"Love is funny."
Karel
*-*
Jam dinding menunjukkan pukul 16.00. Nayla benar-benar sudah terlambat. Tapi, sekarang dia masih berusaha secepat mungkin untuk tidak terlalu terlambat.
Demi apapun dia akan lakukan asalkan tidak mengecewakan seseorang yang begitu spesial baginya yang sedang ulang tahun itu.
Nayla buru-buru menutup gerbangnya dan berjalan cepat menuju pertigaan depan perumahan untuk mencari angkot.
Tiba-tiba hp di tangannya bergetar hebat dan segera mengangkatnya ke telinga.
"Iya. Nih, gue lagi di jalan. Bentar lagi pleassssse." Mohonnya dengan sungguh pada suara seberang.
"15 menit lagi." jeda. "Kalo gitu 10. Please gue mohon, gue nggak pengen kehilangan moment ini." Nayla menghembuskan napas pelan lega. "Yaudah makasih."
Sambungan itu terputus diikuti langkah kakinya yang terperanjat merasakan sesuatu memancar sekilas tepat di tubuhnya membuat bajunya basah.
"Ma-maaf. Gue nggak sengaja." Cowok itu mengangkat tangannya yang sedang memegang selang air. Di sebelahnya motor besar berwarna putih telah berselimut busa di sebagian tubuhnya.
Nayla menatap tubuhnya yang cukup basah itu lalu berganti pada sosok yang nyengir ke arahnya itu.
Kareeeeelll geramnya dalam hati.
Karel lebih menampakkan giginya menyadari dirinya sedang tidak aman. Memutuskan melepaskan selang yang dipegangnya lalu berjalan menuju Nayla.
"Ma-maaf. Sini gue keringin." Karel mengusap rambut lalu ke tubuh Nayla yang masih menatapnya sinis.
"Maaf yah, gue cuma punya kain buat keringin motor doang." Seketika Nayla menghempaskan tangan Karel dari tubuhnya, tidak terima.
"Gue nggak papa kok. Kanebo gue masih banyak kok di dalem." Ujarnya santai mencoba mengeringkan tubuh Nayla lagi.
Nayla menepisnya lagi.
"Gue lagi nggak mood ya, main bareng lo." Nayla jengah.
Karel hanya memanyunkan bibirnya.
"Gue nggak main-main kok." Karel berpikir sejenak. "Ah, soal air tadi? Gue beneran nggak sengaja kok soal itu. Swear." Ucapnya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.
Untuk kesekian kalinya Nayla harus menahan emosinya yang sudah memuncak namun tak kunjung bisa dia lepaskan juga. Jika Karel bukanlah anak sahabat papanya, dan jika Nayla bukanlah seorang perempuan yang menjaga image-nya di depan cowok, mungkin rambut Karel akan rontok akibat jambakan Nayla atau tubuhnya memerah akibat cubitannya.
Nayla menghembuskan napas pelan. Segera meninggalkan Karel, yang masih terus menggodanya itu. Nayla tidak ingin ketinggalan momen penting. Nayla segera bergegas mempercepat langkahnya berharap langsung menemukan angkot.
*-*
Sekumpulan orang di halaman rumah dengan rerumputan hijau itu bersorak kepada seseorang di tengah mereka.
"Happy birthday to youuu." Nyanyian itu berakhir dan diikuti oleh tiupan orang tadi pada lilin berangka 17.
Mata orang di tengah itu teralihkan pada seseorang yang berjalan masuk. Menuju mereka.
"Nayla, lo baru datang? Rambut lo juga kok basah begini?" Vlo, sahabatnya itu mengusap lembut rambut Nayla. Membuatnya sedikit tenang, setidaknya sahabatnya itu bisa ada saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karel & Nayla
Teen Fiction"Awalnya, lucu kalo mainin lo. Tapi kok, makin kesini gue jadi gak suka lo dimainin sama orang lain? Apa gue maunya lo cuma boleh diganggu gue aja. Atau gue udah... Ah! Nggak mungkin." Karel "Sumpah! Jangankan tetanggaan, kenal lo aja itu udah kayak...