Aku akan menjadi pemimpin yang lebih baik lagi...
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
SMP Sarimi Isi 2, terletak di jantung kota Sulthanbumi. Suatu wilayah bagi para petualang yang ingin melanjutkan perjalanan hidupnya menuju masa yang akan datang kelak.
Aku dimasukan ke dalam kelas D, rumor mengatakan bahwa kelas ini adalah kelas yang paling berbahaya. Tetapi dalam pandanganku, tidak ada tanda-tanda khusus yang menjelaskan bahwa kelas ini adalah kelas yang berbahaya.
Ada beberapa tipe petualang yang terlihat oleh mataku di kelas ini. Beberapa petualang ada yang sangat bijak, namun ada beberapa juga yang terlihat seperti pemeras dan terlihat pula beberapa petualang yang baik tetapi jumlahnya hanyalah sekecil biji jagung.
Ketika aku sedang berjalan sendiri, seorang petualang menghampiriku. Ia terlihat seperti seorang pemeras, namun ia dengan baiknya mengajakku untuk berpetualang bersama dengan dirinya dan pengikut-pengikutnya.
"Jangan terlalu sering menyendiri, berjalanlah dengan kami." Tawarnya.
"Tidak, aku lebih suka menyendiri." Jawabku.
Kemudian ia berkata, "Bukankah berjalan dengan teman-teman di dalam ruangan yang gelap itu lebih baik daripada berjalan sendiri di dalam ruangan yang terang?"
Aku pun berpikir sejenak, "Itu benar."
Aku memutuskan untuk melanjutkan petualanganku bersama mereka.
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Sudah satu tahun aku menjalankan petualangku bersama mereka. Aku dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang baik. Suatu hari, seorang anggota kami telah diserang oleh suatu kelompok dari SMP Sarimi Isi 9.
Kami merasa tidak terima akan hal tersebut, maka kami bertekad untuk membalas dendam.
"Bagaimana kejadian tersebut terjadi?!" Tanyaku dengan kesal.
"Aku sedang berjalan di sekitar wilayah SMP Sarimi Isi 9, tiba-tiba dua orang melemparkan sebongkah batu ke arah kepalaku dari belakang."
Aku pun menjadi sangat kesal, "Apakah kalian merasa terima jika ada salah seorang teman kalian dianiaya?!"
Para petualang pun menjawab, "Tidak !"
"Lalu, apa yang akan kalian lakukan terhadap mereka?"
"Membalasnya!"
Akhirnya, kami pun pergi menuju SMP Sarimi Isi 9 untuk perbuatan mereka. Kami terlibat pertarungan yang cukup sengit. Pada saat itu, aku telah melewati batas kesabaranku. Aku melihat seorang petualang dari SMP Sarimi Isi 9 tergeletak lemas di jalan, lantas aku menarik kerah bajunya dan memukulnya... Aku tidak tahu apa yang telah aku pikirkan saat itu...
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, seorang guru mengetahui apa yang telah terjadi dan hendak mendamaikan kedua belah pihak melalui sebuah diskusi. Ia meminta satu orang perwakilan dari masing-masing pihak.
"Jelaskan, apa yang telah terjadi." Tanya guru itu.
"Salah satu anggota kami telah diperlakukan dengan tidak baik oleh anggotanya." Jawabku.
Guru pun bertanya lagi, "Apa yang telah anggotanya lakukan kepada salah satu anggotamu?"
"Mereka telah melempar batu kepada kepala salah seorang anggotaku."
"Mengapa anggotamu melakukan hal tersebut kepada anggotanya?" Tanya guru kepada perwakilan SMP Sarimi Isi 9.
"Mereka telah mengejek kami lantas kami membalas mereka." Jawab perwakilan dari SMP Sarimi Isi 9.
Aku pun menjawab, "Bukankah perkataan harus dibalas dengan perkataan lagi?"
"Bodoh, seharusnya kau melihat kejadian tersebut!"
Situasi pun menjadi ribut sehingga guru menghentikan kami, "Cukup! Kalian berdua sama-sama bersalah. Mohon tinggalkan ruangan ini."
Aku pun meninggalkan ruangan tersebut dan memutuskan untuk berdiam diri sejenak. Aku teringat ketika aku berjanji pada pengikutku untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, namun aku tidak dapat menepatinya.
Ketika aku berada di ambang penyesalan, seorang petualang mendekatiku dan berkata, "Ada apa dengamu?"
"Aku tidak dapat menepati janjiku..." Jawabku.
"Dengan siapa kamu berjanji dan apa saja janjimu tersebut?"
"Aku berjanji kepada para pengikutku ketika kami berpetualang di SD bahwa aku akan menjadi pemimpin yang lebih baik lagi bagi mereka."
"Apakah kamu sudah menemui mereka lagi?"
"Belum."
"Maka kamu masih bisa menepati janji tersebut karena kamu belum bertemu dengan mereka."
Perlahan, kalimat-kalimat yang ia ucapkan aku resapi di dalam otakku. Aku pun menjawab, "Kau benar. Aku masih bisa menepati janji tersebut."
"Baiklah kalau begitu." Ia pun pergi meninggalkanku.
Ketika ia menanyaiku tentang janji, aku teringat kepada janji yang telah kubuat dengan seorang gadis ketika aku masih berada di TK. Namun, aku lupa untuk menanyakan solusi yang terbaik bagiku kepadanya. Lantas, aku berusaha melupakan hal tersebut.
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Setelah tiga tahun aku telah berpetualang di SMP, aku akan melanjutkan petualanganku di SMA Tiga Roda. Sebelum melanjutkan petualanganku di sana, aku harus menyelesaikan tes masuk terlebih dahulu agar aku bisa diterima di sana. Orang-orang mengatakan bahwa ini adalah tes tersulit dalam hidup mereka. Maka dari itu, aku harus mempersiapan diri untuk menaklukan tes tersebut...
° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °
Umumnya, seseorang harus menepati janji yang telah ia buat. Jika tidak, maka orang tersebut bisa diselimuti oleh rasa penyesalan. Lantas, apakah Than akan menepati janjinya?
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Schriftsteller's Journey [Completed]
AvventuraThis is a long journey from our beloved Schriftsteller's life with a little twist. I wrote this story in Indonesian so that my followers would understand it. I will make the English version later. ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °