2. Perkenalan

98 51 58
                                    

"Aduuh jangan telat please." gumamku setelah memakirkan sepeda bebekku di parkiran. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untukku menata sepeda bebekku agar "Dia" berdiri dengan nyaman dan tidak terjatuh karena terlalu capek menungguku.

Aku bergegas menuju kelasku dengan berlari. Semoga saja kelasku belum ada gurunya. Sesampainya di depan pintu kelas, aku terkejut.

"Kenapa kelasku penghuninya berbeda?!" gumamku kembali dengan nafas terengah-engah.
Aku mencoba mencari teman yang setidaknya aku kenal. Itu dia! Sania! Teman kelasku dulu.

Dia duduk di baris kedua dari depan dan dekat dengan pintu dimana aku berdiri, sehingga setidaknya aku tidak terlalu malu bertanya jika aku salah kelas.

"San kok ini penghuni kelasnya beda dari kemaren ya?" tanyaku curiga seraya jari-jariku mengetuk-ngetuk meja milik Vina yang menandakan bahwa aku sedang panik.

"Oh itu soalnya kelas kita mulai sekarang diurutkan melalui peringkat kita seangkatan. Kamu bisa liat di papan pengumuman depan ruang guru." jelas Sania seraya tanpa mengalihkan perhatiannya pada gadgetnya.

Kenapa mendadak sekali kalau kelasnya diacak? Apa aku yang kemaren keasyikkan mengobrol dengan Ranti sehingga tidak mendengar jika ada pengumuman seperti itu? Batinku.

"Ok thanks infonya San." kataku langsung keluar secepatnya dari kelas.

Setibanya di depan ruang guru, aku melihat di papan pengumuman seraya menujuk setiap nama yang tertera.

"Aha! Ketemu! Aku di kelas 12 Ipa A sekarang." kataku pada diriku sendiri. Ketika aku berbalik badan, aku terkejut ternyata ada guruku yang bernama Pak Hendra sedang melototiku di belakang.

Aku tesenyum malu dan bersalaman khas murid kepada gurunya.
"Selamat pagi,Pak. mohon maaf Pak saya tadi terlambat jadi belum sempat melihat pengumuman di papan." kataku dengan sedikit takut dan malu. Aku menundukkan kepala.

Walaupun guru tersebut terkenal sabar menghadapi murid-muridnya, namun aku tetap takut kalau nanti diberi hukuman. Aku mendongakkan kepalaku. Sepertinya Pak Hendra tidak sendiri.

Aku melirik di sebelahnya Pak Hendra aku melihat ada seorang laki-laki menggunakan seragam sepertiku sedang menatapku tajam. Aku tidak tahu pasti antara tajam atau terkejut.

" Rona.. Rona.. Jangan diulangi lagi untuk terlambatnya. Sebagai hukumannya, kamu bantu apabila anak baru ini mengalami kesulitan selama di sekolah. Kamu kelas 12 Ipa A kan? Vero ini juga sekelas denganmu. Setelah ini bapak akan mengajar di kelasmu dan satu lagi kacamata Bapak ketinggalan. Tolong ambilkan kacamata saya di meja bapak ya, Rona" jelas Pak hendra seraya memintaku untuk mengambil kacamatanya.

Aku terkejut tapi tidak dapat berbuat banyak selain menganggukan kepalaku.

"Baik Pak saya ambilkan kacamata bapak sebentar. " Kataku seraya melirik cowok di sebelah Pak Hendra. Aku merasa familiar dengan wajahnya tetapi aku lupa pernah bertemu dimana.

"Ok saya tunggu Rona." Kata Pak Hendra.

5 menit kemudian
Terdengar suara anak-anak ramai dan gaduh didalam kelas ketika kami berjalan menuju kelas baruku ini.

Ketika kami sampai di depan pintu kelas, seketika anak langsung terdiam dan kembali menuju bangkunya masing-masing. Kami pun masuk ke ruang kelas tersebut.

"Anak-Anak, hari ini adalah hari yang spesial karena kalian mendapatkan teman baru yang tampannya 11:12 dengan saya hahaha." gurau Pak Hendra. Aku lihat sekilas cowok tersebut. Matanya hanya menatap datar kepada penghuni kelas tersebut.
Anak anak hanya menahan tawa dan saling berbisik.

Aku langsung mencari bangku yang kosong. Ternyata hanya tersisa bangku paling depan yang dekat dengan meja guru. Mau tak mau aku harus duduk di sebelah sana. Aku melihat sekelilingku. Sepertinya murid baru ini cukup menyedot perhatian ya terutama perempuan batinku.

Aku mengamati satu per satu penghuni kelasku tersebut. Sepertinya ada delapan anak dari total penghuni yang aku kenal. Aku melihat ternyata Ranti sekelas denganku! Aku melambaikan tanganku kepada Ranti.

Ranti membalas lambaianku dengan senyuman. Aku lihat sepertinya Ranti duduk bersebelahan dengan teman sekelasku dulu yaitu Nila. Syukurlah setidaknya ada beberapa teman yang aku kenal disini sehingga tidak terlalu canggung.

"Langsung saja, silahkan perkenalkan diri murid baru" kata Pak Hedra seraya berjalan menuju meja guru.
"Baik Pak, Perkenalkan nama saya Heksa Alisavero alamat saya di Jalan Semanggi blok empat nomor delapan. sekian, terima kasih" kata anak baru tersebut.

"Kenapa cuma seupil perkenalannya?" celetuk anak perempuan dengan suara lirihnya. Rupanya dia duduk di belakang bangkuku.

"Aku juga nggak tau. Mungkin dia suka dikepoin." balas teman sebelahnya.

Sebenarnya aku ingin berkenalan juga dengan teman belakangku ini tapi aku malu. Malu karena kesan pertamaku sendiri udah jelek gini. Masa awal masuk udah terlambat sekolah. Tapi ya udahlah nekat aja batinku seraya menoleh kebelakang.

"Nama kalian sapa?" tanyaku langsung seraya menyodorkan tangan.

Hening

Sial! kok jadi awkward gini. Seharusnya aku tadi ikut nimbrung percakapan mereka dulu ya jadi gak asal perkenalan gini. Batinku.

"Namaku Nela."
" Aku Mira."
Aku salami mereka masing-masing dan aku mulai perkenalkan diri,"Namaku Rona."
Setidaknya perkenalanku nggak dikacangin.

Tunggu anak baru tadi namanya... Heksa?

Seketika aku menoleh ke arah depan dimana suara itu berasal. Heksa yang itu?

Aku melongo dan menatap si pemilik nama Heksa tersebut dengan penuh curiga.

Heksa beralih menatapku.
Jangaan jangaan!!

Bersambung...

VERONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang