"Bersama Ayahmu,"
****
Rawnie POV"Bersama Ayahmu,"
Ayahku?? Oh my..
Kenapa disaat-saat seperti ini sih. Jangan salah sangka, bukannya aku durhaka atau apalah. Tapi kalau bunda dan ayahku datang ke sekolah, dijamin ini tidak akan berakhir baik. Sejak aku masih di taman kanak-kanak, bunda selalu saja datang ke sekolah dan memeriksa semua aktifitasku. Dan yang paling parahnya adalah kebiasaan bunda mewawancarai setiap temanku tentang bagaimana sikapku sehari-hari. Kalau untuk Gerald dan Riana gak perlu khawatir lah. Tapi bocah-bocah tengik di kelas ku? Oh my, mereka selalu mendatangkan masalah buatkuFlashback
"Bunda, Rawnie mau boneka itu," Rawnie kecil merengek meminta sebuah boneka yang dipeluk oleh seorang anak di hadapannya.
"Nanti kita beli sendiri ya nak?"
"Gak mau Bunda, maunya yang itu,"
"Sayang, pinjemin temannya bunekanya,Nak. Kasian temannya tuh. Ya,Nak?" Ibu dari anak kecil pemilik boneka itu mencoba membujuk anaknya untuk meminjamkan boneka miliknya kepada Rawnie. Setelah lama membujuk anaknya dengan wajah Rawnie kini yang telah berubah muram seperti langit yang akan mendatangkan badai petir,gelap gulita. Anak itu, walau dengan ragu akhirnya mau memberikan bonekanya kepada Rawnie. Bukannya tersenyum atau sekedar berterimakasih karena telah dituruti kemauannya, saat boneka itu sampai di tangannya, Rawnie dengan cepat memukuk kepala anak itu dengan boneka yang baru saja ia relakan untuk diberikan kepada Rawnie. Namun kini bonekanya sendirilah yang menjadi senjata untuk Rawnie. Alhasil anak itu menangis, barulah Rawnie kecil tampak tersenyum bangga dengan hasil perbuatannya. Langit menjadi cerah kembali.
******
Dua murid perempuan sekolah dasar terlihat sedang mengobrol berdua dengan salah satu anak sedang memegang sosis.
"Rawnie, cobalah," anak itu memberikan sosis miliknya kepada Rawnie.
"Benda ini? Apakah enak? Terlihat menjijikkan Dira," Ya, dua anak itu adalah Rawnie dan Dira. Dira ternyata memang telah berada di sisi Rawnie sejak mereka kecil. Wajah Rawnie kini seperti orang yang disajikan setumpuk feses di hadapannya
"Ini sosis, rasanya enak Rawnie, cobalah. Percaya padaku," Dira memberikan sosis itu pada Rawnie kembali. Rawnie dengan ragu-ragu menerima sosis itu dan memakannya. Muka Rawnie berubah menjadi aneh seketika, ia sangat tidak menyukai makanan yang namanya sosis ini. Apalagi saat itu sosis itu dalam keadaan mentah. Sementara itu, Dira tertawa renyah. Dia berhasil mengerjai Rawnie. Melihat Dira tertawa, Rawnie lalu memegang tengkuk Dira dan memasukkan sosis yang telah ia makan sebelumnya ke dalam mulut Dira secara paksa. Sementara Dira mencoba melepaskan diri, Rawnie tersenyum puas. Tersirat ekspresi kebahagiaan di wajahnya. Beruntung Bunda Rawnie datang dan dengan sigap memisahkan mereka berdua.
Flashback end
Tidak ada yang bisa mengalahkanku. Mau bagaimanapun mereka menyiksaku. Mereka akan segera mendapat balasan atas perbuatan mereka. Tuhan memang menyayangi hambanya yang teraniaya.Hmmm
Rawnie POV end
"Ah,itu dia Rawnie sudah datang Pak," Pak wijaya tersenyum sumringah melihat kedatangan Rawnie. Pak Wijaya adalah orang yang ditunjuk sebagai kepala sekolah oleh Pak Jaja, ayah Rawnie.
"Apaan sih sok akrab banget manggil-manggil Rawnie, namaku Jasmeen kali," Rawnie duduk di samping Bundanya tanpa diminta.
"Rawnie, yang sopan Nak," Bunda Rawnie seakan terkejut dengan tingkah laku Rawnie. Sedangkan Pak Jaja hanya bisa geleng-geleng kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're (not) beautiful
Teen FictionKetika yang berharga menghilang dan mendatangkan bencana, bencana yang mendatangkan bahagia Ketika sesosok angsa berubah menjadi bebek buruk rupa "Sempurna, tak ada manusia sesempurna dirimu Jasmeen," -Rawnie Jasmeen- "Kamu selalu sempurna Rawnie," ...