MAKURAZAKI, 2017
“Tsuru!! Bisa kau bantu bibi?!”panggil seorang perempuan di depan toko.
“sebentar, Bi!!”jawab seorang laki-laki dengan semangat.
Seorang laki-laki dengan rambut putih bermata amber yang indah itupun meletakkan sekotak penuh katsuobushi yang siap dikemas.
Makurazaki, sebuah kota kecil di Prefektur Kagoshima. Kota kecil yang terkenal akan Katsuobushi. Dan sebuah toko sederhana dengan papan nama yang agak berkarat itu sudah siap untuk memulai hari yang sibuk.
“Tsuru, kau harus memakai parfum kalau akan berangkat sekolah. Kalau tidak kau akan bau ikan cakalang...”kata perempuan itu dan merapikan dasinya.
“tenang, Bi... aku sudah memakai parfum.”kata laki-laki itu.
“aku berangkat!!”teriak laki-laki itu dengan semangat.
Yatsuru Seishuu, 16 tahun, siswa kelas 2 SMA Kamakura. Saat ini ia tinggal dengan bibinya, Sasagawa Hotaru yang hidup sendiri setelah bercerai dengan suaminya. Ia begitu menikmati hidupnya saat ini. Tak ada yang kurang.
Memang masih pukul 6 pagi, ia sengaja berangkat awal karena,
“Yo!! Tsuru!!”teriak dua orang dari pinggir dermaga.
“Ahh!! Yoneda, Sugano!!”katanya dan berlari menuju kedua temannya itu.
“lihat, apa yang kami tangkap!!”kata Ryouma dengan bangga.
“Woaahh!! Ikan Mackarel...!”
“Ya, sayang sekali aku belum bisa mendapat apa-apa..”kata Koshiro dan merapikan alat pancingnya.
“yoshh!! Dengan begini aku bisa pergi ke sekolah dengan tenang.”kata Ryouma senang.
Karena tinggal di pesisir pantai, mereka jadi terbiasa memancing di pagi hari sebelum sekolah. Apalagi saat awal musim panas seperti ini. Yoneda Ryouma dan Sugano Koshiro adalah temannya sejak duduk di bangku kelas 2 SMP.
Hanya ada satu SMA di Makurazaki dan muridnyapun tak sampai 100 per angkatan. Di kelas Seishuu sendiri hanya ada 17 siswa; 9 laki-laki dan 8 perempuan.
“Tsuru, Yoneda, Sugano,, selamat pagi!!”kata anak-anak yang sudah ada di kelas itu.
“selamat pagi..”jawab Tsuru dan tersenyum.
“Yaaah... melihat senyuman Tsuru di pagi hari secerah ini, bagaikan diberkati rasanya”kata seorang anak perempuan.
“Woahhh!! Yoneda, apa kau menangkap ikan lagi hari ini?!”kata para laki-laki yang sudah tiba di kelas.
“Ouu,, hari ini aku mendapat ikan mackarel!”kata Ryouma senang.
Karena tak banyak siswa di kelas, jadi mereka sudah biasa memanggil nama satu sama lain dengan nama keluarga tanpa aksen –kun, -chan, apalagi –san.
Pagi di kelas tak jauh berbeda dari biasanya. Dari jendela di sebelah kiri kelas, angin sejuk dari laut berhembus.
Hari ini adalah pelajaran Sejarah Jepang. Dan Wajirou-sensei lah yang mengajar.
“empat hewan penjaga mata angin itu ditugaskan oleh dewa untuk menjaga ke-empat mata angin yang kita tahu saat ini..”kata Beliau dan menuliskan sesuatu di papan.
“empat hewan penjaga mata angin, kah?”gumam Seishuu dan membuang pandangan ke luar jendela.
Mata Ambernya sibuk mengawasi ombak yang menghantam pantai dengan lembutnya.
Matahari musim panaspun sepertinya tak ingin kalah memberi kontribusi. Sinarnya yang mengenai air laut membuat warna biru Azure dari langit terefleksi dengan begitu sempurna. Air laut itu bagaikan permata yang berkilauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Four Guardian and Kamuy
Ficción GeneralYatsuru Seishuu adalah seorang siswa SMA yang hiduo damai di kota tepi laut. Namun sebuah tragedi mengubah total hidupnya. Ia harus mengumpulkan keturunan dari empat binatang penjaga mata angin untuk mencegah dunia dari serangan iblis. Siapa sebenar...