Symphony

745 69 13
                                    

  Life was stringing me along
Then you came and you cut me loose
Was solo singing on my own
Now I can't find the key without you  

Bastian menatap perempuan yang terbaring di kasur itu, dari kepala hingga ujung kaki. Ia tertidur pulas, tidak sadar akan kehadirannya. Satu yang menarik perhatian Bastian setelah melihat perempuan itu.

Luka biru yang ada di wajah perempuan itu. Beribu pikiran melayang di otaknya. Namun, Bastian hanya akan menjawab rasa penasarannya setelah mendengar ucapan dari perempuan itu.

"Bastian..." ucap perempuan itu setelah terjaga dari tidurnya. Ia memanggil nama Bastian lemah, namun cukup untuk menyadarkan Bastian dari lamunannya.

"Hey, Bel. Gimana? Udah baikan?" tanya Bastian santai namun masih terdengar sarat cemas dari suaranya.

Bella mengangguk lemah. Ia memaksakan senyum meskipun wajahnya masih terasa kaku.

"Oke, Bel. Gue bukannya orang bodoh yang bisa lo bohongin ke orang lain." Bastian menunjuk luka yang membiru di wajah Bella. "Gak mungkin orang yang terjatuh karena gak bisa jaga keseimbangan badan bisa terluka seperti itu."

Bella bungkam. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan Bastian.

"Varel yang buat lo begini?" tanya Bastian lagi. Ia masih teringat Bella bercerita tentang mantan kekasihnya yang pernah melakukan kekerasan karena tidak terima diputus oleh Bella begitu saja.

"Bukan. Bukan dia kok," jawab Bella lemah. Memang sakit untuk tersenyum, namun ia tidak bisa menahan perasaan bahagianya melihat Bastian yang mengawatirkannya.

"Thank you, Bas," ucap Bella membuat Bastian bungkam.

"Don't mention it," balas Bastian singkat. Saat itu ia hanya merasa bersyukur bisa melihat keadaan perempuan itu membaik. Alasan atas rasa syukurnya adalah karena ia merasa dengan waktu cepat ia akan bebas dari rasa tanggung jawab dan kembali menemui Bintang secepatnya.

"How can't I. You saved me not only today but also yesterday," ucapan Bella mengarah pada kilas balik suatu peristiwa. "Tujuh tahun yang lalu. When we were highschool. You always saved me since that day. Andai kamu tau, beberapa tahun kita lost contact. That time when I feel really lost you, gue lihat lo di layar kaca. That makes work hard untuk bisa berada di posisi ini. Dan pada akhirnya kita berada di garis yang sama. Gue bahagia, Bas."

Setelah itu tidak ada yang bicara. Bella tidak melanjutkan ucapannya karena ia takut, jika ia melanjutkannya, akan dua kemungkinan yang terjadi. Bastian akan berada di sisinya, atau bisa saja lelaki itu akan menjauhinya.

Sedangkan Bastian tidak sengaja terhipnotis pada ucapan Bella. Diamnya karena ia mengingat tahun-tahun di mana ia pernah memiliki peristiwa menyenangkan bersama perempuan itu. Ia ingat pada pertemuan pertamanya dengan perempuan itu. Ia menyelematkan perempuan itu dari gangguan siswa lain yang menganggap Bella tidak layak untuk hidup. Ia masih ingat hari-hari ketika ia menjadi sahabat perempuan itu. Hanya sahabat, tidak lebih dari itu. Itu yang selalu di pikiran Bastian. Meskipun masih jelas di ingatannya ketika melihat Bella bersama lelaki lain membuatnya kesal.

Namun, beribu kali pula Bastian selalu mengatakan hal itu pada dirinya. Ia dan Bella hanya bersahabat. Tidak lebih dari itu.

"Bas..."

Bastian bangkit dari posisinya ketika Bella kembali menyapanya.

"Gue pulang dulu, boleh? Tadi gue belum cukup istirahat."

Bella diam beberapa saat, namun setelah itu ia mengangguk lemah.

"Thank you, sekali lagi, Bas. Hati-hati di jalan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang