"Rawnie, sudah berapa kali Bunda bilang, bersikaplah yang sopan pada siapapun," sekarang di ruang keluarga, telah berkumpul Jaja sekeluarga. Dengan Rawnie yang sekarang menjadi tersangka sidang keluarga.
"Apaan sih Bun, sopan gimana lagi coba? Emang bunda gak dengerin kata Gerald ya? Dia kan udah jelasin semuanya. Gaya Bunda aja yang angguk-angguk nih. Nyatanya Bunda gak dengerin ya,"
"Kamu gak usah mengubah topik pembicaraan ya. Yang jadi tersangka sekarang ini kamu, bukan Bunda,"
"Bun, Angel ke kamar duluan..."
Angel adalah adik Rawnie satu-satunya yang kini berstatus sebagai pelajar sekolah menengah pertama
"Gak," belum sempat Angel menyelesaikan kaliamatnya. Bundanya telah memotong dengan segera. Seakan tau apa yang akan dikatakan anaknya itu. Mendengar jawaban bundanya. Matanya kini beralih ke Rawnie tajam yang dibalas dengan tatapan mengintimidasi Rawnie yang tak kalah menakutkannya.
"Rawnie, ini semua demi kebaikan kamu, kamu gak boleh seperti ini terus menerus nak, Tanamkanlah rasa belas kasihan di hatimu barang hanya sebesar biji kedelai. Kamu kan sudah pernah mama ceritain tentang ...,"
"Bun, udah deh cerita kayak gitu itu udah gak berlaku di zaman semodren ini Bun. Mana ada sih yang kayak gituan. Takdir tujuh keturunan lah katanya. Apaan sih. Apa bunda gak malu percaya kayak gituan?"
"Beneran kena baru tau kamu, Rawnie," Angel menyambung. Adik Kakak ini tidak pernah mengenal kata akur. Jangankan akur. Memanggil dengan sebutan adik atau kakak saja rasanya seperti di suruh memotong ke lima jari mereka.
"Kamu tu bisa gak sih, gak ikut-ikutan kalo orang lagi ngomong," bentak Rawnie.
"Gak bisa, kalau bisa gak akan sudi aku duduk disini demi membicarakan masa depanmu itu," kini terjadilah perdebatan sengit kakak beradik.
"Rawnie, duduk. Kamu juga Angel," Pak Jaja menengahi. Di saat-saat seperti ini, biasanya pihak laki-laki hanya akan duduk sebagai penjaga ketertiban berjalannya sidang.
"Rawnie, bunda ingin kamu jadi anak yang anggun, lemah lembut, bijaksana, keibuan..."
"Tuh kan Bunda mulai lagi. Udah ah. Rawnie capek dengernya," Rawnie berdiri dan meninggalkan ruangan.
"Rawnie," panggil Bundanya.
"Udah bun, biarin aja dia pergi. Dia bukan anak kecil lagi. Walau bagaimanapun, apa yang Bunda katakan tadi pasti akan kepikiran juga sama Rawnie," Pak Jaja mencoba menenangkan istrinya dengan mengelus-elus pundak istrinya lembut.
******
"Ih apaan coba, setiap sidang itu-itu aja yang dibahas. Kayak gak ada pembahasan lain aja," Rawnie mengomel panjang sambil memilih buku apa yang akan ia baca untuk menyegarkan pikirannya di perpustakaan pribadi di salah satu ruangan di rumahnya. Membaca novel memang salah satu kegemarannya.
"Ini bukunya gak ada yang menarik lagi,"
Brak.
Beberapa buku terjatuh saat ia sedang memilih- buku yang akan ia baca."OH MY, APALAGI SIIIHHH," Rawnie meraung mencoba menumpahkan kekesalannya.
"Apa yang salah dari berbuat baik sih?" Angel berbicara dari arah buku tadi terjatuh. Kini wajahnya bisa dilihat Rawnie dengan jelas karna rak yang bolong akibat beberapa buku disana yang terjatuh sebelumnya. Ternyata Angellah yang dengan sengaja menjatuhkan buku-buku itu demi mencuri perhatian kakaknya. Hal itu ia lakukan tentu saja karena canggung untuk sekedar menyapa
"Urusi urusanmu," jawab Rawnie melangkahi buku-buku yang berserakan.
"Gila!! Bisa-bisanya kau melangkahi buku?" Angel melihat setiap gerakan kaki Rawnie melangkahi buku-buku itu. Namun, matanya terhenti ke suatu objek yaitu foto seorang remaja perempuan. Angel berlari menuju buku-buku itu. Mengambil foto itu dan memerhatikannya. Mendengar langkah kaki Angel, Rawnie menoleh kebelakang. Angel memperlihatkan hasil temuannya pada Rawnie?
KAMU SEDANG MEMBACA
You're (not) beautiful
Novela JuvenilKetika yang berharga menghilang dan mendatangkan bencana, bencana yang mendatangkan bahagia Ketika sesosok angsa berubah menjadi bebek buruk rupa "Sempurna, tak ada manusia sesempurna dirimu Jasmeen," -Rawnie Jasmeen- "Kamu selalu sempurna Rawnie," ...