Kim Taehyung

1.1K 117 0
                                    

.

December D

.

Jimin masih terjaga. Ia mendudukan dirinya di sofa sembari memejamkan mata, embusan napasnya teratur meski begitu sadarnya masih terjaga.

Jika saja Taehyung tidak mengenal Jimin dengan baik, jika saja mereka tidak tinggal bersama lebih dari satu atau dua tahun, jika saja ia dan Jimin tidak pernah mengucap janji untuk bersahabat sepanjang usia, mungkin saja Taehyung sudah mengira Jimin tertidur. Membangunkannya dan memintanya pindah ke kamarnya sendiri.

Hanya saja, ini Taehyung. Orang yang sudah tinggal bertahun-tahun bersama Jimin bahkan dengan bangga hati menyebut Jimin sebagai sahabatnya sehidup hingga matinya.

“Jangan terus berpikiran kau tidak cukup baik, Jimin-ah.” Ucap Taehyung. Sebelum ia duduk di sisi Jimin dan menyelimuti tubuhnya dengan jaket yang dibawanya.

Jimin membuka mata, ia tidak banyak bicara namun ia menatap Taehyung lekat-lekat, “Apa menurutmu aku sudah cukup baik?”

Taehyung mengangguk ‘tak acuh, jemarinya sibuk menekan layar ponselnya yang menampakan game online. Jimin sendiri akhirnya membiarkan Taehyung yang sibuk dengan ponselnya sebagaimana ia yang sibuk dengan pemikirannya.

“Memangnya kau merasa tidak cukup baik?”

“Ya, kurasa begitu.” Jawab Jimin. Diam-diam semakin menenggelamkan dirinya di balik jaket Taehyung yang beraroma parfum dan keringat yang bercampur jadi satu. Tidak apa, ia tidak peduli pada aromanya yang sedikit memabukkan. Jimin pikir, ia hanya butuh kehangatan. Malam ini dingin sekali meski pendingin ruangan di dorm mereka tidak dinyalakan.

“Dari mana kau tau?” Taehyung masih sibuk menekan layar ponselnya, “dari komentar hatersmu?”

Jimin diam.

“Kau terlalu memikirkan apa kata orang lain, kau terlalu peduli pada anggapan orang lain.” Taehyung mendesis.

Jimin lagi-lagi diam.

“Tidak berniat mengelak?”

Jimin akhirnya membuka mata, “Lalu aku harus bagaimana, Tae?”

“Cukup lihat aku,” Taehyung menggeram kali ini, “lihat Bangtan. Lihat orang-orang yang peduli padamu dan sadarlah bahwa anggapan orang-orang di luar sana tidak lebih penting dari anggapan orang-orang yang sayang padamu.”

Jimin tahu Taehyung jarang sekali mengeluarkan kata-kata pedas, Jimin selalu berpikir Taehyung tidak bisa serius karena yang dilakukannya selalu bertentangan dengan apa yang biasa orang lain lakukan. Ia terlalu unik dan abai pada istilah menjaga image.

Ketika suara riuh game di ponsel Taehyung terhenti, keduanya terdiam dalam hening yang mencekik.

“Jim,” Taehyung memanggil sekali lagi, “kau sudah cukup sempurna. Kau berarti bagi kami semua jadi berhentilah merasa dirimu rendah.”

Jimin tertawa, “Aku memang rendah, Tae. Aku tidak seperti kalian semua. Aku memang tidak pantas ada di sini.”

Jimin merasa Taehyung meninju sofa di sisi kepalanya keras-keras, “Katakan itu sekali lagi.” Marahnya.

Arti dari SosokmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang