Pandanganku tajam menatap seorang pria yang kini sedang duduk dihadapanku. Ingatanku kembali memutar memori lama yang pernah aku alami 10 tahunyang lalu. Memori buruk yang mungkin tak seorangpun wanita ingin mengalaminya.
"Bagaimana kehidupanmu disini Meir, Apa kau sudah menemukan pasangan hidupmu ? " tanyanya padaku memecah keheningan. "Bukan urusanmu, Aku menjalani kehidupanku sendiri, Apa pedulimu!, Kataku ketus padanya.Dia tertawa dengan lepas, Menertawakan apa yang baru saja aku katakan. Apakah itu lucu baginya ? . " Kau ketus sekali Meir, Yah tentu saja kau belum punya pasangan, Masih mengharapkanku kan?, Ucapnya dengan sangat percaya diri sambil membuat senyum miring di bibirnya.
Aku terkejut mendengar ucapannya barusan, Emosiku mulai meningkat. " Yah aku tidak bisa melupakanmu tapi sejak hari itu, Aku lupa bagaimana setianya aku menunggumu, Jangan terlalu percaya diri, Kau tak berarti sekarang. " jawabku seraya menarik tasku yang ada di atas kursi disampingku.
Aku berjalan meninggalkan pria dihadapanku. Dia masih saja terduduk dikursinya. Namun saat aku menarik gagang pintu cafe, Aku merasa tanganku ditarik oleh tangan lain. " Apa lagi?, Belum puas menyakitiku 10 tahun yang lalu? ", Ucapku sedikit membentak pria yang bepakaian jas lengkap dengan dasi biru dongker melilit di kerah bajunya.
Matanya tajam, Rahangnya mulai mengeras. Raut matanya seolah ingin menelanku bulat - bulat. " sangat angkuh.. Untung saja dulu aku tidak melirik ke arahmu sedikitpun Meir" tukasnya dengan tegas dan penekanan diakhir kalimatnya.
" Kau memang banyak dipuja kau banyak digilai wanita, Bodohnya kenapa aku juga menyimpan rasa padamu", Jawabku lalu berjalan ketepi jalan dan berusaha menghentikan taksi yang lalu lalang.Belum sempat aku naik ke taksi yang telah berhenti di depanku. Tanganku kembali ditarik oleh seseorang. Aku pun berbalik dan sebuah pukulan keras sukses mendarat di pipiku. Aku tau siapa dia, Siapa yang berani menamparku. Daniella Rootherford, Anak dari pemilik The Rootherford Company.
"You like a bitch Meir. Kau tau dia tidak pernah menyukaimu, dasar wanita tidak punya harga diri terus saja menjadi peretak hubungan orang!" ucapnya seraya menunjuk - nunjuk wajahku. Aku hanya bisa terpaku mendengar semua yang dikatakan Daniella. Tak terasa sebuah cairan hangat meluncur dipipiku membuat jalurnya sendiri. Aku menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different You
RomanceAlmeira Devanora Rosallina Roosevelt berjuang menguatkan hatinya akan keputusan semu yang harus diambil. Sampai akhirnya ia harus bergulat kembali dengan rasa dihatinya yang terus menyuarakan hal yang membuatnya dilema. Perjuangan seorang wanita men...