Lucky Day

30 5 3
                                    


Pukul 22:00. Seoul masih ramai. Aku melihat dari jendela lantai 3 di bangunan tempatku menambah jam pelajaran atau disebut bimbel. Orang-orang berlalu lalang, mengamati arlojinya setelah itu berjalan dengan cepat seakan kehabisan waktu.

Murid-murid berseragam SMA juga kulihat bergerombol di trotoar saling berbicara banyak hal kemudian tertawa. Sedangkan aku, duduk di sini menghadap jendela—bosan akan pelajaran Matematika yang akan berakhir dalam 5 menit. Saat ini yang kupikirkan hanya pulang.

“Kau melamun lagi seperti biasanya, Kang Seo Ra,” orang yang berkata seperti itu adalah Ha Ru, Jung Ha Ru.

Ia sahabatku sejak aku masuk SMA. Setiap harinya ia selalu berkata seperti itu denganku. Dan aku masih terus melamun, tak pernah ucapannya ku hiraukan.

Aku menoleh menatap Ha Ru di bangku sebelah. Kulihat ia menopang dagu sambil mencatat apa yang dikatakan Kim-nim guru matematika yang sedari tadi sibuk menjelaskan dengan santai seperti mendongeng.

Ha Ru selalu seperti itu. Memiliki wajah yang cantik.  Rambut hitamnya tergerai dan poninya sudah memanjang hampir se-dagunya. Kulitnya bersih, matanya besar dan memiliki kelopak mata ganda. Pertama kali ku melihat Ha Ru, kukira ia telah menjalankan operasi plastik, ternyata tidak sama sekali. Beruntungnya dia.

Sedangkan aku, selayaknya perempuan Korea yang lain. Namun, yang aku syukuri hingga saat ini adalah tubuhku yang susah gemuk dan mataku yang lebih besar dari remaja yang lain. Gomawoyo Eomma—Terima kasih ibu. Semua ini diturunkan dari Eomma  yang memiliki mata khas Indonesia.

Lamunanku selesai diikuti oleh Kim-nim yang mengakhiri kelas bimbel malam ini. Aku lelah sekali, jeongmalyo—sungguh.
Aku berjalan di trotoal sambil memasang headset untuk sekedar meringankan stress dengan lagu 11:11-Taeyeon. Lagu ini sangat cocok didengarkan saat musim dingin, tapi di musim gugur seperti ini juga tak masalah bagiku.

“Kang Seo Ra!”

“Yaa Kang Seo Ra apa kau tak mendengarku?”

Aku berbalik dan mematikan laguku. Kulihat Ha Ru dibelakangku dengan raut wajah kesal, namun tetap cantik. Aku heran.

“Apa kau langsung pulang ke rumah?” tanya Ha Ru sambil melangkah mendekatiku.

“Ya tentu. Waeyo?—kenapa? ”

“Apa kau tak ingin menikmati secangkir kopi denganku?”

“Lain kali saja, aku sungguh lelah hari ini.”

“Hmm, Arasso—baiklah .”

Annyeong Chingu-ya!—selamat tinggal teman! ”

Ha Ru melambaikan tangan padaku dan kami berpisah di persimpangan.

***
Aku merebahkan tubuh di ranjang dengan pasrah. Tubuhku rasanya lemah setiap menghabiskan sekolah mala m(read: tambahan belajar malam). Aku memasang earphone, memutar lagu ‘Taeyeon-11:11’ tubuhku serasa melayang, lagu yang indah.

Lalu, suara indah Taeyeon-eonnie  terhenti. Aku mendengar suara ringtone sms.

From : Haru Haru
Seo Raa... apa kau sudah tidur? Ah tak mungkin. Saat ini kau pasti sedang mendengarkan lagu Taeyeon eounnie kan? Iya kan? Kekekeke.

To : Haru Haru
Bagaimana kau bisa tahu? Aku sungguh lelah hari ini, aku ingin tidur. Annyeong!

From : Haru Haru
Kau ini sangat menjengkelkan. Oh ya jangan lupa janji salju pertama kita ya Seo Ra.... selamat tidur^^

Aku hanya membaca pesan terakhir dari HaRu dengan setengah sadar karena aku hampir terlelap.

Dan seketika, gelap.

Annyeong (Fanfiction EXO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang