O N E

58 9 6
                                    








Hari itu hari Sabtu. Hari dimana rutinitas manusia tampak lebih santai dari biasanya. Kecuali untuk seorang manusia kaku, Axel. Di saat jam mendekati waktu makan siang ia bahkan terlalu betah duduk di singgasananya. Dengan seksama ia memeriksa beberapa file yang teronggok di sudut mejanya. 

Bahkan ia masih tampak khusuk saat benda pipih -yang tak jauh darinya- bergetar dan berdering. Tak terganggu. Benda berwarna hitam itu telah terabaikan sejak ia mulai membuka lembaran laporan-laporan itu.

Namun ia harus rela kala sebuah suara intercom berhasil mengalihkan fokusnya dari berjilid - jilid kertas yang dihias beraneka huruf warna hitam.

"Selamat siang, Pak. Maaf, Mr. Hudson baru saja mengabarkan bahwa beliau menginginkan pertemuan dengan Anda diajukan siang ini, tepatnya saat jam makan siang di restoran Sushi di mall ... Berhubung Anda tidak memiliki jadwal setelah ini, saya menyetujuinya," ucap Ayumi setelah Axel mempersilakannya berbicara.

"Baiklah, aku akan segera ke sana."

"Oh, iya, Pak. Beliau juga sudah melakukan reservasi atas nama Frederick Hudson."

"Hm, baik. Terima kasih."

Axel segera membereskan meja kerjanya dan bertolak ke sebuah mall mewah di pusat kota tempatnya bertemu dengan calon investor untuk perusahaannya.

30 menit kemudian Axel tiba di tempat yang dijanjikan. Perjalanan cukup memakan waktu mengingat jarak perusahaan dan mall tersebut lumayan jauh, diperparah dengan padatnya lalu lintas siang itu.

Meja yang direservasi atas nama Frederick Hudson masih tampak rapi, belum ada orang yang duduk di situ. 

Frederick memang tak tanggung-tanggung untuk alasan pekerjaan. Ia selalu memprioritaskan privasi dan kenyamanan. Dia memesan sebuah meja di kelas VIP yang terletak di pojok dekat jendela sehingga orang di dalamnya dapat melihat keramaian kota, mengatasi sedikit kebosanan pengunjung.

Bukan Axel namanya jika ia hanya duduk melamun saat ada waktu luang. Setelah seorang pelayan menuangkan minuman untuknya, ia mulai berselancar untuk memeriksa beberapa file melalui emailnya. 

Kira - kira setelah 10 menit menunggu, datanglah Mr. Hudson dengan wajah ramah nan berwibawa.

"Sudah menunggu lama, Axel?" tanyanya seraya menarik kursi yang bersebrangan dengan kursi Axel.

"Ah, Mr. Hudson," Axel menjabat tangan Mr. Hudson yang terulur. "Bukan waktu yang lama," lanjut Axel dengan senyum kecilnya.

"Hm, seperti biasa, tidak menyiakan waktu," balas Mr. Hudson, merujuk pada Mac yang tergeletak di atas meja tersebut.

"Tentu. Tidak akan sesukses ini jika saya terlalu bersantai terhadap apa yang tidak dapat saya genggam. Hanya dapat memanfaatkan apa yang diberikan," sahut Axel bijak.

"Aku suka jiwa muda dengan gelora semangat sepertimu. Tapi kulihat kamu tidak pernah membawa seorang gadis, hm?" Mr. Hudson bertanya dengan nada menggoda.

"Aku pernah dengar pepatah, di balik lelaki yang sukses ada perempuan yang hebat, yah kira-kira seperti itu. Lalu bagaimana denganmu?"

Mr. Hudson memang orang yang menyenangkan. Bisa berbaur dengan siapa saja dan membangun suasana. Dia juga pintar memikat calon partnernya hingga akhirnya kontrak kerja sama ia dapatkan. Termasuk dengan Axel.

Setelah menandatangani kontrak kerja yang mereka sepakati, Mr. Hudson tetap melanjutkan pembicaran dengan Axel. Baik mengenai perkembangan harga saham, trending topik, keluarga Mr. Hudson, dan lain sebagainya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TijdmachineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang