2

4 1 2
                                    

" kegilaan ku "

Warning 17+

-

-

-

" tolong bunuh aku atau... " ia membulatkan matanya terkejut.

" a-atau a a-apa " suaranya bergetar seakan-akan maut akan menjemputnya.

_

_

_

_

_

_

Aku tersenyum sinis " atau kau yang aku bunuh " wajahnya seketika memucat dan itu sebuah kesenangan bagiku.

" gadis gila! " ia bangun dari duduknya dan mencoba menekan tombol lift.

Aku tertawa sumbang dan berdiri di belakangnya " bye " gumamkan ku pelan.

dan saat itu juga ku tendang tulang keringnya, ia menggeram kesakitan dan menahan amarah,  saat dia sedang sibuk menunduk untuk meraih kakinya, ku tarik kepalanya dan ku hantamkan kepalanya ke dinding lift.

Aku tertawa puas melihatnya tergeletak tak berdaya dengan darah mengalir dari kepalanya.

Setelah beberapa saat lift berdenting dan terbuka, ku seret pria itu keruangan papah, kududukan ia kesofa.

" andai saja kau tidak melawan nasipmu tidak akan semengenaskan ini " aku duduk di pangkuannya dan ku belai pipinya yang sedikit terkena darah.

" sayang sekali orang tampan seperti mu terluka. apa sakit? " ku sentuh luka di kepalanya.

Ku tatap wajahnya, ku dekatkan wajahku hingga hidungku bersentuhan dengan hidungnya, dan detik berikutnya bibirku telah menempel dengan bibirnya, ku lumat bibir bawahnya pelan, tanpa sadar air mataku berjatuhan.

Diriku yang sebenarnya meronta ingin bangun, aku menolaknya dengan sangat, ku hapus air mataku.

Ku lanjutkan aksiku. ku ciumi dengan bringas mainanku, kini ciumanku turun di rahang berlanjut di leher setelah puas membuat tanda kepemilikan.

Ku tarik dasinya kasar dan ku tarik kemejanya hingga kancing kemejanya berjatuhan di lantai.

Aku tersenyum miring tubuhnya lumayan, aku mulai menciumi setiap inci dadanya hingga perut.

Setelah puas dengan mainanku. aku berdiri dari pangkuannya dan berjalan ke meja kerja ayahku, aku menghubungi resepsionis untuk membawa mainanku yang tengah sekarat ke rumah sakit atau dia akan mati, setelah menghubungi resepsionis aku kembali berjalan menghampiri mainanku, ku kecup pelan bibirnya, lalu aku berbisik di telinganya " terimakasih "

Aku bergegas keluar dari ruangan papa dan berjalan kearah lift, ku tekan lift khusus petinggi perusahaan setelah terbuka aku langsung masuk dan  menekan tombol lantai dasar.

Setelah beberapa saat pintu lift pun terbuka, aku bergegas melangkah meninggalkan gedung perusahaan papa.

Semua orang menatapku aneh bagaiman tidak dengan penampilan ku yang sangat mengerikan banyak darah menempel di seragam putihku dan jangan lupakan aku tidak menggunakan alas kaki, serta rambutku yang agak kusut di tambah tatapan dingin ku yang tajam.

Taksi yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba, aku pun langsung masuk " perumahan cemara, blok D, nomor 12 " kataku dingin.

Aku menatap pemandangan jalan lewat kaca mobil, dan kejadian hari ini berputar-putar di kepalaku.

Seketika kepalaku berdenyut-denyut dengan keras, ku remas kepalaku dengan kedua tangan ku, Aku menjerit kesakitan.

" mbak? Mbak kenapa mbak? " supir taksi panik melihat kondisiku " saya bawa kerumah sakit ya? " aku menggeleng ke arahnya " tidak pak bawa saja ke alamat yang saya beritahu " aku mencoba menahan sakit yang menerpa kepalaku.

sakitnya menjadi-jadi dan perlahan kesadaranku menghilang.

*****

Samar-samar aku mendengar suara seseorang memanggilku dan goncangan di pundak ku, membuatku terbangun.

" mbak bangun mbak sudah sampai, mbak? " aku mengerjakan mataku pelan.

aku mengandarkan tatapanku keluar kaca mobil, sekarang aku berada di depan rumah. aku mengernyit dahi, bukankah aku tadi berada di kantor papa dan bukannya aku juga sedang beradu mulut dengan papa.

" mbak apa kepalanya masih sakit? " tanya supir taksi yang menatapku khawatir.

Aku semakin bingung, lalu ku gelengkan kepalaku pelan, ku ambil selembar uang seratus ribu dari saku, lalu aku turun dari taksi.

Aku berjalan masuk kedalam rumah, ku naiki tangga dengan tergesah, aku takut mama tau kepulanganku, dan ini akan semakin runyam.

Aku buka pintu kamarku pelan setelah masuk ku kunci pintu kamarku.

Aku duduk di depan kaca riasku, aku mencoba mengingat-ingat apa saja yang ku lakukan.

Apa yang ingin kamu tau?

Aku melihat ke segala arah dan tidak ada siapa-siapa.

Siapa yang kamu cari?

Aku semakin was-was kulirik kiri dan kanan ku.

Aku disini, aku adalah kamu, kamu adalah aku.

Aku tertawa sumbang sungguh mustahil bagiku.

Tidak percaya? Ingin bukti?

Aku membelalakkan mataku, suara itu terngiang-ngiang terus di kepalaku, namun selalu aku tepis.

" k-kau siapa? " ku beranikan diri untuk bertanya, walau saat ini aku sangat takut.

Aku? Kau masih bertanya siapa aku? Aku adalah dirimu.

" bukan! kau bukan aku! Iya kau bukan aku! Bukan! Bukan! bukan! " suaraku semakin kecil di ganti dengan isak tangis.

aku pelindungmu jadi percayalah padaku.

Suara-suara aneh semakin menggema dalam kepalaku, membuat kepalaku berdenyut nyeri.

Aku mengerang kesakitan, ku tarik rambutku ke segala arah, namun yang terjadi kepalaku menjadi semakin nyeri, dan perlahan kesadaranku menghilang.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BedakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang