Lima hari. Tersisa lima hari bagi Hazel untuk dapat melunasi hutang-hutang ayahnya. Lima hari lagi orang-orang itu akan datang kembali. Dan lima hari lagi nyawanya akan melayang kalau Hazel tidak bisa melunasi 300.000 dollar itu.
Padahal sampai detik ini pun uang yang dia miliki masih terpaut jauh dari nominal 300.000 dollar. Itu artinya, lima hari lagi sebelum dia benar-benar mati.
Sudah tidak ada lagi yang bisa Hazel lakukan, tidak ada harapan lagi. Semuanya akan selesai dalam lima hari. Ia hanya bisa menyesali kehidupannya, dia akan mati tanpa pernah menikmati masa mudanya. Sungguh tragis.
Gadis itu hanya ingin menghabiskan saat-saat terkhirnya dengan bahagia, melakukan apapun yang belum pernah dia lakukan.
Hazel menancap gas ke sebuah club malam, dia ingin bersenang-senang, mendapatkan first kiss nya, dan merasakan bagaimana rasanya menari dengan banyak orang sampai pagi menjelang. Jujur, ini adalah pertama kalinya bagi Hazel berada di tempat ini.
Hazel duduk di sebuah sofa panjang sambil menegak vodkanya sampai habis, kepalanya mulai pusing karena terlalu banyak minum. Dia melekatkan jidat ke meja di depannya sambil meracau tidak jelas, hingga sebuah nada dering dari ponselnya menghentikan racauannya.
Hazel mengangkat benda persegi tersebut tanpa perlu repot-repot melihat siapa yang menelepon.
“Hazel. Aku ada kabar baik untukmu, kau bisa melunasi hutang-hutang itu! Besok pagi datanglah ke rumahku!”“Haii.. Selamat malam menjelang tengah malam! Hazel di sini”
“Hazel? Benar ini kau?”
“Yeah, ini Hazel White. Aah, aku mengenal suaramu!!” ujar Hazel, sepertinya dia sedang mabuk. “Kau Lauraaaa, gotcha!”
“Hazel, namamu Hazel Wright. Astaga, kau mabuk?!” timpal Laura dari seberang, “Dimana kau sekarang?”
“Hmm.. Aku tidak yakin. Seperti di bar Steven teen. Oh, tidak tidak. Seven Tea. Ya, aku di Seventy!”
“Baik, kau di Seventeen. Jangan kemana-mana Hazel, aku akan datang.”
♠♥♣♦
Hazel menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke matanya, gadis berambut cokelat kemerahan itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya terasa sangat pusing, badannya pun terasa lemas. Ia mengedarkan pandangan ke ruangan ini, kamar Laura.
“Pagi, Hazel.” Hazel mendengar suara itu, membuatnya menoleh ke sumber suara dan menemukan Laura yang sudah memakai bathrobenya. Laura terlihat menahan tawa ketika melihat Hazel.
“Apa?” ujar Hazel dengan galak, seperti biasa.
“Aku baru tahu kau bisa menjadi orang yang berbeda saat mabuk.” sekarang Laura terkikik kecil.
“Memangnya aku kenapa?” Hazel tidak siap menerima penjelasan Laura, mungkinkah dia muntah di bahu orang? Menggoda lelaki? Atau bernyanyi di tengah jalan saat mabuk semalam?
“Tidak ingat? Aku harus menyeretmu dari panggung di club itu, kau menyanyi dengan sangat heboh!”
Wajah Hazel memerah, “Anggap saja yang kemarin itu bukan aku!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot Prince and Cruel Cinderella
Romance"Hidup mewah di istana yang megah, mudah saja bagiku untuk bilang 'ya'. Tapi kalau tinggal bersama dengan seorang pangeran tolol dan terjebak masalah kerajaan, rasanya aku ingin mundur saat itu juga kalau saja aku tidak terikat perjanjian sialan it...