Aku harus mempersiapkan diri untuk menaklukan tes tersebut...
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Para petualang termasuk diriku dikumpulkan di sebuah lapangan yang sangat besar. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok agar kami dapat berinteraksi dengan satu sama lain.
Sejenak, Faith terlintas di pelupuk mataku dan menandakan bahwa ia melanjutkan petualangannya di SMA yang sama sepertiku.
Tibalah waktu bagi para petualang untuk menaklukan tes. Aku ditempatkan di sebuah ruangan dengan beberapa petualang lain.
Kami diberi pilihan jalan di dalam tes tersebut yaitu, Penakluk Ilmu Alam, Penakluk Ilmu Sosial, dan Penakluk Bahasa.
Pada saat itu, aku sedang memiliki minat yang tinggi dalam ilmu bahasa, lantas aku pun memilih jalan yang ketiga, yaitu penakluk ilmu bahasa.
Setelah beberapa hari setelah tes, pengumuman hasil tes tersebut telah diberitahukan kepada seluruh petualang di Sulthanbumi dan aku melihat namaku tercantum di dalamnya.
Pengumuman tersebut menyuruh kepada para petualang yang telah diterima untuk berkumpul pada hari yang ditentukan untuk memberitahu dimana para petualang tersebut akan ditempatkan kelasnya.
Pada hari pemberitahuan kelas, beberapa dari para petualang telah ditentukan kelasnya dan memasuki kelasnya masing-masing.
Aku mendengar namaku dipanggil ke dalam kelas Penakluk Bahasa, maka aku memasuki kelas tersebut.
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Di dalam kelas Penakluk Bahasa, aku bertemu dengan beberapa petualang yang asing bagiku.
Seorang petualang menghampiriku dan berkata, "Apakah kamu Than?"
"Err... ya, itu aku. Bagaimana kamu bisa tahu namaku?" Tanyaku dengan heran.
Lantas dia pun membalas dengan keras, "Akhirnya!! Hey, semuanya! Than ada di sini!!"
Seisi kelas menjadi berisik dan ribut, aku tidak tahu apa yang telah terjadi. Aku pun menanyakannya apa yang telah terjadi, "Ada apa?"
"Kami telah mendengar banyak tentangmu dan kepemimpinanmu itu sejak TK, SD, dan SMP!" Jawabnya.
"Oh, benarkah? Kalau begitu terima kasih. Tapi, siapa namamu?"
"Namaku Tania. Senang bisa bertemu denganmu!"
"Senang berkenalan denganmu."
"Apakah kamu ingin menjadi pemimpin di kelas ini?"
"Err... sebenarnya..."
Seorang petualang lain kemudian berbicara, "Ayolah! Kamu pasti mau 'kan?"
Tania pun melanjutkan, "Apakah kamu tidak mau memimpin kami?"
Mereka memperlihatkan raut wajah yang meminta belas kasihan kepada diriku sehingga aku tidak dapat menolak permintaan kecil mereka.
"Baiklah, aku mau." Ucapku.
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Setelah beberapa hari memimpin, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah taman. Ketika aku sedang beristirahat, aku melihat seorang gadis yang tak asing bagiku.
Ia mengenakan sebuah pita untuk mengikat rambutnya dan aku pernah melihat matanya pada suatu saat namun aku tidak ingat waktu tersebut.
Aku pun teringat kejadian 10 tahun lalu ketika aku memberi sehelai pita untuk seorang gadis, lantas aku langsung menemui gadis itu, tetapi ia sudah tidak terlihat lagi di pelupuk mataku.
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Aku pun mulai bertanya-tanya kepada pengikutku namun mereka tidak mengetahui apa-apa tentangnya.
Tetapi, salah satu pengikutku memberi informasi yang sangat penting kepadaku.
"Aku pernah melihatnya berjalan di koridor Penakluk Ilmu Alam." Ucapnya.
"Lalu?" Tanyaku dengan tergesa-gesa.
"Sepertinya ia menempati kelas Penakluk Ilmu Alam..."
"Baiklah, terima kasih!
Lantas, aku langsung berlari ke koridor kelas Penakluk Ilmu Alam. Aku mencari-cari dirinya namun itu hanyalah hal yang sia-sia. Ketika aku hendak pergi dari sana, Faith bertemu denganku.
"Thaaaannnn!!!" Teriaknya sambil melambaikan tangan kepadaku.
Aku pun membalas, "Faith..."
"Senang bisa bertemu lagi denganmu, pemimpin!"
"Senang bisa bertemu..."
"Mengapa kamu terlihat lemas? Apa ada yang bisa aku bantu?"
Aku pun bertanya, "Apakah kamu tahu seorang gadis yang sering memakai pita untuk mengikat rambutnya?"
Ia menjawab, "Oh ya, dia adalah seorang petualang di kelas Penakluk Ilmu Alam kelompok 5."
Aku pun langsung berlari ke ruang guru sambil menjawab, "Kau memang tangan kananku yang dapat dipercaya."
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Di dalam ruang guru, aku meminta kepada seorang guru agar ia memindahkan diriku dari Penakluk Bahasa menjadi Penakluk Ilmu Alam. Ia pun setuju, namun ia memberiku tugas yang sangat berat...
Singkat cerita aku telah menyelesaikan tugas berati itu dan akhirnya aku berhasil pindah kelas.
Aku tidak ingin merahasiakan ini kepada para pengikutku yang berada di kelas Penakluk Bahasa, maka aku bertekad untuk singgah sebentar di sana.
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Di dalam kelas Penakluk Bahasa, para pengikutku menyambut kedatanganku dengan hangat.
"Selamat sore, Than!" Sambut Tania.
"..."
"Mengapa kamu terlihat lesu? Apakah ada yang salah?"
"Aku tidak dapat merahasiakan ini lagi namun... Aku akan pindah kelas esok hari..." Jawabku dengan penuh penyesalan.
Seisi kelas pun menjadi ribut, "Benarkah?!"
Tania bertanya, "Tapi... mengapa?"
"Aku memiliki hal penting yang harus aku selesaikan. Apakah kalian akan baik-baik saja jika aku meninggalkan kalian?"
"Kami akan baik-baik saja selama kamu bahagia." jawab Tania.
"Terima kasih, kalian adalah pengikutku yang terbaik." Jawabku.
Itu adalah perpisahan yang sangat berarti bagiku dan bagi para pengikutku.
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Esoknya, aku memasuki kelas baruku. Aku sengaja datang lebih awal agar aku dapat menemukan petunjuk-petunjuk baru.
Saat aku hendak menaiki tangga untuk mencari petunjuk lain, gadis dengan pita itu pun sedang berdiri di atas tangga. Raut wajahnya terlihat seperti ia mengenaliku.
Aku sangat tidak percaya akan kejadian ini tetapi aku mencoba untuk tidak melihat dirinya.
Aku pun menaiki tangga dan berpapasan dengannya. Ketika aku selesai menaikinya, aku membulatkan tekadku dan bertanya kepadanya.
"Hey! Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyaku.
Ia pun menoleh kepadaku sambil berkata, "Aku juga berpikir begitu."
Aku menghela nafasku sejenak dan kami menanyakan pertanyaan yang sama secara bersamaan.
"Namamu... siapa?"
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
---TAMAT---
KAMU SEDANG MEMBACA
Schriftsteller's Journey [Completed]
AdventureThis is a long journey from our beloved Schriftsteller's life with a little twist. I wrote this story in Indonesian so that my followers would understand it. I will make the English version later. ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °