidak bisa tenang walau sebentar saja?

"Yee gue kirain lo kesambet jin Tomang." celetuk Agra.

Andien memutar bola matanya. Malas berurusan dengan Agra.

ANDIENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang