2013 (Tahun Keempat)
Sudah 6 bulan lebih kamu meninggalkan aku, Zan. Gimana tempat kamu disana, enak? Apa benar banyak bidadari seperti yang aku baca di Kitab Suci Alqur'an? Sampai sekarang pun aku Smasih belum percaya kamu udah gak ada, Zan. Bahkan, di akhir tahun kemarin pun aku masih berharap ini cuma kejutan yang kamu buat untuk aku, seperti yang di film-film. Tapi mana mungkin ya, Zan ada orang yang bikin kejutan sampai menghilang 6 bulan.
Berita kamu tertimpa crane disana itu bikin hidupku hancur. Aku langsung terbayang fisikmu yang kuat, yang bisa ngehancurin beton ala-ala taekwondo. Tapi setelah aku lihat foto tubuhmu yang sudah tertimpa craine, aku tau kamu benar-benar sudah tiada. Ibumu dan ayahmu bahkan langsung memelukku ketika mereka melihatku begitu tak berdaya saat pertama kali menerima kabar kematianmu.
Fauzan Naheem Aljaidi, terima kasih sudah menemani aku selama 4 tahun ini. Sudah menjadi abang dan partner hidup yang baik untuk aku. Sudah menjadi laki-laki yang memberi contoh yang baik untuk perempuan. Aku adalah wanita yang sangat beruntung karena aku yang punya kamu hingga akhir waktu kita bersama. Kamu tau, kamu adalah perekat hatiku yang hancur ketika aku di tinggal selama-lama nya juga oleh kedua orang tuaku. Semoga kamu bisa bertemu dengan ayah dan ibuku juga disana. Tolong bilang sama mereka, Zan, bahwa aku selalu disini untuk mendoakan ayah dan ibu, dan juga kamu.
---
"Puan Amyra Rizaldi, denger gak sih gue ngomong apa?". Protes Tita padaku.
"Sorry, Ta. Gue lagi gak fokus". Sahutku.
"Lo masih kebayang-bayang Fauzan, ya?". Tanya Tita sambil mengunyah kentang goreng yang aku belikan untuknya ketika aku berkunjung ke rumahnya.
Aku hanya mengangguk membalas ucapan Tita. Ya, semenjak kepergian Fauzan, apalagi 3 bulan pertama aku hanya bisa menangis dan menangis terus mengingat kenangan-kenangan indah yang sudah aku lewati dengan dia bersama-sama. Aku bertanya-tanya dalam hati apa aku bisa menemukan pengganti Fauzan yang begitu setia dan tulus sayang sama aku? Aku rasa susah, bukan tidak ada, tetapi susah menemukan laki-laki lain yang bisa menerimaku dengan kehidupanku yang jauh dari kata normal.
"Myr, jangan sedih terus. Ini udah 6 bulan. Gue tau ini bukan hal yang mudah untuk lo lewatin, apalagi lo sama Fauzan udah 4 tahun bareng-bareng. Tapi, ini gak akan ada faedahnya juga buat lo kalo lo terus meratapi kepergian Fauzan. Kasian sama dia juga, Myr, dia pasti mau ngeliat lo bahagia disini tapi lo malah bikin dia sedih juga diatas sana".
"Gue gak mau, Ta bikin dia sedih, gue janji sama dia waktu kita pacaran sesedih apapun gue, gak boleh di ratapin lama-lama. Tapi ternyata, janji gue ke dia gak segampang itu untuk dilakuin. Apalagi gue gak mau untuk ngelupain dia gitu aja".
"Myr, proof it! Let it flow, Lo gak melupakan Fauzan, dengan lo buktiin janji lo ke dia malah lo mengingat dia dengan baik".
Aku langsung memeluk Tita saat itu juga, Tita dan Narisha selalu menjadi tempat curhatku yang tau seluruh seluk-beluk permasalahanku.
---
"Makasih ya Nar, Zra, udah anterin gue ke rumah orang tua nya Fauzan. Nanti gue pulang naik taksi aja. Safe drive, ya!". Narisha dan Ezra mengantarku ke rumah Ibu Anis dan Pak Dodi -yang merupakan orang tua Fauzan- untuk bersilaturahmi rutin yang dimana dulu juga sering aku lakukan selama masih ada Fauzan.
"Gak usah, Myr! Lo pokoknya nanti balik lagi sama gue dan Ezra, okay?". Bantah Narisha.
Memang susah kalau harus membantah kemauan Narisha, daripada berdebat semakin lama aku akhirnya menganggukkan kepalaku dan pamit pada mereka untuk masuk kedalam rumah Fauzan.
"Assalamu'alaikum". Ku ketuk pintu rumah yang terbuat dari kayu jati ini, tak lama sesudah itu muncullah Bik Arni yang merupakan asisten rumah tangga Fauzan sejak dia masih kecil.
"Wa'alaikumsalam, walah ada Mbak Amyra toh, monggo mbak silahkan masuk. Mau ketemu ibu sama bapak ya?".
