0.0 / Life

368 66 11
                                    

-Bella's POV-

“Bella, tolong bantu Mom merapikan kamar Josh!”

Ugh, bocah itu masih saja kekanak-kanakan padahal umurnya sudah menginjak usia  8 tahun dia masih belum bisa merapikan kamarnya sendiri.

“Tapi Mom, Josh sudah-”

“Bella, untuk kali ini—Mom repot mengurusi pekerjaan Mom yang baru..tolong ya?”

“Ugh, baiklah—Besok-besok tak akan kulakukan lagi” ujarku dengan setengah hati. Mom mengacak-acak rambutku gemas lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah layar notebooknya.

Dengan berat hati aku melangkahkan kaki ku ke arah kamar adik laki-laki ku yang satu ini. Belum sampai aku di kamarnya suara gaduh yang terdengar cukup keras. 

Kupastikan dia sedang menonton band rock favoritnya.

‘Gila’ batinku kembali mengomentari tentang Joshua. Setelah mempersiapkan mental untuk memarahi Josh. Dengan cepat aku memutar gagang pintu kamarnya,

“Josh!”  Aku setengah berteriak saat melihat keadaan kamarnya. 

Dua kata; Kacau balau

“Ini kamar atau kandang ayam?! Kotornya! Baju di sana-sini—kaus kaki? Bungkus makanan—stick playstation—selimutmu?!”

“Iya iya, Bells, aku sedang asyik menonton-”

"Sejak kapan kamu memanggilku Bells? hah?"

"Kapan yaa?" Josh mulai menjahiliku lagi.

"Joshua! cepat katakan sebelum aku mematahkan lehermu!"

“Iya,iya, cerewet" cibir Joshua sambil memajukan bibirnya.

"Um... Zayn yang—ups,” Josh menaikkan kedua alisnya sambil menutup mulutnya dengan tangannya sendiri--raut mukanya tampak panik sekaligus kaget.

Oh, aku sudah mengerti kenapa Zayn dari kemarin cekikikan di kamarnya tidak jelas. Ternyata dia bersama Josh ya! Josh juga tidak mengikuti les bahasa Jerman-nya kemarin.

 Oh ya, pasti aku belum bilang hal ini. kamarku dan Zayn bersebrangan. Dia tetanggaku, tetangga yang paling menyebalkan--tapi dia juga sahabatku.

“Um,um, maksudku, eh, aku-”

“cukup, akan kulabrak rumahnya!”

“Bella, jangan-”

“Tidak ada alas an,Jey” aku segera memutar tubuhku agar memunggungi Josh yang menarik-narik ujung kaos ku. 

“Oh ya, jangan lupa rapikan kamarmu!” Aku memutup pintu kamarnya dengan cukup keras. Sebenarnya aku tidak akan memarahi Zayn ataupun Josh. Malah perbuatan mereka membuatku happy.

Dalam artian, aku tidak mempersalahkan itu.

*

“Zack, aku mulai bosan tinggal bersebelahan denganmu,”

“Um, kok gitu,” nada suara Zayn terdengar parau. Dia memegangi dadanya dengan isakan yang terlalu lebay. Dia sangat pintar berakting kan?

“Zayn?”

“Hah? Bella.. Sinyal nya tidak terlalu bagus. Bells?”

“ZAACCKK?”

“BEEEELLLS?”

“ZAACCKK?”

“BEEEELLLS?”

“ZAACCKK?”

“BEEEELLLS?”

“ZAACCKK?”

“BEEEELLLS?”

“HENTIKAN ZACK, SINYAL IPHONEKU BAHKAN STABIL DAN TIDAK JELEK,”

“HAHAHA.. AKU HANYA BERCANDA,DUCKY.”

“APA DUCKY? AKU BUKAN BEBEK!”

“BUKTINYA KALAU KAMU MANDI PASTI LAMA BANGET. PAKE BANGET.”

“DARI MANA KAMU TAU?”

“KAN AKU SELALU MENGINTIP KE ARAH KAMARMU DAN MENGHITUNG SEBERAPA LAMA KAMU MANDI—DAN PERKIRAANKU KAMU MANDI 15 MENIT,”

“APA KAU MENGINTIP?”

“IYA DONG!” Zayn menyobongkan dirinya dengan menepuk-nepuk dadanya.

“HEY, BISAKAH KITA TIDAK BERTERIAK?”

“KAU YANG MEMULAINYA!”

Aku menatap tajam Zayn di sebrang sana yang sedang cekikikan tidak jelas.

“HEY,”

“Benar kan, kamu duluan yang berteriak!”

“ck, kamu ini Zack,”

“Aku mau mandi dulu, ducky,”

“Kalau aku ducky kamu jadi apa?”

“Aku? Um.. I’m the almost handsome Prince in the world!”

***

“Mom, apa ini?” Aku meletakkan sebuah map kertas--cukup tebal; berwarna cokelat tua di meja makan. Mom yang sedang mencuci piring, spontan melirik kearahku.

"Itu..."

“Um, Bella kau terlalu kecil untuk tahu,” Mom mematikan kran air yang daritadi mengalir dan menimbulkan suara yang cukup aneh. Aku mengerutkan dahi dan menyipitkan kedua mataku.

“Bahkan umurku sudah 14 tahun Mom!”

“Please mom?” aku memasang puppy eyes andalanku.Mom menghela nafas panjang dan mencoba berfikir; menurutku.

Braaak,

Hatiku seperti hancur berkeping-keping setelah Mom menjawab pertanyaanku. 

“Ini, Mom akan menikah lagi”

{}

Yeay! Leave you vote+comment(s), please? i need you feedback :'D

Love,

Amateur Writer -Ever-

Today ⇨ malikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang