1. Pertemuan

147 55 77
                                    

(*author yang sangat pemula berusaha untuk mengeluarkan imajinasi yang anti mainstream, tapi apabila hasilnya malah mengecewakan, author minta maaf sebesar-besarnya*)

Kriingg... Kriinggg... Kringgg...
Terdengar suara alarm berbunyi di sudut termpat tidur bernuansa biru laut. Nampak tangan seorang gadis keluar dari balik selimutnya mencoba menggapai-gapai benda kecil yg telah mengganggu tidurnya.

"Berisik banget sih nih benda!" kata gadis tersebut dengan suara parau khas orang baru bangun tidur .

Lalu tanpa berpikir panjang lagi benda yang telah sukses mengganggu jam tidurnya dia lempar ke lantai.

Pyaarrr!! Hingga terdengar dari ruang makan rumah tersebut. Di ruang makan tersebut terdapat Ibu dan seorang adik perempuan dari gadis tersebut yg saling menatap untuk beberapa detik.

Sang Ibu menggelengkan-gelengkan kepalanya dan bergegas menuju asal suara benda tersebut.

"Sudah berapa beker yg kamu hancurkan Rona?! Lantai rumah bisa pecah hanya gara-gara kamu! Cepat mandi sana! Antar adikmu dan sekolah!" kata Ibu sambil menarik selimut anak gadisnya tersebut yang kembali tidur.

"Iya Bu setengah jam lagi ya sekarang masih jam 6 dan Rona masih ngantuk Buu." kata gadis tersebut seraya mengambil boneka lumba-lumbanya untuk dijadikan guling.

"Ya ampun Nak jam enam katamu? Ini sudah hampir jam tujuh." kata Ibu tersebut sambil memungut jam beker di lantai dan mengembalikannya pada posisi semula. Sang Ibu langsung melipat selimut anak gadisnya tersebut.

"Apa Bu?! Udah jam tujuh?!" kata gadis tersebut. Dia segera melompat dari kasurnya dan bergegas ke kamar mandi

10 menit kemudian

~Rona~
"Bu, aku dan adik berangkat dulu ya doakan sekolahku dan adek lancar." kataku seraya berpamitan kepada Ibu begitupula dengan adikku

"Pasti Ibu doakan Nak, hati-hati di jalan yaa Naak." balas Ibuku sambil mengusap kepalaku dan Adikku dengan lembut.

"Kamu juga gadis kecil di sekolah jangan nakal dan nggak boleh cengeng ya." kata Ibuku kepada adek perempuanku yg satu ini. Adikku hanya mengangguk. Aku menoleh dan membungkukkan badanku untuk melihat luka yang telah diperban milik adikku. Aku hanya tersenyum mengingat kejadian kemarin.

Flasback (kemarin)
(KANTIN SMA)
Setelah pulang sekolah aku menyempatkan diri bersama sahabatku untuk mengunjungi kantin.

Aku membeli snack dengan harga seribuan sebanyak lima bungkus. Setelah itu aku melihat ada tempat duduk yang kosong dengan sigap aku berjalan cepat menuju tempat itu. Akhirnya aku bisa mendapatkan tempat duduk bersama sahabatku. Aku amati di sekelilingku.

Seperti biasanya, tempat yang tak pernah sepi pengunjung tersebut dipenuhi oleh berbagai macam jenis siswa, dari jenis siswa yang populer yang bergerombol dengan siswa popoler lainnya sampai dengan siswa yang selalu duduk menyendiri. Aku melirik jam tanganku aku terkejut.

"Ya ampun udah jam 4 aku lupa Ranti!" pekikku sambil menepuk jidat dan mataku terbelalak.

"Ada apa emang,Na?" kata Ranti seraya menggigit-gigit sedotan minuman tersebut dengan sekali-sekali menyeruput es jeruknya.

"Aku lupa kalo hari ini adekku ada kerja kelompok di rumah temennya jadi aku harus jemput adek di sana jam setengah 4." kataku seraya mengambil snack-snackku yg masih utuh dan memasukkannya ke dalam tas.

"Aku duluan ya Ran, maaf banget." kataku terburu-buru.

"Astaga Rona kebiasaan deh lupa. Cepetan gih jemput kasian adekmu udah nunggu. Take care ya" kata Ranti seraya melambaikan tangannya kepadaku yg telah kabur duluan dengan berlari.

10 menit kemudian
"Hampir sampai." kataku sambil mengegas motor bebekku dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Sebenarnya aku tidak suka kebut-kebutan begini tapi apa boleh buat.

Aku melihat ada polisi tidur sejauh seratus meter. Oh tidak! Aku mengerem dengan sekuat tenaga. Duk! Akhirnya aku lewati polisi tidur tersebut walaupun bagian bawah sepedaku terbentur sedikit.

Aku turunkan kecepatan sepeda motorku ketika melewati taman dengan pepohonan yang rindang.

Sekilas Aku melihat ada seorang gadis kecil berjongkok diantara pepohonan tersebut dan postur tubuhnya mirip dengan adekku.

Aku berhenti di tepi taman dan memarkirkan sepeda motorku untuk memastikan apakah gadis tersebut adekku atau bukan. Aku cermati ternyata benar itu adekku.

Aku langsung berlari untuk menghampiri adekku.

"Renaa maafkan kakak. Kakak lupa jemput ka..." kalimatku terhenti ketika melihat adekku menangis sesenggukan.

"Ada apaa renaaa?" tanyaku khawatir. Aku mengamati seluruh tubuhnya ternyata terdapat luka baru di lututnya. Tapi kok sudah dibalut dengan perban? Batinku.

"Kenapa kamu tadi gak nunggu di rumah temenmu dulu aja? Kok malah disini? Dan kakimu kenapa?" tanyaku khawatir.

"Hiks Hiks Tadi ... Abis kerja kelompok aku ... Hiks jalan jalan sama temen-temen ... Hiks hiks Tau-taunya ada hikss hikss anjing dibelakang hikss hikss rena takut hiks rena lari temen temen juga lari hiks hikss rena nggak tau jalan pulang hikks hiikss" jelas adekku seraya menangis.

"Maafkaan kakak ya Reen. Kakak salah Kakak janji kakak gak bakal telat lagi jemput kamu. Pulang nanti kakak belikan ice cream yg banyak yaa." kataku seraya memeluk adekku.

"Sini kakak bantu jalan. Untung kamu bertemu dengan kakak di jalan." kataku sambil membantu adekku berdiri.

"Tapi Ren kok lukamu udah dibalut? Sapa yang menolongmu?" tanyaku penasaran.

"Tadi hiks.. hiks.. ada orang keluar dari rumah itu. Kakak itu yg ngobatin rena Kak. Awalnya, Rena mau diajak ke rumahnya tapi Rena nggak mau soalnya inget kata Ibu hikss.. hikss.. kalo jangan mau diajak sama orang asing lalu kakak itu masuk lagi ke rumahnya setelah ngobati Rena kak hikks hikss." jelas Adekku seraya menunjuk rumah bercat hijau muda.

Sesampainya di tempat sepedaku terpakir, aku membantu adekku naik ke sepeda motorku dan aku melihat rumah bercat hijau muda yang ditunjuk adekku tersebut.

Sekilas ketika aku melihat rumah hijau muda itu, aku melihat ada seseorang yg mengintip di salah satu pilar rumah tersebut dan menghilang.

Aku penasaran apakah orang itu yang menolong adekku? Aku ingin menemuinya dan berterima kasih tetapi hari semakin gelap, aku takut nanti ibu semakin khawatir jika kami tidak kunjung pulang.

Mungkin lain kali aku akan bertemu dengannya dan berterima kasih.

Flashback End

Bersambung...

VERONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang