Teaser

364 51 8
                                    

Lagi stuck sama HARD (iya, udah sering stuck sama HARD emang haha). Deuh, kayaknya gak bakat bikin cerita happy ending #ketawasinis

Jadi.... Dicoba ya dicoba.... Yang baru yang baru....

Gak bilang ini bakal sad ending ya, ciyus!

PS: Iya, cerita ini juga ada inspirasinya. Well, kalo orangnya baca pasti ge-er gila padahal inspirasinya cuma seuprit, sisanya khayalan akoh. HAHAHA.

***

Anindita Fakhira. Biasa dipanggil Anin, atau Ninin oleh sahabatnya, Velly. Cantik, pintar, tapi naifnya kadang keterlaluan. Sampai-sampai Velly sering kewalahan untuk menyadarkan sahabatnya itu untuk lebih menggunakan logikanya daripada perasaannya.

"Mau kemana lo?" tanya Velly ketika melewati meja Anin sambil melihat jam ditangannya.

Anin hanya tersenyum sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Dih, gue nanya ini, Nin! Buset deh!"

"Mau pulang dong, masa gue nginep di kantor?"

Velly mencegat tangan Anin yang sepertinya sedang berusaha menghindari interogasi sahabatnya dan ia tahu benar alasan utama Anin menghindari dirinya.

"So, are you going to meet him again?" tebak Velly dengan penuh curiga.

Anin tidak menjawab. Percuma berbohong dengan Velly, mereka sudah tahu isi kepala satu sama lain.

"Really?? Come on.... This is not you, Nin."

"Gue cuma nemenin dia futsal kok, gak enak udah janji juga."

"Cuma temen, Nin? Kayak lo nemenin gue ke salon? Sama emangnya? Lo tahu istilah friendzone gak sih?!"

"Vel, we had talk about this for million times," sela Anin seraya menghela napas. "I have to go now, sorry."

Anin mempercepat langkahnya untuk keluar dari kantor. Sebenarnya dirinya sendiri pun tidak terlalu yakin dengan keputusannya. Terkadang hati kecilnya membenarkan apa yang Velly bilang berulang kali padanya, leave him. Tapi pada kenyataannya Anin selalu kembali pada Denny.

Sesampainya dilapangan futsal tempat Denny biasa bermain dengan teman-temannya, Anin melihat ke sekeliling yang sudah lumayan ramai, tapi ia tidak bisa menemukan sosok Denny disana.

"Hei.... Aku pikir kamu gak jadi datang," ujar Denny dari belakang sambil menepuk pundak Anin yang sedikit terkejut.

Anin tersenyum kikuk. "Hei.... Datang dong, kan udah janji hehe."

"Tungguin aku ya, ada yang mau aku omongin sama kamu habis ini."

Denny mau ngomong apa?

Dengan patuh seperti orang yang terhipnotis Anin mengangguk lalu duduk dipinggir lapangan menunggu Denny selesai bermain. Sesekali mata mereka bertemu dan Denny menyunggingkan senyumnya kepada Anin.

Anin masih bisa merasakan kupu-kupu di dalam perutnya yang berterbangan tiap kali ia bertemu Denny. And this is insane. Benar apa yang dikatakan Velly, ini bukanlah Anin yang sebelumnya. Kalau kata Velly, 'cinta itu kayak mecin, bikin lo bego'.

Tebak Anin bertemu Denny dimana? Di pinggir jalan. Saat itu mereka menghentikan taksi yang sama dan seperti kisah klise dalam drama romantis di televisi, akhirnya mereka berbagi taksi karena arah tujuan mereka yang bersamaan.

Denny bukanlah tipe pria romantis seperti Ryan misalnya, salah satu mantan pacar Anin. Kalau dengan playboy mungkin Anin sudah tidak mempan. Denny berbeda, he has that smooth move, celetukan-celetukan kecil yang tidak pernah gagal membuat Anin tersenyum.

Tapi Denny juga bukan orang yang mudah ditebak. Pria itu seperti membangun sebuah tembok tinggi dan tidak pernah membiarkan siapapun melewati batas itu termasuk Anin. Bahkan setelah berbulan-bulan mereka saling mengenal satu sama lain dan entah berapa kali mereka pergi bersama.

"Sorry ya lama. Bosen ya nungguin aku?" tanya Denny sambil menyeka keringatnya dengan handuk kecil seraya duduk disamping Anin.

Anin menggeleng. "Alah, lamaan juga nungguin kamu lembur!"

"Duh, kasihan.... Sini peluk dulu!" Denny melebarkan tangannya.

Anin menepuk tangan Denny dengan sedikit kencang. "Ogah, bau!"

Denny tertawa lepas karena berhasil mengerjai Anin yang kini ikut tertawa.

"Aku jatuh cinta, Nin...." ujar Denny sambil melihat Anin dengan lekat.

"Oh ya?" tanya Anin berusaha terlihat santai meskipun hatinya bergemuruh.

"I'm Serious. Namanya Salma, Nin."

They say love is like a drug, it's addictive. You will be able to do anything for the sake of love.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang