//6// END

181 17 0
                                    

YOUR P.O.V

       "Baiklah aku akan segera kesana, kebetulan aku baru keluar kantor. Well, i'll be seeing you around, Guanlin." Aku menutupnya dengan suara datar hanya karena tidak ingin terlalu terdengar gempar.

       See you around, Guanlin. Aku berbisik dalam hati. Pada akhirnya kami akan bertemu berhadapan setelah kejadian yang sudah cukup lama itu.

       Setiba aku sampai di cafe, aku belum bisa melihat batang hidung Guanlin dan masih melihat ke sekeliling dengan jeli tapi sesaat itu juga aku mendengar suara yang sudah tak asing lagi berbisik kepadaku.

      "Sebelah sini."

      Aku menengok kebelakang, menghirup aroma parfumnya yang sangat khas. Aku mengikutinya dan kami sampai di meja kami, lebih tepatnya meja favorit kami, dekat pemandangan luar. Aku duduk, ia pun melakukan hal yang sama. Dalam hitungan menit keheningan menyelimuti diantara kami tapi terpecahkan oleh suara kami berdua yang bersamaan memanggil satu sama lain.

       "Y/N."

      "Guanlin."

       "Baiklah sebelum kau menjelaskan semuanya, aku hanya ingin jujur bahwa aku sudah muak dengan semua ini. Aku terus menghindar dari kau tapi kau tetep mengejar meski tak tergesah. Aku terus menginap dan menumpang pada orang lain walau aku tahu mereka juga tak keberatan tapi aku lelah jika harus melanjuti semua hal ini." Jelasnya.

       Aku masih terdiam, menatap tajam mata coklatnya. Jadi apakah ini semua akhir? Aku bertanya pada diri sendiri. Kaki ku sudah mulai lemas, jantung ku mulai berdetak tak seirama.

       Selang beberapa detik ia mengucapkan sesuatu.

       "Aku merindukan mu, Y/N. Sangat amat rindu. Aku rindu kasur kita berdua, aku rindu rice cake buatanmu,  aku  rindu  menonton  film  horor  bersama  mu,  dan  masih  banyak  lagi. Tapi yang paling aku rindukan adalah saat kau sedang memarahiku."

       Tiba-tiba saja air mataku berjatuhan ke pipi, aku berakhir dengan menangis.

       "Ya Tuhan, mengapa kau menangis?" Guanlin bertanya dengan panik yang diselingi kebingungan.

       "Jadi apa maksudmu, Guanlin? Apakah kau akan mengakhiri hubungan kita atau apa? Apa?! Kau bilang muak tapi kau juga bilang rindu. Sudahlah Guanlin, cepat, agar semuanya tidak bertele-tele." Aku merengek sebab hati ku mencuat pilu.

       Guanlin terkikik sambil mengelus-elus rambutku. Aku memandang heran terhadapnya.

       "Oh come on jagiya, mana mungkin aku memutuskan hubungan kita?" ia masih dengan ketawanya dan aku dengan tangisanku.

       "Jangan bercanda." Sahutku, tangisanku mulai berhenti.

       "Ya, kau pikir ini semua candaan? Apa kau tidak merindukanku juga?" tanya nya sambil menatap serius kearahku.

       Aku tidak menjawab hanya tersenyum kecil. Kini giliranku menjelaskan semua tentang apa yang sesungguhnya terjadi pada malam itu dan bertanya soal foto yang ia dapat.

       "Oh jadi begitu." Guanlin mengagguk-angguk.

       "Memang kau dapat foto itu dari siapa?"

       "Jeong Hana." Jawabnya sedikit takut saat menyebut nama itu.

       Mulutku langsung menganga lebar. "Oh jadi dia, cerdas sekali bisa dapat waktu yang tepat. Lalu setelah ia mengirim gambar itu apakah kau sampai sekarang masih kontak dengannya?"

       Guanlin menggeleng-geleng cepat. "Tidak, tentu tidak. Awalnya aku sempat tidak percaya dengan kiriman foto darinya tapi setelah ku perhatikan itu asli dan bukan editan."

       Beberapa bulan yang lalu Jeong Hana teman sekantor Guanlin hampir ingin merusak hubungan kami namun Guanlin menangkisnya dan tidak secuil pun tergoda.

       Kemudian entah mengapa kami saling melempar senyuman. Dalam hati aku terlalu senang juga bersyukur karena Guanlin ku yang dulu telah ku dapatkan kembali. Tidak ada tatapan ataupun sorotan dingin di kedua bola matanya.


Guanlin P.O.V

       Aku menatap mata hitam pekatnya dengan penuh kebahagiaan. Senyum nan elok tersungging di bibir tipis berwarna merah jambu miliknya. Betapa senang hati ku, dapat melihat senyum itu lagi, yang mungkin hampir sekitar dua minggu tak tersuguhkan di pandanganku. Sekilas aku teringat akan kotak cincin yang berada di tas. Mungkin detik ini saja aku langsung melamarnya, aku sudah tidak bisa menunggu lagi karena takut nantinya malah tak sesuai harapan lagi. Walaupun aku tahu bahwa malam ini tak ada hal yang istimewa layaknya pada malam saat kejadian itu. Aku tak memakai jas, juga tidak dengan tuxedo. Tak ada makanan spesial, tak ada segelas anggur, tak ada pianis namun hanya dia, si peran utamanya ada.

       Aku membuka tas mengambil kotak cincin tersebut yang berwarna pink muda, warna kesukaannya. Mungkin aku memang tidak romantis sebab setelah aku mengeluarkan kotak tersebut, aku langsung berlutut begitu saja di hadapannya.

       "Will you marry me, Y/N?"

       Raut wajahnya menggambarkan keterkejutan namun terselip keterharuan atas apa yang sedang ku tunjukkan padanya. Air matanya mulai turun perlahan lagi, air mata penuh kebahagiaan. Ia menyuruhku untuk bangkit dari posisi berlutut kemudian ia memeluk ku dengan erat. Begitu erat sampai-sampai rasanya aku sulit bernafas.

       Y/N akan resmi menjadi milik ku seutuhnya, menjadi istri ku sepenuhnya, dan menjadi seorang ibu yang manis kelak untuk anak-anak ku, sesegara mungkin.  


FIN.

See You Around (Lai Guanlin x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang