Prolog

66 14 9
                                    


"Mah ana gak pengen sekolah disana" terdengar suara isakan tangis dari bibir seorang gadis yang terduduk lesu disopa ruang tamu

Tidak hanya gadis itu di sana tapi ada 3 manusia lainnya yang menatap gadis itu dengan sendu, saling menatap satu sama lain untuk siapa yang terlebih dahulu memberikan alasan agar dia mengerti.

"Sayang dengar mama" akhirnya setelah beberapa menit terdiam, seorang wanita membuka suaranya

"Mama dengan papah menitipkan kamu kepada nenek, agar kamu tidak sendirian disini" lanjutnya dengan tangan membelai rambut gadis cantiknya

"tapi mah ana enggak mau sekolah disana" ucapnya yang tetap kepada pendiriannya

"kamu harus sekolah disana ana, kamu jangan membantah perkataan orang tua mu" suara laki laki dengan nada tegas

Gadis cantik yang bernama ana hanya bisa diam tanpa membuka suara lagi.

"Ana kamu tenang aja abang nanti akan ikut dengan kamu" suara halus terdengar dari mulut sang abang yang membuat ana mengangkat kepalanya dengan mata yang berbinar binar

"Beneran abang gak bohong" kata ana dengan penuh kegembiraan

"iya ana, kita akan satu sekolah lagi" ucap sang abang menyakinkan

Ana tidak bisa lagi menyembunyikan rasa senangnya dia memeluk erat sang abang.

Ana melepaskan pelukannya lalu menatap kedua orang tuanya "ma pah beneran abang bakalan ikut ana"

"iya sayang, dengerin penjelasan mama sama papah jangan nangis duluan" ucap sang mama dengan penuh kegembiraan karena gadis cantiknya dapat menerima keputusannya

"ana seneng kalo abang ikut" ucap gadis itu senang

"abang harus jagain adik kecil mu, jangan suka berantem, jangan buat nenek susah" laki laki tua itu mulai bersuara

"siap kapten, abang akan janji selalu jaga ana, gak buat nenek susah, tapi abang gak janji kalo nantinya suka beramtem sama ana" dengan tangan hormat menghadap sang ayah

"abang yang selalu jail sama ana" adu ana kepada papahnya

"ana nya aja yang suka nyeselin" abang membela diri

"abang yang suka nyuri pulpen ana" sahut ana dengan mata sinis

"siapa yang lo suruh buat beli pembalut kalo tamu bulanan lo datang, abang kan" ejek abang lio

"abang lio jangan buka aib disini" ana menutup mukanya dengan kedua tangannya, ia merasa malu karena ucapan bang lio

"sudah sudah jangan berantem" ucap mama menenangkan keadaan

"urusan sekolah kalian sudah beres, besok lusa ana berangkat kerumah nenek" kata papah

"iya pah, ana sama bang lio diantar papah kan"

"iya sayang" ucap papah dengan mengecup sekilas dahi gadis cantiknya

Canda tawa mengisi hari hari terakhir mereka bersama sebelum berpisah dengan waktu cukup lama.

"Sebaik baiknya orang yang nampung kita, gak bakalan rame kalo gak ada keluarga disisi kita"

****************

HAY GUYS

Salam kenal.
Ini cerita pertama aku yang dipublik, masih terlalu amatir kata katanya.
Jangan lupa vote dan berimasukan dikolom komentar ya.

My Lovely Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang