Apakah ini yang dinamakan luka?
Sanggupkah aku menahannya sendirian?
***
Kala senja ombak pantai berdeburan, hening, tenang, dan mengingatkan masa laluku yang kelam.
Aku Reina Farzana seperti memutar kembali memori dimana hanya kejadian yang tak sampai 1 jam telah merenggut orang-orang yang aku sayangi.
***
"Aaaaaa!!!" pekikku.
Ternyata mimpi buruk membangunkan aku dari tidurku. Timun yang kububuhin dimataku semalaman kini telah berpindah tempat. Satu di samping kanan bantalku. Dan yang satunya entah kemana.
Hoamm.
Mataku masih saja berat untuk bangun seolah malas untuk menghadapi kejadian kedepan. Perasaanku bercampur aduk entah kenapa aku mendapat mimpi buruk itu. Semoga tidak terjadi sesuatu ya allah. amin***
[Tiup lilinnya... tiup lilinnya...
Tiup lilinnya sekarang juga...
sekarang jugaaa
Sekarang juga...]Sebelum meniupkan lilin yang menandai umurku ke 16 tahun aku memanjatkan permohonan kepada Allah. Berharap akan datang kebahagiaan yang akan mengalahkan mimpi burukku.
"yeyyyyy..." ucap semua keluarga kecilku sambil bertepuk tangan meriah.
Reina Farzana anak kecil bertubuh mungil dan pipi yang kemerahan sekarang sudah besar, sudah menjadi seorang gadis remaja yang akan memulai petualangannya diluar sana."selamat ulang tahun sayang" ucap mama dan papa seraya mengecup keningku dengan penuh sayang.
"thankyou ma..pa.. Reina bener-bener beruntung menjadi anak mama papa" ucapku sambil membalasnya dengan pelukan hangat.
"semoga mama papa bisa bertemu kamu lagi di umur 17 ya Reina sayang" ucap yang keluar dari bibir mama dan papa.
Aku terkejut dengan perkataan mereka yang menyelipkan banyak pertanyaan dibenakku.
" ngomong apaan sih ma pa. Ya pastilah kita akan selalu sama-sama" bantahku.
Deburan ombak pantai simeulue menambah kegirangan pesta ulang tahunku. Semua orang happy dengan kegiatan yang mereka lakukan. Mama papa dan aku berfoto dan sekejap foto itu telah jadi. Aku menyimpan foto keluarga bahagiaku dikantong saku kiriku.
***
Sekilas aku melihat ada kejanggalan.
"mama papa kemana ya? Kok tiba-tiba hilang" pikirku dalam hati sambil menengok kanan kiri.
Sekilas aku melihat mirip seperti mama dan papa sedang berjalan ke ujung pantai mendekati ombak. Ya karna pada saat itu pantai simuele sedang surut. Dan ternyata yang aku pikir mirip mama dan papa emang orangtuaku beneran. Aku berlari mendekati mereka. Kencang. Sekencang-kencangnya.
Tetapi langkahku terhenti ketika melihat ombak tinggi yang siap melahap siapa saja didepannya.
"MAMA...PAPA.." teriak terakhirku.
Semua orang berteriak histeris.
Tsunami.
Badanku sekarang benar-benar berada didalam air. Dengan samar aku melihat orang- orang yang berusaha menyelamatkan diri walaupun keadaannya sudah didalam air.
Benda-benda lewat tak karuan dan kadang menabrak tubuhku.
Tubuhku terseret mengikuti arus air dengan sangat cepat.
Ternyata tepat didepanku terdapat pohon yang juga terseret kearahku. Dan blamm. Pohon itu membentur diriku dan aku pingsan.
***
Perlahan-lahan mata redupku mulai terbuka.
Aku dimana?
Aku kenapa?Ku lihat sekelilingku ramai orang yang kesana kemari membopong orang luka, membawa kantong kuning berisi jenazah, dan terlihat di kanan kiriku mereka merengek kesakitan.
Tsunami itu...
"Aww" aku memegang kepalaku.
Lalu ku tundukan wajahku melihat keadaanku.
Mata, lengan kanan, dan kaki kananku lebam. Tiba-tiba saja terasa sakit dada kiriku. Ku arahkan tanganku memegang dada kiriku.Terselip foto keluarga kecilku tampak tersenyum riang. Astaga. Aku benar-benar lupa dimana orangtuaku saat ini.
Luka ditubuhku membuat aku merasakan sakit dan ditambah lagi orangtuaku yang hingga saat ini belum ditemukan.Sungguh pedih lukaku ini.
Ternyata mimpiku benar-benar terjadi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Untuk Kembali
Teen FictionHingga detik ini aku tidak bisa memberi alasan mengapa aku mencintainya segitu dalamnya. Jangan tanyakan seberapa besar perasaanku padamu, cukup tuhan yang tahu seberapa bosan ia mendengar namamu disini, didalam doaku. In 2006, 26th of december