Chapter I : Responsibility

3K 183 16
                                    

Hanya fic iseng untuk memulihkan WB akut saya. Maaf kalau ada kesalahanan karena saya baru ngikutin animenya saja, belum sampai ke manganya.

Warning : Fem!Midoriya. Midoriya Female ver tetapi saya tidak merubah namanya. Krn mnrt saya, nama Midoriya Izuku terasa sedikit feminim. Karena saya msh ada digaris keras straight pairing tetapi baca juga BL sih. Eh tumben gue pake "saya". Wkwk.
.
.
.
CHANGE
©Boku No Hero Academia by Horikoshi Kouhei.
CHANGE by Usei.

Chapter I : Responsibility
.
.
.
Midoriya Izuku's POV.
.
.
.
"Sisi kirimu kadang terlihat mengerikan, Ibuku berkata seraya menyiramkan air mendidih kepadaku."

"Aku tidak akan menggunakan sisi kiriku dalam pertempuran. Itu adalah deklarasi bahwa aku menolak keberadaan Ayahku."

Dia bagaikan tokoh utama sebuah komik dengan latar belakang seperti itu. Hanya seorang aku yang mendengarnya dengan jelas. Seorang aku, seorang Midoriya Izuku yang bahkan tak memiliki bakat murni. Apa yang dapat aku katakan mengenai semua kenyataan ini ? Hanya sebuah gumaman pernyataan perang kepadanya entah dalam arti seperti apa, aku pun tak mengerti.

Semenjak kejadian itu pula, dilema diantara aku dan dia mulai menerpa bagai hujan es yang dibuatnya.
.
.
.
.
.
.
"Pertandingan babak kedua dimulai!!!!"

Gemuruh suara penonton festival olahraga Yuuei saat itu menambah adrenalin para peserta yang lolos di babak seperempat final. Dibandingkan dengan kegemparan yang terjadi tersebut, kepalaku terus terisi dengan pembicaraanku dengan Todoroki-kun. Beberapa saat lalu, aku berpapasan dengan Endeavor, sang Ayah pemilik quirk half-cold-half-hot itu. Sang pahlawan no 2 tersebut berkata bahwa pertarungan antara aku dan Todoroki-kun adalah sebuah ujian yang bagus untuk anaknya.

Aku tidak akan kalah darimu, Todoroki-kun. Dalam hati kubergumam seraya berjalan menyusuri lorong menuju area pertandingan sesaat setelah namaku dipanggil oleh si MC nyentrik berquirk suara itu. Kumendengar nama kami disebut lantang disertai excitement akan ekspektasi tinggi hiburan yang mereka akan tonton sesaat lagi. Sesampainya di arena, aku memandangnya dengan jeli. Menatap tajam tanpa gentar. Begitu pula dirinya kepadaku.

Todoroki Shouto-kun. Berulang kali. Beruntun. Semakin kuat dan kuat. Aku berusaha menahannya dengan memfokuskan kekuatan One for All pada jari-jariku disetiap serangannya. Sebagai seorang wanita, fisikku mungkin memang lemah tetapi tekadku tak akan kalah darinya meskipun motivasiku dibandingkan dirinya berbeda bagai langit dan bumi. Tak ada satupun serangan lalai darinya. Ia serius. Sangat. Kemarahan jelas terasa ditatapan matanya ketika kuberkata bahwa ia harus bertarung mengerahkan seluruh kekuatannya. Semakin jelas amarahnya ketika tubuhnya mulai gemetar akibat kekuatan esnya sendiri. Tubuhnya mulai membeku dan melambat. Ia mengira aku telah diperbudak oleh Ayahnya hanya karena aku mengungkap kenyataan tentang apa yang terjadi pada pertarungan ini.

Aku kesal. Sesak rasanya. Apalagi ketika mengetahui bahwa ia bermain-main disini. Semuanya, teman-teman, bertarung dengan sekuat tenaga! Tetapi dia berkata dengan seenaknya ingin menang hanya dengan mengandalkan sebagian kekuatannya ? Jangan bercanda, hei, Todoroki-kun! Apapun masalah yang kau hadapi sampai saat ini, kau tak berhak menodai perjuangan kuat teman-teman! Demi semua orang yang telah mendukungku selama ini, aku akan membuatmu sadar apa yang baru saja kau katakan adalah kesalahan besar!

Ia berseru dengan amarah pada suaranya yang redam, "Seluruh kekuatanku, katamu!? Jangan bercanda. Pasti ayahku sudah menyuapmu dengan uang atau semacamnya. Menyebalkan sekali. Aku akan mengakhiri semua ini secepat mungkin."

Beberapa kali, aku berhasil mendaratkan pukulan pada tubuhnya hingga terlempar jauh dari hadapanku. Ekspresi wajahnya semakin membingungkan di setiap langkahnya. Aku menyerukan konfrontasi tentang dirinya di hadapannya. Bongkahan-bongkahan es itu seakan membekukan hatinya selama ini, hingga tubuh dan pikirannya tak menerima kenyataan. Kebencian pada sang Ayah membakar pandangannya ke depan hingga tertutup kabut asap tebal.

CHANGE [ Boku No Hero Academia Fanfiction ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang