PART 2

35K 1.1K 105
                                    

Mingyu mencengkeram belakang lutut Wonwoo lalu membentangkannya. Membuat matanya kembali dimanjakan oleh pemandangan yang membangkitkan gairah. Rektum Wonwoo yang merah mekar.

Mingyu kemudian meletakkan kedua kaki Wonwoo di bahunya, kembali ia sodorkan penisnya yang sudah memerah ke arah rektum itu. Mingyu menggesekkannya dengan pelan, ia tersenyum melihat Wonwoo yang menggeliat menahan nikmat.

Oke, dia sudah tidak tahan lagi. Perlahan namun pasti, Mingyu mendorong penisnya. Sekali lagi merobek tubuh seorang Jeon Wonwoo. Memang sudah tidak begitu sempit berkat tiga jarinya tadi, tapi tetap saja sulit masuk. Merasa tidak sabar, Mingyu mendorong pinggulnya lebih keras.

"AGH! MINGYU!" teriak Wonwoo.

Wonwoo mulai meronta, sebagai perwujudan atas rasa sakit yang menghantam rektumnya. Rasa sakitnya menjalar hingga ke lutut, perut dan kepala.

Mingyu merasa kesulitan akibat rontaan Wonwoo. Kaki-kaki Wonwoo yang terletak di bahunya mulai bergerak tidak nyaman.

"G-Gyu ... argh ... S-sudahhhh..." rintih Wonwoo. Ia mengangkat kakinya dan mendorong bahu Mingyu pelan.

Tidak. Tidak bisa lagi. Mingyu tidak punya kuasa untuk mengendalikan tubuhnya. Ia sudah terlena akan kenikmatan yang ditawarkan tubuh polos di bawahnya.

Dengan sedikit kasar, Mingyu mendorong paha Wonwoo yang ia cengkeram hingga lutut Wonwoo menyentuh bahunya. Membuat Wonwoo terkunci.

"G-Gyu! Ka-kau mau apa?"

"Mianhae"

'JLEB!'

"AAAAAARGH!" Mata Wonwoo membelalak lebar.

Air matanya keluar dengan cepat dan membasahi wajahnya. Untuk sepersekian detik Jeon Wonwoo tidak bisa mendengar atau melihat apapun. Ia hanya merasakan sakit dan sakit. Matanya ia pejamkan erat-erat. Bisa Wonwoo rasakan dengan jelas, penis besar Mingyu yang memenuhi rektumnya. Berdenyut-denyut dan panas, memberikan sensasi yang menyenangkan pada syaraf di sepanjang dinding rektumnya.

Oke, Wonwoo sudah mendapat jawaban atas pertanyaannya. Ternyata memang muat, walau sulit dan sakit sekali ketika memasukkannya. Wonwoo membuka mata perlahan ketika merasakan kecupan lembut pada matanya yang basah. Dilihatnya Mingyu menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Sakit?" tanya Mingyu sambil membelai pipi basah Wonwoo.

Wonwoo mengangguk lemah.

"Maaf" gumam Mingyu seraya mencium bibir Wonwoo dengan lembut.

"Bisa aku bergerak sekarang?"

"Ne, tapi pelan-pelan"

Mingyu mengangguk. Ia mencium Wonwoo sekilas lalu melepaskan kaki-kaki indah yang tadi Mingyu cengkeram itu. Mingyu meletakkan kedua kaki Wonwoo pada bahu kekarnya. Ia lalu merendahkan tubuh dan bertumpu pada kedua tangannya yang terletak di kiri kanan pinggang Wonwoo.

"Aaaaangh~" lenguh Wonwoo karena hal itu membuat penis Mingyu memasukinya lebih dalam.

Mingyu kemudian menarik pinggulnya hingga hanya kepala penisnya yang tertinggal di dalam rektum Wonwoo, lalu menghentakkannya dengan cepat ke dalam. Ia tarik lagi lalu hentakkan lagi, kali ini lebih cepat dan keras dari sebelumnya.

"Aaahh ... Akh! Aaahh ... Akh! Aaahh ... Akh!" pekik Wonwoo merespon tusukan-tusukan Mingyu di bawah sana.

Tanpa mengubah frekuensi tusukannya, Mingyu merendahkan tubuhnya. Dengan cepat disambarnya bibir Wonwoo dan melumatnya dengan brutal. Membuat desahan Wonwoo teredam.

"Eeemph! Emmph! Ck ... Ck ... Ck ..." Suara desahan yang teredam dan suara saliva yang teraduk menandakan bahwa permainan itu kian kasar. Baik Mingyu maupun Wonwoo berlomba-lomba mendominasi ciuman penuh saliva mereka.

FIRST TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang