▪▪Prolog▪▪

71 13 0
                                    


Hari itu dengan ditemani hujan Naura menangis didalam kamar. Menutupi dirinya dalam selimut, menyesal atas berbuatannya. Yang kini membuat hatinya patah bersama hujan, bagai pelengkap atas perasaannya hari itu.

Dengan air mata yang terus memenuhi pelupuk matanya, dia ambil selembar kertas. Kemudian duduk di kursi belajar sambil mengambil pensil di ujung meja, dengan tarikan nafas untuk menenangkan hatinya. Dia menuliskan secarik kata demi kata ke dalam kertas tersebut dengan derai air mata yang terus mengalir.

▪▪▪

17 Januari 2014


Untuk Dia.

Harapanku hancur.
Robek oleh dia sang pematah hati.
Sakit.
Dan aku merasa sakit di bagian dada.
Aku bingung ingin menulis apa.
Ingin mengisi kertas ini dengan apa.
Tapi aku merasa tenang bila menulis dalam kertas.
Hatiku masih terguncang dengan semua ini.
Maka dari itu aku hanya ingin bilang.
Wahai kertas.
Rangkaian kata demi kata yang biasa aku tulis.
Kini rasanya sulit untuk ku tulis.
Karena saat ini aku sedang patah hati.
Maka dari itu.
Untuk kertas.
Mohon tunggu aku.
Tunggu aku untuk menulis perasaanku karna dirinya.

▪▪▪

Setelah hari itu Naura dan keluarga pergi ke Kalimantan untuk tugas Ayahnya. Dan disana Naura mencoba untuk belajar melupakan dia.

Setelah beberapa hari Naura menulis lagi sesuatu hal dalam kertas yang khusus untuk menulis semua tulisan hasil perasaannya.

▪▪▪


22 Januari 2014

Untuk kamu, patah hatiku.

Aku tahu, semua terlihat konyol.
Aku yang tanpa persiapan dan hanya bermodal tekad, dengan beraninya menulis surat.
Surat yang berisikan tentang perasaanku.
Ya, perasaanku.
Senyummu.
Tawamu.
Masih membekas begitu indah didalam otakku.
Terus berputar seperti kepingan memori.

Sakit.
Itu yang aku rasakan saat ini.
Untuk pertama kalinya.
Aku merasa sakit.
Mengapa aku merasakan sakit? bukan kebahagian?
Aku terlalu berharap terlalu tinggi.
Hingga jatuh teramat dalam.

Robek.
Ingatan itu yang selalu terlintas.
Dimana saat itu dengan mudahnya kamu robek harapanku.
Keberanianku, kata-kata indahku.
Yang amat sangat aku rangkai dengan indah hanya untukmu.
Hanya untuk menjelaskan semua perasaanku.

Kamu.
Patah hati pertamaku.
Sebelum aku tahu rasa bahagia dalam cinta.

Kamu.
Cinta pertamaku.
Sebelum aku tahu cinta itu berat.

Berat.
Seperti aku yang berat untuk melupakanmu.

Caraku mencintaimu hanya lewat diam.
Diam-diam mengamatimu.
Diam-diam memperhatikanmu.
Dan diam dalam perasaanku.
Disaat aku memiliki tekad tapi nyatanya menjadi konyol.

Konyol.
Mungkin memang aku yang konyol.
Berani-beraninya berharap dengan kamu.
Kamu yang belum tentu melirikku.
Atau bahkan mengenalku.
Dari kata-kata ini aku bercerita.
Dari tulisan-tulisan ini aku menuangkan.
Menuangkan perasaanku saat ini.

Maaf.
Maaf untuk hati.
Kamu harus patah sebelum berdetak.
Maaf untuk hati.
Kamu harus sakit sebelum bahagia.
Dan maaf untuk diriku.
Yang telah merasakan patah di saat ini.

Semoga aku lekas sembuh dari patah hati ini.

RANSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang