Aku mulai membangun kehidupanku dimana sekarang aku Reina yang harus mandiri dan kuat.
Sejak kejadian Tsunami itu, aku terpisah oleh orangtua dan juga sahabat kecilku. Rendra.
Sahabat yang penuh perhatian, suka menghibur, dan penasehat yang tepat. Bisa dibilang Rendra adalah my second everything. Cause my everyting is my parent. Right?
Dari kejadian itu harapanku pupus.
"Aku udah gak punya siapa-siapa"
Tetapi aku mulai lagi bangun dari awal, menata kehidupan baruku. Ya seperti lembaran kertas yang siap ditulisi sesuai kehendak pemilik. Apakah ia ingin menaburkan tinta hitam? Tinta kuning? Atau tinta biru?
Perlahan-lahan aku mulai meniti satu demi satu langkah untuk melanjutkan hidupku. Awal mulai kehidupan baru sejak aku pindah bersama Tante Maya, Adik dari Mamaku ke kota Jakarta.
***
“rei...reina.. kamu kenapa sih?” kata karyn
“kok bengong mulu. Gak diajak jalan salah. Diajak jalan malah bengong” lanjut karyn.
Akupun menoleh kepada Karyn dengan tatapan tajam.
“Aku keinget masa laluku Ryn kalo kamu bawa aku ke pantai. Kelam banget”
Karyn pun terdiam. Mungkin dia pikir perempuan seriang aku bisa juga punya masa lalu yang kelam.
***
“REINA!” teriak dosenku membuyarkan lamunanku.
“I iya pak. Maaf”.
Ternyata namaku telah dipanggil 3 kali dan aku baru sadar sekarang. Aku menghela napas lega karena untung saja aku tidak dikeluarkan dari kelas. Huft. Selamat.
***
Aku melangkahkan kakiku ke arah kantin. Suara mahasiswa yang sedang cekikikan menambah ramai susana kampusku.
Dikeramaian itu...
Entah kenapa bola mataku tertuju pada mahasiswa yang sedang duduk disudut kantin yang ditangannya terdapat secangkir teh.
Orang itu terlihat seperti tak asing bagiku.
Siapa dia?
Aku mulai memutar kembali otakku. Berpikir keras. Berusaha mengingat kembali orang-orang yang pernah ada dalam hidupku.
Astaga. Rendra. Ya dia adalah Rendra. Sahabat kecilku dulu. Kami sangat dekat sekali waktu itu. Dan Tsunami itu yang telah memisahkanku dengan sahabat kecilku. Sejak kejadian itu Aku pindah ke Jakarta bersama tanteku. Memulai kehidupan yang baru. Karena Mama dan Papaku telah dinyatakan hilang dan kemungkinan sudah meninggal.
“Reina ya?” sapa Rendra manis.
Aku menghampirinya.
“Kamu...” balasku lupa-lupa ingat.
“Ini aku Rendra. Kamu melupakanku secepat ini?”
“Aku gak lupa sih. Mungkin karena wajah kamu agak sedikit berubah makanya aku jadi sedikit lupa. Hehe”
“berubah gimana? Makin ganteng ya? Ah kamu”
“Apasih kamu kepedean banget jadi orang” bantahku halus.
“Oh iya. Kamu kuliah juga dikampus ini? Kok aku baru lihat kamu sekarang?” lanjutku
“Aku baru masuk juga dikampus ini. Dan ternyata kita bertemu lagi setelah sekian tahun lamanya kita berpisah” jawab Rendra sambil menyeruput teh kesukaannya.
Obrolan kami berlangsung lama. Ya bisa dibilang temu kangen lah. Setelah sekian lama aku baru ketemu dengan Rendra. Karena saat itu aku hanya berfikir
"Ah gak ada harapan untuk menantinya karna belum tentu yang dinanti akan datang kesini, ke kehidupanku"
Setidaknya ada secerca harapan yang terlintas dipikiranku untuk hal-hal kedepannya. Aku bersyukur kepada Allah ternyata dia telah mempertemukanku kembali dengan sahabat yang telah lama aku cari, Rendra.
***
Hari-hari kelamku perlahan-lahan mulai menampakkan warna-warna indah.
Seperti mentari indah yang terbit setelah menunggu lamanya gelap malam.
Seperti musim semi yang muncul setelah menanti lamanya musim gugur.
Seperti pelangi yang perlahan melihatkan warna warninya setelah hujan badai.
Canda tawaku mulai timbul kembali sejak kedatangan Rendra.
Ya dari dulu Rendra orangnya humoris, usil, dan tetap aja jail. Tapi kalau dia memberi nasehat. Jleb. Masuk banget. Seperti anak panah yang tepat sasaran. Tak pernah meleset.***
Divote dulu kali ya biar cepat meluncur next partnya. Thankyou:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Untuk Kembali
Teen FictionHingga detik ini aku tidak bisa memberi alasan mengapa aku mencintainya segitu dalamnya. Jangan tanyakan seberapa besar perasaanku padamu, cukup tuhan yang tahu seberapa bosan ia mendengar namamu disini, didalam doaku. In 2006, 26th of december