Part 3

24 6 0
                                    

"Aila!" teriak Rio yang melihat adiknya jatuh di dalam sebuah lubang yang sepertinya jebakan. Segera dihampirinya adiknya yang mungkin sudah panik itu bahkan ketakutan. "Aila! Lo gapapa?!"

Aila berteriak memanggil kakaknya itu berkali-kali meminta bantuan. Rio terlihat panik dari atas sana. "Bentar, gue ambil tali dulu. Kalau tangga gak memungkinkan karena lubangnya yang terlalu kecil dan dalam. Gue akui yang buat jebakan hebat."

"Jangan lama-lama! Gue takut!"

Lima menit berlalu tapi Rio belum datang juga. Aila semakin panik mendengar ponsel yang ikut jatuh bersamanya bergetar.

*** : gue udah bilang kan jangan bawa orang? Tapi kenapa ngelanggar?! Jangan salahin gue orang itu kenapa-napa.

Deg!

Aila kembali menangis membaca isi pesan itu, "Lo tuh sebenarnya siapa sih?! Gue punya salah apa sama lo? Jangan lukain orang-orang terdekat gue!" meskipun berteriak sekencang mungkin, Aila sadar semua itu percuma terkecuali jika orang itu ada didekatnya atau menaruh alat penangkap suara.

Hari semakin gelap. Aila sudah tidak sanggup menangis karena air matanya sudah keluar banyak. Dalam hati dia berdoa semoga kakaknya baik-baik saja dan dia bisa secepatnya keluar dari sini.

Aila mendecak sebal karena ponselnya yang mati. Dia sudah sangat takut sampai lupa meminta bantuan orang lain dan dia mengingatnya saat ponselnya tidur alias kehabisan baterai.

Aila pasrah jika ini memang ajalnya, "mama,papa,kak Rio maafin Aila. Sahabat-sahabat Aila maaf kalo Aila banyak dosa. Justin suami Aila yang belum sempat nikah sah yang nikahnya dalam mimpi doang, jaga hati sama 'anu' kamu yaa. Tunggu Aila di akhirat-" karena terlalu banyak berbicara tubuh Aila semakin lemah, dan tidak berdaya sebelum akhirnya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gelap.

***

"Rio! Dimana Aila?! Hah?!" bentak laki-laki yang berumur sekitar 40th dengan wajah emosi. Sedangkan wanita disebelahnya menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. "Mas, kontol emosi kamu. Kita bicarain ini baik-baik. Rio juga sudah bilang dia sudah mencari Aila keseluruh ruangan bahkan tempat di sekolahnya tapi tidak ada. Dia juga sudah mendatangi semua teman-teman sekelasnya tapi tidak ada. Aku juga khawatir bahkan melebihi kamu. Tapi apa kita akan menemukannya jika hanya memarahi Rio saja?" wanita itu bangkit dan mengelus punggung laki-laki yang sudah tidak bisa menahan emosi mendengar anaknya tidak di temukan dimana mana.

"Maafin Rio pa,ma. Rio gak bisa jadi abang yang baik buat Aila. Rio gak bisa jaga Aila dengan becus. Terakhir kali Rio lihat Aila yang katanya ke toilet. Tapi saat Rio mau jemput dia pulang, kata teman-teman sekelasnya dia sudah tidak balik lagi semenjak istirahat pertama. Rio udah berusaha nyari tapi hasilnya nihil." Rio menunduk. Suaranya yang bergetar menahan tangis membuat kedua orangtuanya kasihan,mereka sadar ini bukan salah Rio.

***

Hari ini satu sekolah gempar tentang kabar menghilangnya Aila. Rio,Yuni,Ayu,Iya,Tian,Daniel, dan Yoga berkumpul di kantin yang belum ramai. "Jadi Aila belum di temuin?"

Rio hanya mengangguk. "Gue gagal jadi abang."

Mereka tahu Rio tertekan, dilihat dari penampilannya yang biasanya rapi sekarang acak-acakan. Matanya yang terdapat kantung mata, wajah pucatnya dan tatapannya yang selalu kosong. Bahkan tubuhnya mulai kurus karena belum menemukan Aila seminggu ini, ditambah dengan satu sekolah yang entah tahu dari mana Aila menghilang. "Kak Rio yang sabar aja. Aila pasti baik-baik aja, dia kan-"

Rio menatap Yuni tajam. "Stop bilang dia baik-baik aja buat ngebuat gue seneng karena emang kenyataannya, dia gak baik-baik aja!"

Yuni mematung mendengar ucapan Rio yang begitu menusuk. Ya, semua tau kalau Aila sedang tidak baik-baik saja.

"Santai dong, Yuni tuh nyemangatin lo. Lo gak perlu emosi, seenggaknya bilang makasih kek!"

Rio menatap orang di depannya dingin, "Stop belain dia Tian, walaupun lo suka sama dia, gak seharusnya lo belain yang salah!" Setelah mengucapkan kalimat itu Rio pergi meninggalkan meja yang dihuni mereka.

Suasana di meja mendadak canggung, "Kak tian, lo...lo suka sama gue?"

Tian menatap cewek di depannya sambil terkekeh, "Geer lo. Rio bilang gitu karena gue belain lo, omongan Rio tadi gak usah masukin ke hati. Gue duluan mau nyusul Rio."

Yuni hanya mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada dua pasangan di depannya, "Stop pacaran disaat genting kayak gini. Lo semua terlalu asik pacaran sampai lupa kalo sahabat kalian butuh sandaran dan pertolongan."

Ayu dan Iya tersenyum kikuk. Mereka melupakan Aila saking asiknya dengan Daniel dan Yoga. Benar-benar egois.

Daniel dan Yoga pun sama, Rio butuh sandaran.

👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻

Up

Maaf baru update guys😘
Kalo pengen cepet2 update jangan lupa vote sama comment😚

MIKAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang