Jemput

105 11 4
                                    

Aku sudah berada tepat di pintu gerbang rumah Luna, aku sedang menunggunya, aku tidak pernah melihat bundanya Luna dari sejak kemarin.

Luna, wanita itu kini sudah berada tepat dihadapanku lagi-lagi dengan senyum manis dibibirnya.

"Ayo naik, nanti kita telat" Kataku meyuruh Luna untuk segera naik di jok belakang motorku.

"Iya" Jawab Luna singkat.

Aku melajukan motorku dengan kencang hingga membuat Luna refleks memelukku, entahlah aku bukan berniat ingin modus agar Luna memelukku tapi murni aku benar-benar takut telat, aku takut Luna dihukum.

10 menit menempuh perjalanan, untung saja aku dan Luna tidak telat. Aku memarkirkan sepeda motorku di tempat parkiran aku bergegas menyusul Luna yang berdiri menungguku di tempat teduh itu.

"Anjas, cepetan." Ujar Luna melambaikan tanganya padaku.

"Iya sayang.. aku kesana!" Balasku pada Luna.

Aku meraih jemari imut Luna dan mengengamnya erat, aku tidak peduli dengan apa yang anak-anak lain katakan, aku hanya ingin melakukan apa yang aku suka selagi Luna tak risih karnaku. Aku juga ingin menunjukkan pada seluruh siswa SMAN 1 WOHA bahwa ini dia, wanita cantik bak angle dari negeri kayangan ini adalah milikku jangan mengangunya! karna aku akan sangat marah.

Mereka menatapku tak percaya entahlah, mereka mengangapku bad boy di sekolah padahal aku hanya akan bertengkar saat ada yang menggangu ketenanganku, menggangu pacarku, dan menggangu teman-temanku. Ah mungkin saja karna kejadian beberapa bulan yang lalu saat aku memukul Fatih yang menyerangku dari belakang hingga koma satu minggu tapi untung saja aku tidak dikeluarkan dari sekolah tapi hanya di hukum untukbtidak sekolah selama satu minggu.

Aku mengengam tangan Luna semakin erat, Aku dan luna menyelusuri setiap koridor sekolah, Kebetulan kelasku dan kelas Luna bertetangga jadi mudah saja untuk mengawasinya agar tidak diganggu oleh laki-laki lain.

"Luna.. aku masuk dulu, nanti kita kekantin bareng.." Ujarku pada Luna sembari melepaskan genggaman tanganku pada tangannya.

"Iya." Jawab luna tersenyum kearahku. Ah lagi-lagi senyuman yang mampu membuatku tak beralih sedikitpun dari pandanganya.

Aku menepuk pundak seseorang yang tepat duduk disampingku, namanya Akbar. Sahabatku dari aku SMP dia sahabat yang paling bisa mengerti diriku teman berbagi selain ayah.

"Lo udah tembak Luna?" Tanyanya padaku, Akbar memang seperti itu. Dia sudah terbiasa mengunakan lo-gue dalam melakukan percakapan, karna baginya jika menggunakan aku-kamu maka dia akan merasa jijik apa lagi saat mengunakannya padaku rasanya ia ingin muntah. Kecuali saat ia mengatakan pada pacarnya Nay. Aku jadi benar-benar iri pada couple itu mereka saling memahami walau dalam keadaan sulit sekalipun.

"Udah, aku udah tembak kemarin di pantai." Ujarku serius.

"Selamat bro, kalian pasangan tercocok kedua setelah gue sama Nay." Ucap Akbar percaya diri. Iya, aku akui kalau kisah cinta mereka memang famous di kalangan sekolah tapi aku yakin, aku dan Luna akan mengukir kisah cinta yang berbeda.

Setelah mengikuti pelajaran di kelas, akhirnya hal yang aku tunggu-tunggu telah berbunyi yaitu bel istirahat. Aku benar-benar ingin bertemu dengan Luna memandang wajah lugu nan cantiknya itu bak angle dari negeri kayangan itu.

Rupanya Luna sudah berdiri tepat di pintu kelasku, aku memandang ke arahnya dan berlari menghampirinya tanpa membereskan buku yang terterah diatas mejaku.

"Kamu dari tadi disini?" Tanyaku pada Luna dengan lembut.

"Aku baru saja datang Anjas, ayo kita ke kantin." Ajaknya padaku.

Jatuh cinta lagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang