Ilusi [END]

Bagian 2

Aku memang bukan manusia yang sempurna, tapi entah mengapa, para perempuan itu begitu menggilaiku.

Maksudku, tidak apa mereka menggilaiku, tapi kejadian tempo hari tak pelik membuatku sedikit sadar dengan apa yang seharusnya kulakukan.

☆☆☆

Hari Senin yang menyebalkan. Lagi, lagi, dan lagi.

Kemarin adik kelas, sekarang teman seangkatan.

Apa kalian tahu kesialan beruntun apa yang selalu kudapat?

Lagi-lagi ada gadis yang menembakku. Menyebalkan bukan?

Tapi bukan hanya kesialan yang kudapat hari ini. Akhirnya hatiku tertambat pada seorang gadis manis yang agaknya terlihat sedikit cerewet. Tolong catat ini demi keamanan nusa dan bangsa; seorang Raka Adriano, jatuh cinta. Ah, dunia sudah kiamat rupanya.

Gadis manis yang selalu kuberi senyum hangat, sehangat mentari pagi, ugh, mengapa aku jadi puitis seperti ini?

☆☆☆

Apa kalian mengenalinya? Gadis manis yang sedikit banyak cerewet, dengan rambut lurus sebahu dan, ah! Oh iya! Setahuku dia sekelas dengan Revita--anggota klub KIR-ku. Dan seingatku, sejak kelas sepuluh, aku belum pernah berbicara dengannya. Yah, maafkan aku yang terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sekolah

☆☆☆

Gita Adara. Ya ya ya, itu namanya. Maksudku, nama temannya. Kalian tahu kan maksud dari imbuhan 'nya' itu?

Siang ini Gita menembakku, ugh, aku benar-benar malu. Baru kali ini pula aku mendengar pernyataan cinta menggunakan kata saya-Raka, menggemaskan.

Tapi sayangnya, aku tak pernah punya perasaan apa-apa padanya, karena, yang kusukai bukan Gita,

Setelahnya aku benar-benar mengetahui nama gadis manis itu,

Namanya Pacifica.

[END]

☆☆☆

Dikit amat sih thor?

Sabar sabar, author ini memang lagi banyak ide, tapi kalau semua ide itu dijadiin satu cerita, itu nggak bakalan nyambung dan orientasi, konflik, dengan resolusinya bakal jadi panjaanngg banget.

Males ngetik lah yaww.

Oke, see you! Ketemu lagi di project author selanjutnya!

Kiss bye
😘😘😘

☆☆☆