20] Dekati Orangtua.

42 4 0
                                    

Jevin melirik jam di ponselnya, jam menunjukan pukul 17.00 WIB. Namun Zura dan teman yang lainnya tak kunjung terlihat.

Dengan sabar Jevin menunggu kedatangan Zura. Tak lama Zura dan beberapa temannya sudah terlihat. Segera Jevin menyalakan mesin mobilnya.

Lalu ia turun dari mobil dan menghampiri Zura. Sudah terlihat dari jauh wajah Zura sangat gembira. Zura menghampiri Jevin dengan sangat semangat. Zura langsung memeluk Jevin dengan perasaan senangnya itu.

"Aaaahh akhirnya praktek ujiannya selesai! Kelompok gue dapet nilai sembilan semua! Yeyy!" teriak Zura yang masih erat memeluk Jevin.

Semetara Jevin diam mematung saat Zura memeluknya. Ia tak menyangka akan dipeluk Zura seerat ini. Senyum mulai terbentuk di wajah tampannya, tangannya mulai mengelus rambut Zura.

"Woy! Mesra-mesraan mulu hahaha." sindir Amel, sontak Zura langsung melepaskan pelukannya dengan kasar dan salah tingkah saat Jevin melihatinya.

"Hmm maaf ya hehe," ucap Zura malu.

Jevin hanya memaklumi tingkah laku Zura dengan senyum, lalu ia membuka bagasi untuk memberikan bekal yang dibawa tadi.

Semua sudah siap untuk makan dengan satu kotak bekal di tangannya. Amel, Angel, Mira, Dini, dan Nisa duduk di tempatnya semula sambil memakan bekal yang dibuat oleh Mamah Zura.

Sementara Jevin dan Zura duduk di bagasi yang terbuka. Mereka duduk bersamping-sampingan dengan bekal di tangannya. Namun tidak dengan Jevin, Ia masih sibuk dengan ponselnya.

"Jev! Jangan main hape mulu, lu kan dari pagi belom makan, nanti lu sakit." ucap Zura, Jevin pun mengalihkan pandangannya ke Zura.

Jevin hanya tersenyum, dan kembali memainkan ponselnya. Kesal melihat kelakuan Jevin, Zura pun memajukan sendok yang berisikan nasi dan lauk, untuk di masukan ke dalam mulut Jevin.

Jevin melihat Zura yang ingin menyuapinya. Zura fokus ke sendok yang dipegangnya, sementara Jevin senang melihat kepedulian Zura. Dengan sangat senang, Jevin pun membukakan mulutnya dan membiarkan Zura menyuapinya.

Bekal Zura sudah habis, sisa satu kotak makan lagi, dan itu jatah Jevin. Dengan cepat Zura membukanya dan kembali menyuapi Jevin.

Jevin selalu menerima suapan demi suapan dari tangan Zura. Zura memberhentikan suapannya dan merasakan hal aneh.

Kok gue jadi nyuapin Jevin?! Di anjir, pantes dari tadi senyum mulu. -batin Zura.

Saat sadar ia pun langsung melepaskan sendok dan berhenti menyuapi Jevin.

"Kok gue jadi nyuapin lu sih?" kejut Zura dan langsung berdiri keluar bagasi.

"Lah kenapa? Salah?"

"Kaga sih, ya kali gue nyuapin lu."

"Nyatanya dari tadi lu nyuapin gue, gausah muna deh lu, bilang aja seneng ahhahah." ledek Jevin.

"Najizzzzzzz."

Zura sedikit merasa kesal, lalu ia mengambil baju ganti di dalam tas nya dan segera menggantinya di dalam toilet.

Jevin hanya terkekeh melihat kelakuan Zura yang terkadang peduli.

Lu tadi kemasukan setan ya? Bisa sepeduli itu sama gue. Mending kemasukan tiap hari aja deh, biar gua dipeduliin terus hahaa. -batin Jevin senang.

Tak lama Zura sudah kembali dengan baju putih dan celana panjang hitam yang menutupi tubuhnya. Ia terlihat cantik dengan kaos putih yang dimasukan, serta celana panjang hitam yang semakin membuatnya terlihat tinggi. Kecantikannya makin bertambah saat rambutnya dikuncir ala bun tepat di atas kepalanya.

PréciserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang