1

550 7 0
                                    

MM : Hei, kau lihat orang yang duduk di sana?

RR : Hm?

MM : Dia melihat ke arahmu terus.

RR : Oh ya?

MM : Iya. Jangan-jangan dia mata-mata.

RR : Hahaha.

MM : Mungkin kau mirip seorang buronan yang sedang dicari-cari?

RR : Atau mungkin, dia hanya terpesona pada ketampananku.

MM : Geez. Apa kau baru saja mencoba terdengar narsis? Too pathetic, really. Try again.

...

Tujuh belas menit kemudian

MM : Aku tahu! Kalau kuhampiri, mungkin dia akan mengakui siapa dia sebenarnya, meski terpaksa.

RR : Sudahlah, biarkan saja dia.

MM : Yakin, kau tak mengenalnya? Jangan-jangan sebenarnya dia temanmu.

RR :Nope. Aku yakin bukan.

MM : Mengapa kau yakin? Kau bahkan tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

RR : Intuisi.

MM : Hmpfh. Bilang saja kau tak punya teman.

RR : Sembarangan kau..

MM : Eh, benar ya?

RR : Apa?

MM : Kau tak punya teman.

RR : Aku punya.

MM : Omong kosong.

RR : Terserah.

MM : Kalau begitu sebutkan, berapa jumlah temanmu?

RR : Tak ada waktu untuk menghitung hal semacam itu.

MM : Ah. Tentu saja, Loner.

RR : Fine. Mungkin sekitar 4000.

MM : Tadi kau bilang tak ada waktu, lalu muncul 4 digit angka begitu saja? Seriously?

RR : Pernah dengar social network?

MM : Maksudmu buku wajah?

RR : Jenius.

MM : Ckckck, menyedihkan. Kau bahkan tak tahu apa yang kau sebut teman.

RR : Maksudmu?

MM : Teman itu apa?

RR : Teman ya teman.

MM : Yaitu?

RR : Seseorang yang menemanimu setiap saat.

MM : Hah! Dan kau punya 4000 orang yang menemanimu setiap saat?

RR : Lupakan angka itu. Oke, ralat, teman adalah seseorang yang menemanimu, saat suka dan duka. Bagaimana?

MM : Kau menggunakan kata 'menemani' yang berasal dari kata 'teman'. Jelaskan, apa yang ia lakukan?

RR : Ya, bu guru..

MM : Aku serius.

RR : Aku bosan. Next topic please?

MM : No. Definisikan 'teman'.

RR : Biarkan aku berpikir.

TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang