chapter 2

32.9K 1.3K 30
                                    

            Eara sedikit merasa menyesal menantang pria ini. Saat ini tatapan pria itu terasa sangat mengerikan dan menakutkan. Aura lelaki itu terasa sangat gelap dan menakutkan. Dengan sangat tiba-tiba dia memberikan tamparan di pipi Eara dan mencengkram rambutnya dengan sangat kasar. Lalu dengan sangat kasar dia menarik dan mendorongnya ke kasur. Pria itu masih menatapnya dengan sangat tajam dan langkahnya berjalan pada meja kerjanya, membuka botol wisky dan menenggaknya langsung.

Eara semakin ketakutan saat pria itu kembali berjalan mendekatinya, menaiki kasur dan mencengkram kakinya yang sudah berniat untuk kembali kabur. Pria itu tersenyum seperti iblis. Tangannya kembali berjalan pada kaki Eara dan menahan perempuan itu di bawahnya. Eara mulai menangis karena takut. Tapi pria ini seperti tidak memiliki hati.

"Wanita jalang, selalu saja berpura-pura menolak. Namun pada akhirnya kalian juga yang akan menusukku dari belakang."

Eara tidak tahu kenapa mata kelabu itu penuh dengan kebencian. Seakan seluruh wanita adalah pusat dari kebenciannya. Eara berusaha menghindar sentuhan pria itu, tubuhnya pun semakin mendekat, menghilangkan jarak di antara mereka. Eara semakin merasa takut, dia tidak ingin merelakan tubuhnya untuk pria ini. Pria yang menganggap wanita adalah budak sex. Semakin Eara menghindar, semakin tubuh pria itu menghimpitnya, tangannya pun terlingkar penuh di pinggang Eara.

"Tidak ada yang bisa lepas dari cengkramanku," ucapnya. Eara merasakan bibir pria itu menciumnya dengan sangat kasar. Dia seperti memaksanya untuk membuka mulut Eara. Sekali pun Eara tidak pernah merasakan sebuah ciuman. Tapi yang dia rasakan saat ini sangatlah aneh, bibir pria itu terasa penuh, mengulum bibirnya dengan kasar, tetapi ada rasa aneh yang membuat Eara tak bisa menghindar. Tangannya yang sedari tadi memukul dada bidang itu, menciptakan sedikit jarak diantaranya, kini sudah berpindah pada bahu pria itu dan mencengkram kerah bajunya.

Eara tak bisa menghentikan ciuman itu, bahkan dengan perlahan bibirnya dengan sendirinya membalas kuluman kasar itu. Kesadarannya sepenuhnya menghilang, bahkan desahannya terdengar nyaring saat bibir pria itu semakin rakus dan menggigitnya dengan keras.

Tangan pria itu berjalan semakin liar di dalam tubuh Eara, hingga kesadaran Eara kembali datang. Tangan pria itu dengan kurang ajar menyentuh payudaranya dan meremasnya. Eara berusaha untuk melepaskan lumatan pria itu, namun tubuhnya tak berarti apa-apa dibandingkan tubuh tegap itu. Bahkan saat baju yang dikenakannya dicabiknya, Eara tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa merasakan bibir pria itu semakin menguasainya. Bahkan kini bibir itu sudah berjalan di lehernya. Sedangkan tangannya membelai punggung Eara yang sudah terekspose.

Eara terisak. Dia ketakutan. Pria itu seperti monster yang tak berhati. Eara merasakan tangan pria itu semakin menarik pakaian Eara membuatnya benar-benar polos. Dan kini, pria itu menghentikan permainannya, menatap Eara dengan tatapan seakan-akan dia adalah wanita jalan yang sudah siap dicicipinya. Eara hanya bisa menutupi tubuhnya dengan tangannya. Walau tahu itu sangat tidak berarti apapun.

"Untuk apa kamu menyembunyikannya? Pada akhirnya kamu akan menjadi jalangku diranjangku." setelah mengucapkan kata-kata merendahkan itu, sebelum Eara berlari untuk menghindar, tangan pria itu menariknya dan melemparnya keranjang.

Eara semakin ketakutan, dia menarik selimut tebal di kasur dan berusaha untuk menutupi tubuhnya. Pria itu hanya tersenyum seperti iblis. Dengan tatapan yang sangat menyeramkan pria itu pun melepaskan satu persatu kancing bajunya. Setelah seluruh pakaiannya terhempas, pria itu kembali mendekati Eara yang berusaha untuk menghindari darinya.

Tuan menarik pergelangan kaki Eara, membuatnya tidak bisa menghindari darinya. Dengan santainya pria itu berkata," Aku berharap tubuhmu sehangat bibirmu." Eara semakin tidak bisa menahan tangisannya saat jemari tuan yang berjalan di dadanya. Bibirnya yang kembali mencium bibirnya dan berjalan ke lehernya. Eara benar-benar ketakutan. Dia tidak ingin melakukan ini.

"Tuan... saya mohon... lepaskan saya..." ucap Eara sambil terisak. Namun, pria itu sama sekali tidak dihiraukan. Seakan itu hanyalah suara angin. Hanya berhembus begitu saja. Eara merasakan tangan pria itu menarik pakaian dalamnya, membuatnya benar-benar polos dihadapannya.

"Ahhh... tuan...hhh..." Eara merasakan jari pria itu di dalam tubuhnya, terasa kasar.

"Lihat, tubuhmu dan bibir sudah menjadi jalang yang menginginkan kehangatan." makian pria itu membuat Eara menutup mulutnya. Dia merasakan jemari tuan yang menghentakkan jemarinya pada kewanitaan Eara dengan sangat kasar dan cepat. Eara merasa tubuhnya seperti merasakan hawa panas pada tubuhnya. Dia semakin menggila, kepalanya terasa berputar karena menahan gairah yang baru pertama kali ia rasakan. Bahkan bibirnya sampai berdarah karena ia menggigit bibirnya untuk menahan erangan.

"Seberapa kamu bisa menahan bibir jalangmu?" ucap pria itu lagi. Eara mencengkram seprai, menahan panas tubuhnya saat tuan semakin menggila dan tidak hanya jemarinya yang bermain. Pria itu pun mencium seluruh tubuhnya yang terbuka, dari lehernya lalu dengan sangat lembut turun ke dadanya dan memainkan payudaranya. Eara semakin mencengkram seprai dan hampir tidak bisa menahan gairah yang baru pertama kali ia rasakan. Dan perlahan bibir itu menyusup pada area kewanitaannya. Saat napas pria itu menerpa area kewanitaannya. Seperti panas dan dingin yang datang secara bersamaan. Tubuh Eara pun semakin menggeliat dan mengerang pelan.

"Aaahhh..." Eara melengkungkan tubuhnya, berusaha menutup bagian tubuh bawahnya. Namun tangan pria itu mencengkramnya dengan sangat kuat. Membuatnya tak bisa berkutik, hanya bisa merasakan panasnya bibir pria itu, beradu dengan daerah sensitivenya yang kian memanas." Tuaan.... Ahhh..."

Adrel tersenyum saat melihat wanita itu semakin luluh di bawahnya. Wanita jalang yang selalu melihatkan sisi lugunya, tapi pada akhirnya akan menjadi jalangnya secara penuh. Dan tentunya dia akan membuangnya jika menurutnya, ia sudah sangat membuatnya repot dan bosan.

"Tuaann..." cengkraman jemari wanita itu mencengkram rambutnya. Sekali lagi Adrel menyelipkan jemarinya pada daerah kewanitaan wanita itu, dan wanita itu mendesah seperti seorang jalang dan mencengkramnya lebih erat. Dan kehangatan itu tumpah.

Adrel beranjak dari tubuh itu, membiarkan dia menikmati orgasmenya. Dia mengambil sebuah tali, ia memperhatikan perempuan itu masih terlihat limbung dengan orgasmenya. Hingga dia tidak sadar saat Adrel mengikat kedua tangannya. Adrel menatap wajah wanita itu, dia seperti mengembalikan napasnya yang terlihat terputus-putus. Tubuh polosnya perlahan kembali rebah dengan tenang.

Jemari Adrel bermain dari paha putih wanita itu. Melewati kehangatannya dan payudara bulatnya yang terlihat sangat pas. Dia bermain pada payudara bulat itu dan memberikannya ciuman dan juga gigitan kasar. Eara mengerang dan dia seakan baru tersadar tangannya yang terikat. Adrel kembali menindihinya, mata wanita itu masih terpejam dengan perlahan dia mempermainkan lidahnya di puting coklat wanita itu, membuat ia tersadar dari kenikmatannya.

"Tu...tuan... apa yang kamu... ahhhh..."

Suara wanita itu terputus saat Adrel memberikan sebuah gigitan di payudaranya. Dia tidak suka berbicara saat bersenang-senang, kini miliknya sudah mulai bermain pada kewanitaan wanita itu. Perlahan dia bergerak, dan tanpa aba-aba dia mendesak miliknya.

"Aaahh..." teriakan itu menyadarkan Adrel, kalau wanita ini belum tersentuh siapa pun. Ada sedikit rasa bersalah, tapi tidak ada kata mundur untuknya. Tidak memperdulikan isakannya, Adrel terus menghentakkan kejantanannya. Perempuan itu terlihat kesakita, tapi Adrel tidak mempedulikannya. Dia tetap memaksakan miliknya untuk mendapatkannya. Hingga dirasakannya kejantannya merobek penghalang itu. Tangisan wanita itu semakin pecah, tapi sedikit pun Adrel tidak mempedulikan tangisannya itu dan semakin menggila. Tubuhnya bergerak tanpa jeda, merasakan miliknya teremas. Bibir dan jemarinya pun tak tinggal diam. Bibirnya membuat jejak percintaan, sementara jemarinya meremas kasar payudara perempuan yang tidak berdaya itu.

Adrel merasakan kehangatan itu terasa semakin panas. Tubuhnya bergerak lebih liar, sementara bibirnya menikmati setiap jengkal tubuh polos itu. Tangisan, desahan, dan erangan terus berganti, membuat keinginan Adrel semakin meningkat hingga kehangatan mereka saling bergelung dalam sebuah pelepasan dan kenikmatan.

****

cassanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang