Guanlin berlari sekuat tenaga menuju rumah Jihoon. Keringat sudah mengalir deras melewati pelipisnya. Dia baru saja selesai menjalani hukuman dari sekolah karena berkelahi dengan Jinyoung, yaitu memberi hormat kepada tiang bendera hingga sekolah dibubarkan. Sedangkan Bae Jinyoung mendapat perawatan di ruang kesehatan karena luka yang cukup parah akibat pukulan Guanlin. Tapi mereka berdua tetap mendapat hukuman lain yaitu skorsing selama tiga hari untuk merenungi kesalahan mereka.
Guanlin tidak perduli tentang hukuman itu. Dia tidak perduli kalau orang tuanya akan marah kepadanya. Yang dia perdulikan saat ini hanyalah keadaan Jihoon. Ponsel Jihoon tidak aktif sejak dia meninggalkan sekolah usai pertengkarannya dengan Jinyoung. Dia takut sesuatu terjadi pada hyung kesayangannya itu, walau bagaimanapun Jihoon adalah orang yang sedang patah hati. Dan banyak yang bilang orang akan berubah jadi nekat saat patah hati. Pikiran pikiran buruk beberapa kali muncul di otak Guanlin walau dia terus menepisnya.
TOK TOK TOK
Guanlin mengetuk pintu rumah Jihoon dengan tidak sabaran. "Semoga Jihoon hyung ada di rumah dan tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya." Doanya dalam hati.
"Guanlin?" Ibu Jihoon terlihat heran melihat keadaan Guanlin yang tidak bisa dibilang baik-baik saja saat ini. Rambut yang berantakan, keringat yang membasahi setiap sudut wajah dan tubuhnya, serta luka lebam yang terdapat di beberapa bagian wajahnya.
"Bibi, apakah Jihoon hyung ada di rumah?" Tanya Guanlin berusaha menutupi rasa cemasnya.
"Jihoon? Kau tidak pulang bersamanya? Dia belum sampai di rumah." Ibu Jihoon terlihat bingung.
Guanlin hampir saja mengumpat kesal saat mendengar jawaban dari Ibu Jihoon, untung saja dia bisa menahannya. Otaknya berpikir keras kita-kira ada dimana Jihoon sekarang.
"Apa terjadi sesuatu, Guanlin-a?" Ibu Jihoon kembali bertanya, sepertinya dia mulai merasa ada yang tidak beres dengan anaknya.
Guanlin menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa Bibi. Jihoon hyung bilang tadi dia pulang duluan dan menyuruhku ke sini sekarang juga, tapi sepertinya dia hanya mengerjaiku." Ucap Guanlin berusaha memberikan jawaban yang masuk akal dan tidak membuat Ibu Jihoon khawatir. Tuhan, ampuni dirinya yang kali ini berbohong demi kebaikan. "Kalau begitu aku pamit pulang, Bi." Pamit Guanlin.
Di depan gerbang rumah Jihoon dia hanya terdiam berusaha berpikir dimana tempat yang biasa Jihoon kunjungi. Beberapa kali Guanlin berusaha menelepon ponsel milik Jihoon dan suara pemberitahuan bahwa nomor Jihoon tidak aktif lah yang berulang kali terdengar.
Guanlin kembali berlari menuju taman di dekat rumah mereka, dia harap Jihoon ada di sana, karena biasanya hyung kesayangannya itu suka sekali bermain ayunan disana, Jihoon bilang bermain ayunan bisa membuatnya bahagia karena mengingat masa-masa kecilnya dulu. Dan membuat Guanlin kesal karena tak ada dirinya di masa-masa kecil Jihoon dulu, dan membuatnya ingin memutar waktu untuk menghabiskan masa kecilnya di sini, bukan di Taiwan.
Nihil.
Sosok Jihoon sama sekali tidak terlihat di taman itu. Hanya terdapat beberapa anak kecil sedang bermain di kotak pasir untuk membangun istana dengan bentuk yang aneh.
Tanpa berpikir lebih lama lagi, Guanlin kembali melangkahkan kakinya dengan cepat ke tempat lain. Dia tidak perduli kakinya akan mati rasa setelah ini, asalkan dia bisa menemukan Jihoon.
Langkahnya berhenti di depan sebuah cafe yang tidak terlalu ramai tak jauh dari taman itu. Cafe yang didominasi dengan warna pink, warna kesukaan Jihoon, sehingga membuat cafe ini menjadi salah satu tempat favorite Jihoon. Matanya akan selalu berbinar-binar bila berada di cafe ini, melihat perabotan dan makanan yang serba pink membuat dia terus tersenyum lebar dan lupa akan masalah-masalahnya. Seperti dua tahun lalu saat anjing shiba inu kesayangannya mati, dia pergi ke cafe ini dan memakan beberapa kue berwarna pink selama seminggu berturut-turut untuk melupakan kesedihannya. Dan Jihoon bilang cara itu cukup ampuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
L for Love, L for Lai Guanlin [[ Panwink ]]
Fanfiction"Banyak yang bilang kita akan lebih bahagia bersama orang yang mencintai kita." - Lai Guanlin "Tapi bukankah akan lebih bahagia lagi bila bersama orang yang mencintai kita dan juga kita cintai?" - Park Jihoon Ya. Dan orang itu bukan aku.