Tidak sampai disitu saja. Obrolan kami berlangsung lama. Hingga akhirnya aku mengajak Rendra pulang.
"Ren, pulang yuk" ajakku
Rendra hanya menganggukan kepala tanda ia setuju. Tanpa berlama-lama kami langsung pamit dari rumah Karyn.
***
Langkah demi langkah kami lewati perlahan. Hanya suara kaki menapak yang kami dengar saat itu. Kami tidak ada berbicara panjang lebar karena aku sudah lelah letih lesu. Lengkap.
Ditengah perjalanan,
"Astaga aku baru inget" ucapku mengejutkan Rendra.
"Kenapa Rei? Ada apa?"
"Kamu tutup mata dulu deh."
Saat Rendra menutup mata, aku mengeluarkan hadiah kecil yang telah aku persiapkan tadi. Ternyata aku lupa memberikan kepada Rendra karena tadi keasyikan mengobrol. Ehehe. Maklum. Dah tuwir.
"Sekarang kamu buka mata kamu" kataku seraya meletakkan hadiah didepan matanya.
"Tarraaaaaa....."
"Ini apa Rei?" Tanya Rendra
"Kamu buka aja gih."
"Oke aku terima. Tapi aku buka dirumah aja. Ya?"
"Its up to you mas baper" kataku jail.
Kami melanjutkan perjalanan kembali. Angin sepoi-sepoi dengan mudah menggerakan helaian rambut panjangku. Gelap malam menambah hening suasana ini.
"Rei, sini dulu deh" pinta Renda sambil menarik tanganku.
Aku duduk dikursi panjang yang muat untuk diduduki oleh 2 orang.
"Ya?" Jawabku singkat
"Kamu sadar gak. Perlakuan kamu ke aku gimana? Dengan sikapmu seperti ini membangun setitik harapan dihatiku Rei. Setitik demi setitik mengumpul menjadi sesuatu yang besar"
"I love you Reina"
Rendra mengecup pipi kiriku.
Aku kaget dengan semua ini. Aku gak tahu apa yang harus aku lakukan. Rendra membisikan kalimat itu tepat disamping telingaku. Yang aku inginkan sekarang adalah sendiri. Ya. Hanya sendiri. Untuk menenangkan hati sekaligus pikiranku.
Aku membalikkan badan membelakangi Rendra. Dan saat itu ia menyentuh kedua tanganku. Dan sekarang, tanganku tepat digenggaman jari-jarinya.
Oh tuhan
Aku harus apa?Kedua matanya yang sayup menatap dengan diam kearah mataku. Sangat dalam. Gelap malam menjadi saksi kejadian dimalam yang dingin ini. Kejadian dimana Rendra menyatakan perasaannya kepadaku. Kejadian dimana untuk pertama kalinya ia mengecupkan bibirnya di pipiku. Kejadian dimana ia menggengam tanganku dengan erat dan sekarang ia menatapku dalam kesunyian malam.
Aku melepaskan tanganku dari genggamannya dan berpaling darinya. Jauh. Dan semakin jauh. Yang menjelaskan bagaimana perasaanku saat ini.
***
Ucapan Rendra semalam masih membekas dipikiranku. Susah untuk dilupakan.
Apa ini?
Mengapa semua seperti ini?
Bukan ini yang aku harapkan.Tok..tok..
Suara pintu kamarku terketuk."Ya?" Kataku
"Rei... Tante mau ke mall. Kamu mau ikut gak?" Tanya Tante Maya.
"Aku dirumah aja Tan. Lagian badan aku agak kurang fit."
"Ya udah. Tante gak masak. Kalau kamu mau makan, pesan aja atau makan diluar ya. Uangnya tante sisipkan didepan kulkas. Kalau butuh obat ambil dikotak p3k ya"
"Makasih Tan" ucapku lemas
Aku masih ingin sendiri. Benar-benar sendiri. Kalimat itu masih mengelilingi pikiranku. Aku memegang pipi kiriku. Merasakan kejadian semalam. Rasa resah bercampur aduk. Rasanya aku ingin melupakan semua ini. Menarik selimut dan memejamkan mata.
***
Kupoleskan sedikit blush on berwarna pink soft ke area pipi kiri dan kananku. Membubuhkan sedikit mascara dan lipcream berwarna nude. Aku sengaja menimpakan make-up untuk menutupi wajahku yang sedang mendung. Aku siap untuk ke kampus. Melangkahkan kakiku keluar rumah. Sendiri. Hanya suara sneakers pinkku yang aku dengar saat itu.
Angin bertiup kearahku. Dengan refleks rambutku melambai-lambai mengikuti alunan angin.
Karena angin terlalu kencang bagiku, masuklah beberapa butiran debu ke mataku. Dan sekarang mataku kelilipan. Perih. Huhuhu.
Aku mengucek mata kananku. Berharap kelilipanku akan sembuh. Tetapi malah jadi semakin perih. Aku butuh tiupan. Wkwk. Saking sibuk mengucek mataku, jalanku jadi tak terkendali dan akhirnya tersandung dan hampir jatuh. Tetapi seperti ada malaikat lewat secepat kilat. Tiba-tiba ada seseorang yang langsung menangkapku. Aku tidak melihat siapa orang itu. Dengan samar-samar aku berusaha melihat dengan jeli. Ternyata orang itu adalah Rendra.
Boom!
Aku langsung diam. Mengalihkan pandanganku dari dirinya.
"Hati-hati" ucapnya halus
Aku melangkahkan kakiku menjauh darinya. Aku masih kaget dengan kejadian kemarin malam. Untuk saat ini aku hanya ingin diriku sendiri. Tanpa orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Untuk Kembali
Novela JuvenilHingga detik ini aku tidak bisa memberi alasan mengapa aku mencintainya segitu dalamnya. Jangan tanyakan seberapa besar perasaanku padamu, cukup tuhan yang tahu seberapa bosan ia mendengar namamu disini, didalam doaku. In 2006, 26th of december