Hazel menggandeng lengan kiri Josh berjalan memasuki pelataran rumah bocah itu, karena tangan kanannya sibuk memegang lollipop yang dalam perjalanan dia belikan untuk Josh. Dalam beberapa hari belakangan, entah kenapa Josh menjadi semangat sekali menunggu Hazel untuk mengantar dan menjemputnya.
Hazel yang menyadari perubahan Josh juga dibuat senang karena dia tidak harus menghadapi tangisan dan rengekan Josh selama perjalanan.
Akan tetapi di sisi lain, dia juga harus mendengarkan celotehan anak itu mengenai temannya. Demi tuhan, Josh menceritakan semua teman-teman sekelasnya beserta nama-namanya—yang Hazel tidak tahu sama sekali, dan apa yang Josh lakukan selama sehari di sekolah.
Dan berkat ini juga Hazel tahu apa alasan Joh membenci sekolah. Salah seorang temannya—ralat, musuhnya—selalu merebut bekal yang Josh bawa, jika Josh melawan maka dalam sehari itu dia akan dijahili, entah itu memasukkan pasir ke dalam tasnya, menaruh serangga di sepatunya, atau meletakkan bekas permen karet di bangkunya.
Meski begitu, selama ini Josh tetap diam, dia tahu jika dia bercerita pada ibunya maka masalah besar akan terjadi. Yang harus Josh lakukan hanyalah belajar dan lulus dengan segera. Dasar bocah lugu.
“Hazel, besok belikan aku lollipop lagi, ya!” Hazel hanya menatap Josh lurus-lurus tanpa menjawab pertanyaannya. Setelah ini, dia tidak yakin bisa menemui Josh untuk mengantar dan menjemputnya lagi. Karena mulai besok pagi, ia akan pergi ke kediaman sang pangeran.
Mereka sampai di pintu, kemudian Hazel menjulurkan tangannya untuk menekan bel. Gerakan Hazel terhenti begitu Josh menarik ujung cardigan yang Hazel kenakan.
"Apa?" sahut Hazel.
"Biar aku yang pencet belnya." wajah Josh mendongak menatap Hazel.
"Kau bahkan harus mendongak untuk menatapku." ujar Hazel sedikit meremehkan Josh.
Josh tidak menjawabnya dan hanya merentangkan kedua tangannya ke arah Hazel, mengirimkan sinyal untuk Hazel agar menggendongnya demi membunyikan bel rumahnya. Pipi yang berisi dan mata bulat bocah itu meluluhkan hati Hazel. Lucu sekali..
Terdengar gemerincing kunci dari dalam, dan tak lama seorang wanita muda muncul dari balik pintu. Wajahnya sumringah begitu melihat Josh ada di gendongan Hazel
“Hazel.. Kau tidak perlu repot-repot mengantarnya sampai dalam rumah.. Dan lagi, dia bisa jalan sendiri. Terima kasih, kau jadi repot seperti ini.” ujar seorang wanita muda, mamanya Josh. “Nah, karena kau sudah berada di sini, duduklah dulu dan minum secangkir teh denganku.”
“Terima kasih, Stella. Lagipula ada hal penting yang ingin kubicarakan padamu.” Hazel meletakkan bokongnya di sofa, diikuti Stella, lalu Josh yang berada di pangkuan Stella.
“Katakan saja, Hazel.”
“Aku mendapat pekerjaan baru. Jadi, mulai besok aku tidak bisa mengantar dan menjemput Josh lagi. Maaf.” Hazel sedikit merasa berat, harusnya ini mudah bagi Hazel.
Yang pertama bereaksi adalah Josh, dia berteriak—hampir menjerit—membuat Hazel mendapat serangan jantung mini. “TIDAAAK! Aku melarangmu bekerja di tempatmu yang baru. Tidak boleh, Hazel!”
“Josh, dia juga punya pekerjaan. Kau tidak berhak melarangnya seperti itu. Dan Hazel, terima kasih sudah menjaga Josh selama ini.” tukas Stella, sedangkan Josh mulai menangis. Hazel menatap nanar wajah Josh yang memerah karena menangis, wajahnya juga penuh dengan keringat.
“Tidak, kau tidak boleh pergi, Hazel! Aku hanya mau diantar dan dijemput denganmu! Mama, hentikan Hazel...!!”
“Maafkan aku, Josh. Dan Stella, aku permisi.” Hazel bangkit dan saat itu juga suara Josh semakin meninggi, dia tidak menyangka reaksi Josh akan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot Prince and Cruel Cinderella
Roman d'amour"Hidup mewah di istana yang megah, mudah saja bagiku untuk bilang 'ya'. Tapi kalau tinggal bersama dengan seorang pangeran tolol dan terjebak masalah kerajaan, rasanya aku ingin mundur saat itu juga kalau saja aku tidak terikat perjanjian sialan it...