Part 2

35 6 0
                                    

"Pagi anak-anak." sapa bu Dian wali kelas IX-IPA 1, wali kelas Aila.

Hari ini Aila memutuskan sekolah setelah kejadian semalam. Meskipun Rio meminta bahkan memaksanya untuk tidak sekolah tapi Aila tetap akan sekolah karena akan menyelidiki si 'penero' itu.

"Pagi bu." jawab seisi kelas serempak meskipun ada beberapa yang tidak menjawab sama sekali.

"Hari ini kita kedatangan dua siswa baru, kalian tahu? Mereka kembar. Oke, perkenalkan nama kalian."

Terlihat dua orang orang masuk ke dalam kelas. Good, mereka kembar. Lumayan cantik. Rok selutut. Sepatu nike. Tas converse hitam. Dan rambut yang sama panjang dan di gerai. Sama-sama tidak ada perbedaan!

"Hai. Nama gue Ayu, mohon bantuan biar gue bisa berinteraksi dengan kalian." Salah seorang dari mereka memperkenalkan diri duluan. Dia kira-kira lebih tinggi 2cm dari orang di sebelahnya, mungkin ini adalah perbedaan keduanya. Tinggi.

Selanjutnya, yang di samping siswa baru tadi memperkenalkan namanya "hai. Nama gue Iya. mohon bantuannya buat interaksi sama sekolah dan teman-teman semua."

Ayu dan Iya. Setelah memperkenalkan namanya, Ayu dan Iya duduk di bangku belakang Aila dan Yuni yang berjarak satu bangku.

***

Saat istirahat tiba, meja Ayu sama Iya di kerumuni teman sekelasnya, Aila dan Yuni juga ikut mengerumuni mejanya. Ikut memperkenalkan nama mereka berdua kepada Ayu dan Yuni.

"Yuyi kita berdua mau ke kantin. Lo berdua ikut kaga?" tanya Aila yang hendak bangkit dari tempat duduk di depan Ayu dan Iya.

"Yuyi?" tanya Yuni bingung.

"YuYi itu singkatan Ayu Iya biar simple manggil mereka berdua gitu." Aila menjelaskan sambil nyengir.

Seisi kelas yang mendengarkan penjelasan Aila hanga ber 'oh ria.

"Kita berdua ikut."

***

"Yun, lo ngerasa gak kalo ka Tian ngawasin kita? Tepatnya lo doang sih." Aila mengalihkan pandangannya dari Tian ke bakso di depannya.

"Ka Tian? Siapa tuh?" tanya Yuni bingung.

"Ituloh kak Septian! Sohib abang gue si Rio kampret!" Aila menunjuk meja yang diduduki Rio dan Tian. Mereka tidak hanya berdua, ada si cool Daniel, sama si Yoga sinting.

"Apaan dah! Perasaan lo kali. Dia kan playboy la! Udah punya Ica!" omel Yuni.

"Dih biasa aja kali, Eh YuYi lo berdua ada yang naksir gak di meja sana?" Aila kembali menunjuk meja yang di duduki Rio and the genk.

Ayu dan Ayi hanya tersenyum malu-malu. Maksudnya apaan?

"Gue tertarik sama yang barisan kedua dari sebelah kanan." terlihat wajah Ayu yang merona merah.

"Daniel?!" teriak Aila dan Yuni kompak.

"Buset dah, tuh mulut kecilin dikit napa?!" umpat Ayu.

"Apaan manggil gue?!" suara itu, suara Daniel!

"Geer lo, yang nama Daniel bukan lo doang! Kita tuh lagi ngomongin Daniel anjingnya Ayu. Iyakan yu?" Aila dengan cepet menyembunyikan fakta sebenarnya.

Ayu gelagapan membuat tawa Daniel seketika pecah. "Hahaha, lo emang jago ngeles la. Tapi ngeliat ekspresi teman lo kayak gini, gue yakin kalian ngomongin gue. Naksir ya?!" Daniel menaik turunkan kedua alisnya. Najis!

Baru saja Aila ingin menyangkal ucapan Daniel, ponselnya bergetar.

*** : Hey bitch! Lo penasaran sama gue kan? Bisa ke belakang sekolah lo sebentar? Gue nunggu lo di sini. Dalam lima menit udah nyampe. Ingat, jangan bawa orang lain kalo lo gak mau orang itu kenapa-napa.

Aila menghela nafas kasar. Sebenarnya dia sangat takut, tapi apa gunanya jika dia terus tenggelam dengan rasa takut? Jadi dia memutuskan untuk menganggap ini baik-baik saja selama orang itu belum bermain fisik. Belum bukan berarti tidak, kan?

"Eh anu.. Gue ke toilet bentar ya. Kalian lanjut makan aja, gak usah nunggu gue. Kalo selesai duluan aja. Jangan kangen sama kecantikan gue ya. Bye." pamit Aila meninggalkan mereka semua melongo.

Tadi katanya mau ke toilet, bukannya toilet belok kiri? Tapi kenapa belok kanan? Kemana dia?

Sadar akan hal itu, Aila memilih balik dan belok kanan sambil nyengir menatap teman-teman dan genk kakaknya yang menahan tawa.

Aila memilih berputar untuk sampai ke belakang sekolahnya. Sepanjang perjalanan logikanya terus berceloteh, kenapa harus belakang sekolah? Itu kan tempat yang jarang di datangi siswa di sekolahnya. Atau jangan-jangan peneror itu sudah menyusun rencana? Tapi apa? Apa dia akan membunuhku? Atau mengambil surgaku?

Aila merasa cemas sepanjang perjalanan. Dia akan kesana, dia akan mencobanya.

Saat sampai di belakang sekolah, terlihat jelas kalau tempat itu kosong. Sunyi senyap.

Aila merasakan perasaannya tidak enak. Namun ditolaknya mentah-mentah perasaan itu. Ponselnya kembali bergetar.

*** : berani juga lo datang. Cari mati ya? Niat mau nyusul 'mereka'?

Pesan yang kembali membuat Aila diam membeku. Di telfonnya kembali nomor yang berbeda setiap kali mengirimnya pesan itu, tapi sia-sia. Tidak aktif, selalu seperti itu.

Aila melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah bangku di bawah pohon besar yang masih berada di area belakang sekolah.

Kreek.

Suara itu membuat Aila kaget. Ternyata hanya ranting kering yang tidak sengaja diinjak Aila. Tapi kali ini...
.
.
.
.
.
Bug!

👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻

Up❤

Hayooo itu suara apa😂

Tolong kritik dan sarannya guys😘

Vote & comment jangan lupa😙

MIKAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang