Reason To Stay: It Gives Nothing

2.8K 615 42
                                    

"Heh, mau ke mana kamu?" tanya mama sambil mencegatku di pintu rumah.

"Ke sekolah, dong. Mama kok nanya?" tanyaku.

"Ngapain, nggak usah. Mama udah bilang kan kamu di rumah aja." Mama melambaikan tangannya seperti mengusir–dalam konteks ini memintaku kembali ke kamar.

"Ih, udah telat ini. Mama jangan bercanda, deh."

Mama mendorongku masuk ke dapur, melepaskan tas di punggungku dan menyerahkan sebutir kentang.

"Kupas, nggak usah banyak nanya," titah beliau.

Di sinilah aku sekarang. Mengupas kentang di pagi hari bersama mama yang sedang memotong wortel–mempersiapkan pastel untuk diantar. Entah apa yang merasuki mama akhir-akhir ini.

Ingin rasanya bertanya, tetapi mood mama sedang kurang baik.

Akan kutanyakan nanti.

.....


Javin Abdul Mahad artinya anak muda yang taat pada Tuhan dan baik. Begitu harusnya ia. Namun, semua berubah semenjak ia mengenal sekolah. Entah kenapa semakin tinggi jenjangnya, semakin mengenaskan.

Matanya yang berbinar semakin meredup di jenjang yang semakin tinggi, waktunya sampai di rumah pun bersamaan dengan kembalinya matahari ke peraduan.

Seperti warna celananya, pergaulannya pun makin abu-abu. Tak jarang tercium bau bakaran abu di seragamnya. Cara bicaranya pun menjadi kasar seperti batu kali yang tergerus air sungai.

Begitu juga kulihat di berita koran. Anak-anak lain sepertinya lebih parah dari Javin. Perundungan, pemerkosaan, dan perilaku buruk lainnya terjadi di sana.


Apakah keputusanku memasukannya ke dalam sekolah adalah sebuah kesalahan?

Semua paradoks itu membuatku memberhentikan Javin sekolah sampai kami menemukan jawabannya.

Bila memang benar faktanya buruk buat apa ia lanjutkan?

Itu tidak memberinya apapun.

Mama Told Me To Stay At HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang