3

38 8 16
                                    

Minggu. Hari dimana biasanya kita mulai dengan sholat subuh-bagi yang muslim-dan dilanjutkan dengan ritual mandi. Kemudian pergi ke CFD-car free day-bukan untuk olahraga, tapi hanya sekedar untuk mencari sarapan, bertemu dengan teman. Dilanjutkan dengan hunting dan agenda lain ala anak kekinian sekarang.

Tapi tidak denganku. Dimana hari ini, ku mulai dengan sholat subuh. Kemudian kembali tidur dan bangun pukul 09.00. Mandi, dan stand by di depan tv.

Bosan? Pasti. Tapi aku juga males mau main keluar. Hingga aku pun menghubungi salah satu temanku via bbm, untuk mengajaknya bermain bersama.

Nafis : Hai, mbak! Sibuk enggak? Kalo enggak, bentar lagi setelah dzuhur aku otw ke rumahmu.

Riska Widya : Hehe, maaf dek. Aku lagi di taman kebon agung sekarang. Sekali lagi maaf ya?

Nafis : Iya, gapapa. Emang ngapain disana? Kok aku ga diajak?

Riska Widya : Aku takut kamu ga boleh.

Nafis : Kalo sama kamu pasti boleh, mbak.

Riska Widya : Iya dah. Pan kapan.

Nafis : Disana ngapain?-2

Riska Widya : Ketemuan ^_^

Nafis : Hrrr, kalo gitu aku ga bakal nawarin buat ikut. Yauda deh, aku mau ngajak mbak Hepni aja.

Riska Widya : Hepni juga ada disini.

Nafis : Lah, dia jadi autan dong? Kok dia mau?

Riska Widya : Nanti aja tak ceritain di rumah.

Nafis : Yauda deh.

Jadilah sekarang aku bagaikan serpihan rengginang di kaleng khong guan-eakk lebay-

***

Sekarang Minggu sore. Dimana biasanya, temen temen pada ngumpul di deket rumahku buat nambah dosa. Ya emang, mereka ngomongin orang alias ghibah.

Aku seringkali tak punya semangat untuk ikut bergabung. Tapi, apa daya? Rasa kepo selalu saja menang atasku. Iya, mbak Riska juga ada disana untuk menceritakan kejadian tadi siang.

Ketika aku masih diteras, ada seseorang yang manggil. Aku pun menoleh, dan mendapati seorang perempuan dengan rambut diurai yang sedang melambaikan tangan.

"Hei, dek" panggilnya dan hanya kubalas dengan senyuman. Setelah itu, segera pergi menghampirinya.

"Ayo cerita" pintaku.

Dia memutar bola matanya malas, "Iya iya. Sabar ga bisa?"

Aku pun mendengus, dan dia segera memulai ceritanya. Bisa menebak dia siapa? Tepat sekali, mbak Riska.

"Jadi ceritanya tuh gini, dek. Hafif ngajak aku ketemuan di kebon agung. Yauda, aku kesana sama Hepni. Disana, Hepni wajahnya melas banget. Karena Hafif kasian, dia nelpon salah satu temennya dan nyuruh buat kesana" jelasnya panjang kali lebar kali tinggi. Eh? Kok malah volume balok?

"Siapa? Dia dateng nggk?" Tanyaku.

"Dateng lah. Zaky kan anak uculan. Mau kesana kesini mah bebas. Ga kaya kamu." Tuturnya dengan senyum jahil.

"Ish, biarin. Aba sama Umi itu sayang ke aku. Btw, Zaky siapa? Yang itu kah?"

"Iya, bener. Zaky langsung akrab loh sama Hepni. Mereka keliatan cocok" katanya.

"Serius? Biarin aja dah mereka jadian. Toh, sama sama jomblo. Aku ikhlas lahir batin." Kataku dengan tertawa renyah.

Mbak Riska mencebikkan bibirnya seraya berkata "Yee, ngomong aja kalo iri. Kasian, dasar JOMBLO!" Dengan menekankan kata jomblo.

"Nggk ah. Ngapain iri coba? Jadi orang yang bisa chat sama Kafka aja, senengnya udah pake banget" kataku membela diri.

Tampak raut kaget di wajahnya. Sudah kuduga.

"Serius? Demi apa kamu bisa chat sama Kafka yang dinginnya ngalahin kutub utara?" Tanyanya dengan mata yang membulat. Lucu.

"Demi kutub selatan yang lebih dingin dibanding kutub utara" jawabku malas.

"Ih, dek Nafis. Jangan bercanda, ini aku serius" yakinnya.

"Aku juga serius kali. Menurut pelajaran geografi, kutub selatan masih lebih dingin dari kutub utara. Karena--"

Dengan cepat dia memotongnya "Iya iya. Tau, yang pernah ikut olimpiade IPS"

Aku hanya menyengir kuda.

"Beneran, Kafka chat sama kamu?" Tanyanya lagi.

"Ho'oh"

"Bahas apaan? Ngomongin apa aja? Cerita aku nggk? Dia--"

"Udah?" Potongku dingin.

Dia hanya mendengus kemudian mengangguk. Kondisinya mulai steril lagi.

"Sekarang aku yang cerita, oke?"

"Iya" angguknya.

"Jadi gini--"

***

Pendek? Vote nya dikit, jadi males update😂

Nafis.kaa

SEJENAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang