"Huufftt.... akhirnya," kata Dara sambil membantu Meylan mengeluarkan kopernya dari gerbong kereta.
"Mey, habis ini kita ke kos naik apaan?"
Dara celingukan melihat banyak orang yang lalu lalang dalam stasiun itu. Ini kali pertama dia menginjakkan kaki ke Semarang sendirian hanya dengan Meylan yang sama-sama buta arah daerah ini. Wajah Meylan yang cantik sudah lusuh menahan capek 8 jam duduk terombang-ambing dalam kereta.
"Aku capek Ra. Bantuin bawa koperku donk?" Dara menoleh malas pada Meylan. Dalam hati dia berkata," Siapa suruh bawa koper dua biji, kayak orang nggak bakal pulang ke rumah aja."
"Gila, kamu bawa apaan siih? Berat amat itu koper?" Dara berusaha menarik koper berwarna merah itu untuk segera keluar dari stasiun.
Akhirnya dengan susah payah, mereka memilih patungan untuk naik taksi. Memang untuk gadis yang buta arah di daerah baru kendaraan umum ini termasuk yang lebih aman. Apalagi untuk dua gadis ceroboh yang sering ketinggalan barang ketika jalan bareng, tentu saja akan sangat berbahaya.
Memang pernah suatu kali waktu Dara menemani Meylan belanja baju di salah satu mall di Surabaya, dia harus mengganti baju Meylan yang dia tinggalkan di suatu tempat. Otomatis yang punya baju nangis guling-guling minta pertanggungjawaban. Emang dasarnya orang yang terlalu santai kejadian kayak gitu nggak berlangsung hanya sekali tapi sering. Makanya Meylan pasti cerewet kalau pergi dengan Dara takut kena sawan lelet dan cerobohnya Dara.
"Mey, ntar kalau udah nyampe kos kamu sekamar sama aku aja ya? Kan aku belum kenal sama anak-anak kos yang di sana," kata Dara menghiba.
"Ih, bosen lah masak di Surabaya sama kamu, sekarang nge-kos bareng lagi. Satu kamar pula. Duh, bisa jerawatan setahun aku." Ucap Meylan sambil asyik berkutat sama ponselnya.
Karena keadaan badan yang lelah, Dara nggak mau berdebat dengan gadis bermata sipit di sebelahnya itu. Dia tahu kalau Meylan dasarnya baik dan dia bicara begitu hanya bergurau saja. Ternyata perjalanan dari stasiun menuju tempat kosnya menempuh waktu 1,5 jam. Dara dan Meylan merasa beruntung sudah menggunakan taksi. Kalau naik angkot entah mereka akan nyasar kemana, bisa-bisa malah salah masuk kos orang.
"Neng, alamatnya dimana?"tanya sopir taksi itu ketika sudah masuk kawasan kampus Mandala Kusuma tempat kuliah mereka nanti.
"Duh, aku kemarin lupa nyatat Mey. Kamu tahu nggak?" Dara mulai panik ketika menyadari dia belum siap alamat kos yang akan dituju.
"Eh, kamu nggak punya alamatnya. Kirain kamu nyatat dari ayah kamu kemarin, Ra! Duh, gimana nih?"Meylan mencoba memutar otaknya terus. "Aku punya no Hp nya mas Hadi kok. Si penjaga kosnya itu Ra. Kamu nggak punya no HP nya juga?"
Meylan sudah capek badannya lemas bak rontok semua tulang-tulangnya. Tanpa babibu dia menghubungi mas Hadi melalui ponselnya. Ternyata nggak diangkat juga mulai sms dan telpon nggak ada respon. Otomatis keadaan jadi gawat karena kalau terus muter-muter nggak jelas bakalan membuat tarif taksinya melambung naik. Mana sopir taksinya sudah tanya-tanya terus alamatnya.
Akhirnya Meylan dan Dara turun di depan salah gang yang mereka percaya itu gang tempat kos Sekar Arum berada. Daripada biaya taksi membengkak mending tarik koper saja. Sepertinya ada penyesalan dalam hati Meylan karena membawa koper besar dan super berat. Rasanya jalan lima langkah berasa naik Gunung Merapi berasa sulit dan tinggi sekali.
"Mey, bukannya kos warna hijau muda itu kos-kosan Sekar Arum yang kita cari?"
Semangat dua gadis dari Surabaya ini seakan sudah datang lagi ketika melihat gerbang kos-kosan dari jauh. Sisa tenaga yang mereka gunakan untuk menarik koper super berat dari Meylan tak menyurutkan semangat untuk segera masuk ke surau. Dara berasa ingin tertawa menang karena hanya bawa satu tas ransel, berarti apa yang dia lakukan benar dan ada sedikit perasaan bangga karena nggak kena omel Meylan lagi.
Akhirnya sampai juga dua gadis malang itu ke depan bangunan berwarna hijau dengan halamannya yang luas. Bagian depan temboknya diberi tulisan Kos-kosan Sekar Arum berwarna natural yang kontras dengan warna temboknya dengan cat hijau terang. Fokus sekarang bukan itu tapi perasaan lega karena berhasil sampai ke tempat tinggal baru selama kuliah. Rasanya baru mikul 10kg kantong beras, badan ma tangan rasanya rontok nggak karuan.
Dara mengetuk pintu berdaun putih itu dan tak lama kemudian keluarlah gadis berperawakan tinggi besar dengan kulit hitam. Khas penduduk masyarakat di timur Jawa yaitu Papua. Meylan sempat kaget saat melihat wajahnya, rasanya bak tertikam harimau Sumatra yang hendak punah itu. Namun, dia bisa menguasai kagetnya itu dan tersenyum pada gadis berkulit hitam itu tapi manis juga wajahnya.
Ternyata penghuni kos baru itu sudah datang semua, malah ada yang dari kemarin sudah datang. Alasannya agar lebih gampang persiapan untuk ospek besok. Ramai banget kondisi kos itu karena tidak hanya calon mahasiswa tapi juga orang tuanya yang mengantar sampai kos.
Ada sedikit canggung ketika Meylan dan Dara masuk dalam kos-kosan itu. Memang untuk urusan kamar sudah tidak pusing lagi karena dari awal pembayaran kos sudah ditentukan kamarnya. Dara dan Meylan tidak sanggup berlama-lama bertegur sapa, ingin hati bercengkerama bersama namun apa daya mata mereka seakan sudah digelandulin monyet-monyet yang sudah siap mengajaknya ke kamar mandi eh kamar tidur maksudnya.
"Eh, Mey aku nggak nyangka deh kalau kosnya segini ramenya."
Dara terlihat sedikit kikuk ,sambil senyum-senyum ketika melewati teman-teman barunya itu. Mereka hanya sanggup melempar senyuman dan sedikit basa-basi sambil tangan mereka sibuk membereskan barang untuk masuk dalam kamar.
"Hai kalian datang dari mana? Oiya aku Najwa dari Jepara. Kalian datang dari satu kota ya?"
Tiba-tiba di depan kamar datang gadis berperawakan kurus, tersenyum manis pada mereka. "Eh, iya. Aku Dara dan itu Meylan sahabatku dari SMP. Kami dari Surabaya baru nyampe sini sore soalnya sempat lupa alamat kos ini." cekikik Dara sambil menggaruk rambut belakangnya yang nggak gatal.
"Salam kenal ya Najwa, kamar kamu dimana? Ntar kami mampir deh," kata Meylan sedikit basa-basi padahal dalam hatinya ingin segera berpelukan dengan guling karena pinggangnya berasa sudah tidak pada tempatnya.
Tangan Najwa menunjukkan pada sisi kamar kos sebelah kiri dimana di depan kamar nya ada rak sepatu kecil berwarna hijau tua. Sedikit mengintip, Meylan mengira ini teman kos baru nya anaknya pasti rapi nih. Soalnya enak banget pas ngeliat dalam kamarnya. Sekejap mata Meylan sudah ingin berbaring di tempat itu.
"Eh, Mey kamu ngelamunin apa sih? Yuk, ah masuk ke kamar!"
Dara memanggilnya dari dalam kamar kos yang keadaannya beda cukup 50% dengan kamar Najwa. Ya, maklumlah mereka baru datang dan Dara tipikal cewek santai yang asyik aja dengan segala keadaa. Dengan menghela napas panjang Meylan menuruti saja karena badannya sudah sangat ingin direbahkan.
Setelah sprei terpasang, sarung bantal sudah pada tempatnya dengan kompaknya mereka menjatuhkan badan ke kasur. Entah bagaimana tanggapan teman-teman kos baru mereka yang penting Meylan dan Dara sudah mengucapkan salam kenal dari hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Sekar Arum
Teen FictionKumpulan cerita mahasiswi yang kos di Kos-kosan Sekar Arum. Dari yang cantik tapi jorok dari yang keibuan tapi bisa kumat manjanya. Sampai ketika pacarnya yang hobi kentut datang dan membuat polusi udara di Kos-kosan Sekar Arum. Sampai akhirnya sem...