CHAPTER 3 : Misi Terbesar

89 4 0
                                    

Satu minggu berlalu sejak kejadian di desa tempat Axl tinggal. Axl dibawa oleh seorang ketua dari kelompok yang mengetahui apa yang terjadi di desa. Dia membawa Axl ke markasnya yang berada di sebuah kota yang megah. Kota yang memiliki dinding-dinding yang tinggi, besar, megah, dan kokoh mengitari kota tersebut. Axl yang terluka parah, dibawa ke sebuah bangunan megah tepat perada di tengah-tengah kota. Tempat itu juga dikelilingi pagar yang kuat sebagai pembatas dan memiliki gerbang besar dengan ukiran yang aneh sebagai gerbang utama untuk masuk ke dalam. Di tempat itu, axl mendapatkan penanganan medis dan perawatan dengan cepat.

Beberapa hari telah berlalu sejak axl berada di tempat itu. Ketua tersebut kembali dan menanyakan keadaan axl.

"Bagaimana keadaanya?" Tanya ketua.

"Dia akan hidup. Sungguh suatu keajaiban anak ini bisa tetap bertahan dengan luka yang begitu dahsyat." Jawab kepala medis dan pengobatan dari markas tersebut.

"Apa maksudmu? Bukankah lukannya hanya luka biasa?" Tanya ketua lagi.

"Saat kau membawanya kemari memang hanya luka biasa. Tetapi saat tubuhnya dinetralisir dari energi kegelapan, tubuhnya mulai hancur dan luka-lukannya bertambah banyak. Dalam menanganinya aku harus turun tangan untuk mengoperasinya, dan memanggil dua wizard untuk membuat sihir pelindung untukku dan para dokter serta untuk dirinnya sendiri. Seorang sorcerer juga kupanggil untuk menekan kekuatan kegelapan yang ada di dalam tubuhnya agar tidak mencelakai dirinya lebih banyak." Jawab kepala medis sambil menjelaskan.

"Benarkah? Maafkan aku... aku tidak tahu soal itu." Balas ketua.

"Aku harus kembali ke ruanganku. Masih banyak yang harus kukerjakan." Kata kepala medis yang berjalan meninggalkan ketua.

"Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu Joseph." Ucap ketua.

"Itu sudah tugasku. Oh... Hilnia ingin berbicara denganmu. Dia sedang berada di ruang penyembuhan dengan anak itu." Kata Joseph sambil berjalan menuju ke ruangannya.

Sang ketua langsung menuju ke ruang penyembuhan. Sesampainya disana, dia melihat Hilnia sedang mondar-mandir. Belum sempat sang ketua menyapa dirinya, hilnia langsung membuka salah satu ruangan penyembuhan. "Aku sudah menunggumu cukup lama Adriel. Ada yang ingin kutunjukkan kepadamu!" kata Hilnia.

Mereka berdua langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dimana axl sedang dalam penyembuhan. Di dalam ruangan itu, axl terbaring di atas sebuah tempat tidur yang terbuat dari batu dengan ukiran-ukiran rune yang menyala. Tubuh axl dibalut dengan perban seluruhnya kecuali bagian lubang hidungnya. Dia tidak sadarkan diri tetapi mengigau. Beberapa botol ramuan terlihat kosong di atas meja sebelah tempat tidur dan peralatan untuk meramu obat-obatan.

"Setelah dia selesai dioperasi, aku langsung merawatnya disini. Butuh tiga hari dan banyak ramuan kuat yang harus kugunakan untuk menstabilkan dirinya dan agar obat-obat tersebut bisa bekerja lebih cepat. empat kali aku harus mengganti kain perban green arca." Jelas Hilnia.

"Empat? Bukankah kain perban itu sangat mujarab? Apa seburuk itukah?" Tanya ketua yang kaget dan keheranan.

"Ya. Aku harus menggunakan empat karena kegelapan yang diserap sangatlah besar. untuk pertama kalinya aku melihat kain perban itu menghitam dan tidak mampu menyerap dan menetralisir kegelapan yang ada pada anak ini. Dia seharusnya sudah mati dengan kegelapan sebesar itu. Ramuan suci yang kugunakkan setidaknya membuat dirinya sedikit tenang. Aku juga ingin menanyakan sesuatu tentang hal ini!" Kata hilnia.

"Hilnia... kita ke ruanganmu saja. Aku akan menceritakannya kepadamu." Balas Adriel.

Saat sudah sampai di ruangannya Hilnia, mereka memastikan agar tidak ada orang lain yang bisa mendengar percakapan mereka.

NEPHILIMWhere stories live. Discover now