Aku mengangguk sambil tersenyum pada Bik Arni, sesudah itu beliau berpamitan kepadaku untuk memanggil majikannya yang berada di lantai atas.
"Amyra! Ya Allah akhirnya ibu ketemu kamu juga, kamu apa kabar, nak?". Aku sungguh merindukan wajah Mama Fauzan ini, aku merasa seperti disambut oleh ibuku sendiri.
"Alhamdulillah baik, bu. Maaf ya, Myra baru bisa dateng lagi kesini sekarang". Aku tersenyum tidak enak pada Ibu Anis, karena semenjak Fauzan meninggal, Ibu Anis sangat sering menyuruhku untuk datang ke rumahnya untuk sekadar menemaninya yang kesepian karena tidak memiliki teman ngobrol di rumah.
"Gak apa-apa, Myra. Ibu tau, Myra pasti lagi sibuk sama kuliah Myra kan? Apalagi sekarang udah masuk semester akhir ya? Sebentar lagi anak ibu lulus dong?".
Hatiku semakin tersayat mendengar Ibu Anis berkata seolah aku memang anaknya sendiri, YaAllah Zan, aku semakin beruntung mengenal kamu dan keluarga kamu. Beribu-ribu terima kasih mungkin gak akan cukup untuk aku ngutarain perasaan ini.
"Iya bu, Myra lagi KKN sama nyusun skripsi. Nanti pas Myra wisuda ibu sama bapak datang ya. Undangan wisuda untuk orang tua nanti Myra kasih untuk ibu sama bapak, ya". Balasku, Ibu Anis tersenyum dan mengangguk sambil mengeluk kepalaku sayang.
"Myra, kemarin waktu Bik Arni bersihin kamar Fauzan, dia nemuin surat di atas meja kerja Fauzan. Itu sepertinya untuk kamu, karena secara tersirat sepertinya surat itu di tujukan kepada kamu. Sebentar ya, ibu ambilkan dulu".
Selepas Ibu Anis pergi ke kamar Fauzan, aku kembali bingung. Apa surat yang Fauzan tulis untukku?
"Ini, kamu baca aja sekarang ya". Ucap Ibu Anis sambil memberikan surat tersebut kepadaku.
Kepada Cintaku, Penyanyi Cafe Hype Twenties
Puan Amyra Rizaldi, kekasihku, cintaku, perempuan yang merupakan -soon to be- istriku (aamiin, kalau Allah mengehendaki ya)
Myra, aku tau kamu sudah melalui banyak hal rumit selama tiga tahun belakangan ini. Kamu yang dulunya hidup sangat bahagia dengan limpahan kasih sayang kedua orang tua kamu, sekarang harus berjuang sendiri untuk bisa menghidupi kehidupan kamu yang dimana kamu sudah tidak memiliki tempat untuk bergantung.
Aku senang bisa menjadi superhero untuk hidup kamu selama tiga tahun ini, aku bahagia, Myr karena hidupku bisa bermanfaat untuk orang lain. Apalagi kalau kamu selalu bilang ke aku bahwa aku adalah tempat kamu bergantung, rasanya luar biasa melihat ada seseorang yang sebegitunya menggantungkan hidupnya padaku meskipun aku dan orang tersebut belum mempunyai ikatan resmi yang sah secara hukum dan negara.
Tapi, Myra, kamu harus tau. Aku juga hanya manusia biasa yang tidak tahu kapan hidupku akan berakhir di dunia, kapan aku harus mengakhiri tugasku sebagai Khalifah di bumi Allah ini. Maka dari itu, aku berharap kalau aku yang harus pergi meninggalkan kamu duluan, kamu harus tau bahwa aku tidak akan pernah ingin melihat kamu menangisi kepergianku sampai akhirnya kamu tidak bisa mencintai laki-laki lain. Jangan hukum diri kamu seperti ini! Aku mohon.
Aku sangat bahagia, Myr. Bahagia karena aku bertemu dengan perempuan seperti kamu. Bahagia karena aku adalah laki-laki pertama yang bisa dapetin cinta kamu. Bahagia karena ada kamu, hidupku jadi lebih berwarna. Aku belajar kesetiaan dari kamu, belajar sabar juga dari sifat kamu yang dulunya cuek :).
Bukalah surat ini enam bulan ketika aku sudah melamarmu, aku ingin melihat senyum dan tangis bahagiamu didepanku saat kamu membaca surat ini.
Tertanda,
Fauzan Naheem Aljaidi
**********
Update lagiiii ^^. Aku baru bikin 4 part, rencana nya malem ini mau bikin draft lagi yang part 5 nya. Semoga besok bisa cepet-cepet di up ke Wattpad!
Happy reading, para calon pacar Arifin Putra!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Kenangan
Short StoryHidup ini berputar, aku tau itu. Tapi apa aku bisa mengulang semua hal-hal indah yang kita lalui bersama dulu yang sekarang hanya ada dalam kenangan? -Puan Amyra Rizaldi-