"Dara, kamu udah siap belum? Aku mau ke rumahmu sekarang," sms Meylan.
Gadis bermata sipit itu sudah memoyongkan bibirnya sampai 5 cm ketika mengirimkan sms itu pada Dara.
"Gila, nih anak ngapain sih? Sms dari 3 jam yang lalu nggak dibalas-balas. Duh ini cewek lelet nggak ketulungan deh." Meylan semakin panik ketika melihat jam di tangan putihnya itu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Padahal kan, kereta menuju Semarang bakal berangkat jam lima sore.
"Mama, gimana nih? Mey pusing nih. Bedak Mey bisa luntur nih kelamaan nungguin kabar dari dara," kata Meylan sambil berjalan mondar-mandir mirip setrikaan Bi Inah pembantunya.
Rasanya ibunya Meylan ingin menutup mulut gadis cantiknya pakai lakban karena dari tadi paniknya bisa mengalahkan ibu-ibu mau melahirkan.
"Mey, kenapa pusing? Itu bedak nggak bakal luntur kalau dipoles lagi. Lagian di kereta mau tebar pesona sama siapa sih?" Ibu Meylan cuma geleng kepala sambil mempersiapkan bekal makanan kesukaan anak gadisnya yang centil itu.
"Lagian, jarak rumah kita ke tempat Dara kan cuma 30 menit Mey. Kenapa kamu nggak langsung ke sana saja. Mumpung Papa lagi nganggur tuh!" kata Ibu Meylan santai.
Kadang Meylan suka tidak mengerti dengan ibunya. Apa nggak ngerti kalau anak gadisnya ini sedang panik bin ruwet karena kabar dari Dara itu penting. Karena kalau Dara belum siap bisa jadi dandanan cantik ala princess bisa luntur tur kayak tembok kena lumut. Kan, lumayan ntar kalau di kereta ketemu sama polisi kereta yang aduhai bodinya. Ahayy.... pikiran Meylan mulai ngelantur tidak karuan.
Tiba-tiba dia teringat kata-kata ibunya yang menyuruhnya ke rumah Dara. Kan, lumayan ntar dia bisa memaksa Dara yang santainya ngalahin kura-kura itu buat bisa jalan lebih cepet.
"Pa, anterin Meylan ke rumah Dara sekarang, yuk! Sekalian Mey bawa barang-barang biar bisa berangkat sekalian," Meylan mulai merajuk pada Papanya.
"Kan, kereta masih lama sih? Lagian Mey itu mau berangkat ke kos apa mau kondangan? Kenapa itu lipenstip warnanya kayak kucingnya Mak Romlah yang baru makan tikus," kata Papa.
"Ah, Papa gimana sih? Ini gaya kekinian ABEGEH zaman sekarang, Pa." Meylan sambil melihat kaca yang dibawa, sepertinya dia nggak mau kalau bedaknya luntur barang setengah centi saja.
"Ayo, dong, Pap. Mey bisa ketinggalan kereta nih dan yang paling penting ntar anak Papa yang cantik seperti princess ini bedaknya luntur bagaimana?" Papa Meylan hanya bisa menggelengkan kepala melihat perilaku anaknya yang ajaib ini. Kadang dia merasa bersalah ketika nurutin nyidamnya istrinya yang ingin satu set peralatan make up artis yang harganya jutaan. Mana sekarang itu make up nggak di sentuh sama sekali, rasanya sakitnya tuh di sini.
"Iya deh. Papa keluarin mobilnya dulu. Kamu minta Bi Inah buat bantu masukin barang-barang kamu ke mobil." Akhirnya si Papa menyerah daripada kelakuan anaknya semakin nggak masuk akal terjadi.
Setelah berpamitan dengan ibunya Meylan berangkat menuju rumah Dara. Akhirnya 35 menit kemudian sampailah dia ke rumah Dara.
"Daraaaaaaa,...." Tanpa Babibu Meylan masuk ke rumah sahabatnya yang sudah dikenalnya sejak SMP itu.
"Aunty, Dara sudah siapkan? Dari tadi Mey sms dan telpon nggak diangkat," cerocos Meylan.
"Iya, dari tadi HP Dara memang berbunyi tapi nggak tahu dari siapa."
"Lah, kenapa nggak diangkat Aunty kan Mey jadi khawatir," kata Mey sambil terlihat manyun.
"Gimana mau angkat lha wong, itu tadi HPnya jatuh kejepit di belakang almari," kata Ibu Dara sambil menghela napas. "Mana Hpnya kecil susah diambil, nyempil lagi. Ini aja baru bisa diambil."
"Lha Daranya kemana Aunty, kok malah nggak kelihatan dia."
Meylan celingak-celinguk melihat ke seluruh ruangan itu. Namun, batang hidung Dara tidak kelihatan sama sekali. Gila, Ini anak hobi bikin orang panik ya?
"Tuh, dia masih santai 45 makan gorengan dan roti bawaan kakaknya yang baru datang dari Madiun tadi," kata Ibu dara
"Gila tuh anak. Dara, kamu dimana sih? Ayo berangkat!" kata Meylan panik
Dilihatnya sahabatnya yang berkaca mata itu lagi asyik makan gorengan di sambil lihat tivi. Duh, rasanya Meylan ini garuk tembok sambil berdoa biar tambah cantik.
"Bujubuneng nih anak. Eh, ini udah berapa neng? Waktu kita tinggal 45 menit lagi nih." Meylan sambil melihat kanan kiri nyari barang bawaannya Dara.
"Ra, kamu nggak bawa barang bawaan buat ke kos?" tanya Meylan.
"Bawa, emang kenapa? Tuh di dekat lemari," jawab Dara santai.
Sontak saja mata Meylan seperti mau copot ketika melihat apa yang apa di dekat lemari ini. Satu buah tas ransel kecil warna merah bersandar manja di dekat lemari. Sebuah pemandangan yang sangat beda dengan yang dia perkirakan. Segera saja Meylan menyadarkan diri dari angan-angan bodoh dan pengharapan yang tak sesuai.
"Kamu udah siapkan? Yuk berangkat sekarang aja. Papaku udah nungguin di mobil tuh."
Meylan segera menarik tangan Dara yang masih memegang gorengan sambil berusaha terus menguyahnya.
"Aunty, kita berangkat dulu ya?" kata Meylan sambil menciup tangan ibu sahabatnya itu.
"Eh, bentar Mey. Kayak mau dikejar kereta aja sih," kata Dara.
"Emang ..." jawab pendek Meylan sambil terus masuk ke mobilnya.
"Ma, doain Dara ya? Biar perjalanannya lancar."
Dara mengambil tas ranselnya dan mencium punggung tangan mama tercintanya. Ternyata perjalanan menuju stasiun membuat hati Meylan seperti mau copot dari tempatnya. Karena kereta yang mau mereka naikin sudah stanby di stasiun dan lima menit lagi akan berangkat.
Suara petugas kereta sudah berkoar-koar memberitahukan kalau kereta akan segera berangkat. Otomatis Dara tidak bisa berjalan santai karena Meylan sudah menarik tangannya untuk check in dan segera masuk ke gerbong kereta. Akhirnya mereka bisa duduk di kereta dengan aman dan nyaman.
"Duh, Dara ngapain sih kamu tadi. Tuh, santai jangan kebablasan donk." Meylan sibuk memoleskan lagi lipstik dan bedak ke pipinya. " Kita jadinya lari-lari kan, mana bedak jadi luntur lagi ntar kalau ke-princess-an aku hilang gimana? Kan nggak lucu."
"Kalau emang udah cantik dari sononya. Nggak usah dipakai bedak tebal lima centi bakal tetepan cantik, Mey. Apalagi cantik sesungguhnya tuh dari hati," ujar Dara.
"Eh, Mey barusan kamu dengerin apa yang aku bilang nggak sih?" tanya Dara. Karena dia melihat Meylan hanya diam dan sibuk memoleskan lisptik dan bedak ke wajahnya. Ternyata emang dugaan Dara benar.
Akhirnya dia diam dan mulai memasang handsfree untuk mulai mendengarkan musik yang akan menemaninya melewati 8 jam perjalanan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Sekar Arum
Teen FictionKumpulan cerita mahasiswi yang kos di Kos-kosan Sekar Arum. Dari yang cantik tapi jorok dari yang keibuan tapi bisa kumat manjanya. Sampai ketika pacarnya yang hobi kentut datang dan membuat polusi udara di Kos-kosan Sekar Arum. Sampai akhirnya sem...