Part 3

240 38 22
                                    

Oh my, Woohyun shock begitu mendengar kalau nama lelaki dihadapannya itu adalah Myungsoo! Tarzan asli yang dikiranya mirip seperti simpanse itu ternyata lebih cocok dipanggil pangeran. Duh, kalau tau seganteng ini dia tak akan mungkin berpikir macam-macam. Tapi, Sunggyu lupa memberitahu dirinya kalau si fotografer baru ini sedingin gunung Everest dan memancarkan aura mengerikan seperti beruang kutub! Tapi, apa ini kok bibirnya hampir sama seperti cotton candy?!

Woohyun sadar!


Dan, ketika bunyi gebrakan di belakang terdengar dia mendorong tubuh kekar sang fotografer lalu berlari kencangenuju studio.

" Ya Tuhan, itu tadi benar-benar memalukan "

Pipinya sampai memerah membayangkan kejadian barusan, Myungsoo memiliki wajah tak seburuk yang ia kira.

" Woohyun "

Remaja itu menoleh, Naeun rekan yang hanya tua 4 tahun itu menghampirinya.  Woohyun tersenyum, sosok cantik Naeun telah berdiri didepannya.

" Kenapa Noona? "

Woohyun bertanya dengan polos, Naeun sedikit curiga ketika melihat ada sedikit raut gugup tergugat di wajah Woohyun yang sudah ia anggap sebagai adik itu.

" Tidak, hanya saja kau terlihat kurang sehat. Istirahat saja atau pergi ke dokter, aku tidak ingin kamu sakit dan membuat repot seluruh kru seperti terakhir kali "

Woohyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebenarnya dia tidak suka jika ada orang yang mengungkit hal itu. Itu hanya akan membuat dia terlihat lemah dan seperti anak kecil yang butuh perlindungan. Woohyun benci di kasihani, menurutnya hal itu akan membuat seseorang akan semakin lemah dan tidak mandiri.

" Itu kan hanya demam "

Woohyun menjawab lirih, Naeun menatap layaknya seorang ibu yang takut anaknya terluka, wajar saja Naeun hanya anak tunggal dan ingin memiliki adik namun ibunya meninggal sebelum keinginan nya terwujud.

" Demam dari mana? Dokter bilang itu radang paru-paru "

Bibir remaja itu mengerucut, membuat wajahnya terlihat lucu. Naeun tersenyum dan mencubit pipi tambun itu dengan gemas. Woohyun tidak berubah sama sekali. Tetap kekanakan meskipun usianya hampir 20.

" Maaf, itu kan tahun lalu saat aku masih tinggal di tempat kumuh dan orang-orang bebas merokok disana. Beruntung hanya radang paru-paru "

Naeun berkacak pinggang, tampak tidak mempercayai omongan remaja itu.

" Bagaimana bisa radang paru-paru kau sebut hanya? Kau beruntung karena didiagnosa lebih awal, kalau terlambat bagaimana? "

Telinga remaja itu serasa panas karena terbakar, Naeun adalah tipe orang yang cerewet jika itu menyangkut tentang dirinya. Woohyun tidak tau alasannya, selain karena Naeun tidak punya adik yang bisa dia manjakan. Tapi, menurut Woohyun ini sudah cukup keterlaluan karena Woohyun sendiri serasa tidak tenang jika ada Naeun disisinya.

Wanita itu sepertinya menguarkan aura dominan di manapun, dan Woohyun merasa harga dirinya sebagai seorang laki-laki remaja yang akan menginjak dewasa terluka. Harusnya dia yang menjaga Naeun, bukannya wanita itu yang dengan sigap menendang siapapun yang berani 'menyentuh' adik tersayangnya.

" Ya sudahlah, aku akan lebih menjaga diri lagi setelah ini "

" Kau harus tetap sehat! Katanya ingin sukses "

Woohyun tersenyum malu, Naeun selalu bisa membuatnya kembali tersenyum setelah sakit hati di marahi habis-habisan.

" Aku mengerti. Noona, Jjang! "

Woohyun mengepalkan tangannya didepan dada, sebenarnya sudah siap untuk beraegyeo seperti yang biasa ia lakukan, tapi siluet seseorang di belakang Naeun membuat remaja itu justru berpaling dan bersikap seolah tak peduli.

" Kenapa dengan anak itu? "

" Naeun-sshi "

Naeun menoleh, mendapati Myungsoo berdiri di belakangnya. Seperti biasa wajah lelaki itu tak ubahnya seperti manekin tak ada ekspresi apapun diwajahnya.

"  Ada apa? "

" Tidak, mari kita lakukan sesi pemotretan "




****

" Hei, kau "

Woohyun menoleh, dan langsung gugup begitu tau yang memanggilnya adalah Myungsoo. Mata mereka bertemu dalam satu garis lurus, Woohyun merasa kalau dirinya bisa saja mati beku jika menatap mata itu lama-lama.

" Apa? Kau memanggilku? "

" Bodoh, dasar anak kecil "

" Hei, lelaki tua jaga bicaramu! "

Keduanya saling menatap dengan sengit.

" Cepat minta maaf atas hal yang kau lakukan tadi! "

" Aku tidak melakukan apapun "

" Kau melakukan kesalahan "

" Sudah ku bilang, aku tidak melakukan apapun! Memang apa yang ku lakukan "

" Minta maaf atas apa yang telah bibirmu lakukan "

Butuh waktu cukup lama untuk Woohyun mengerti arti dibalik kata-kata itu. Dan, begitu mengerti maksudnya mata Woohyun membulat lebar, rasanya ia ingin mengubur dirinya hidup-hidup.

" Jangan dibahas! Kau beruntung karena kecerobohanku aku menciummu. Dengar ya, lelaki tua tidak laku dan kuno kau itu ...... "

" Aggh "

Woohyun berteriak karena Myungsoo mendorongnya dengan kuat hingga membentur dinding.

" Aku bilang minta maaf! "

" Tidak mau "

Myungsoo mencengkram bahu Woohyun dengan kuat,enekannya juga kedinding. Woohyun mendesah kesakitan,ayahnya mulai berair seperti akan menangis. Remaja itu bisa melihat kilatan amarah di mata sang fotografer. Ini tidak bagus. Sunggyu pernah bilang kalau Myungsoo punya masalah dalam mengendalikan emosi.

" Sakiiiit "

Tapi, tekanan itu tidak berkurang sama sekali.

Unrequited (MyungHyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang