Answer

19 4 0
                                    

Sudah beberapa detik tubuh Mario mengaku saat Karin menggigit bahunya. Tidak lama setelahnya sebuah batu dilempar ke kepala Karin hingga gadis itu melepaekan gigitannya.

"Akh!" keluh Mario kesakitan, bibirnya memucat dan dia kehilangan energi untuk berdiri.

Bruk!

Pandangan Mario saat ini mengabur, bahkan mungkin rasa sakit yang saat ini dia rasakan terlupakan. Mario mulai menutup matanya.

^^^^

Mario perlahan membuka matanya, namun sosok pertama yang dia lihat adalah seorang gadis berambut panjang, dia menidurkan kepalanya di ranjang yang ditiduri Mario.

"Siapa?" tanya Mario lemas.

Gadis yang tertidur itu mengangkat kepalanya, dia tersenyum dengan menatap Mario. Tentunya Mario menatap heran gadis yang ternyata Rine itu.

"Kau?! Dimana ini? Dan gimana kamu bisa tau aku di sini?" tanya Mario terdengar ketakutan. "A-apa kau ingin membunuhku juga?"

"Gak gitu."

"Kau mau apa?"

"Tolong tenang!" pinta Rine penuh harapan.

"Pergilah! Pergi! Pergi!" teriak Mario dan itu membuat Rine terganggu dan alhasil membuatnya membungkam mulut Mario dengan tangannya.

"Aku mohon! Aku harus menjelaskannya padamu. Kau harus tau yang sebenarnya." pinta Rine berbisik penuh pengharapan dan kali ini Mario bisa mengerti.

"Terima kasih" ucap Mario lirih, langkah Rinepun terhenti, Rinepun  melihat ke belakang yang terdapat Mario yang sedang duduk di kasur, dan menghadap Mario perlan-lahan.

^^^^

"Manusia serigala?" Mario memastikan dan mendapat anggukan dari Rine. "Omong kosong! Cerita itu cuma karangan orang-orang yang kebanyakan imajinasi."

"Apa rasa sakitmu imajinasi?" tanya Rine dan berhasil membungkam Mario. "Saat bulan purnama menyinari Karin san, dia akan berubah. Makanya sebisa mungkin saat malam Karin san tetap di rumah, namun hari itu dia menolak. Kata-kata kamu tempo hari mengganggunya." jelas Rine dan Mario hanya bisa terdiam. "Dan untukmu..." lanjut Rine menatap Mario serius. "...bagaimana kau bisa tetap hidup?"

"Ah!" keluh Mario tidak habis pikir. "Ku kira setelah menjelaskan hal sebenarnya, kau akan minta maaf dan memintaku untuk membungkam suara, tapi ternyata perasangkaku benar, kalian ingin aku mati."

"Gak gitu." bantah Rine. "Aku datang ke sini mau minta maaf dan memohon biar kamu gak buka mulut. Aku janji hal ini gak akan sampe kejadian lagi." jelas Rine penuh pengharapan.

"Pergilah! Aku muak melihatmu."

"Wajar kamu membenci kami, tapi tolonglah! Kami juga ingin hidup dengan damai. Takdir yang menentukan kami seperti ini, jadi tolonglah mengerti." pinta Rine. "Hanya itu yang ingin aku sampaikan." lanjut Rine. "Kami minta maaf dan aku berterima kasih, seenggaknya kamu masih mau dengerin aku. Sisanya terserah kamu."

Rine berdiri dari duduknya, lalu berbalik dan perlahan melangkah keluar ruangan. Mario menatap lurus ke luar jendela, saat ini hujan.

"Makasih." ucap Mario lirih menghentikan langkah Rine.

Rine terkejut hingga membuatnya membalikan tubuh, dia menatap Mario yang melihat keluar jendela. Setelah beberapa detik barulah Mario menatap Rine yang terlihat heran. Mario menarik senyuman tipis dan membuat Rine bingung.

"Terimakasih karena telah menjengukku dan bersusah-susah untuk jelasin itu." ucap Mario lirih, Rine belum bisa mencernanya. "Aku akan menutup mulutku, asalkan kau menepati janjimu. Aku gak mau ada korban."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Werewolf:GakkouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang