T A K D I R

15 1 0
                                    


    Dijatuhkanlah tubuh gembel itu dari angkasa. Tubuhnya tersungkur dalam semak yang berdurikan baja. Tubuhnya tertancap salah-satu baja, bau anyir darah kemana-mana. Rambutnya seperti diguyur darah, lengket dan hina. "Ya Tuhan, Maafkan aku!" teriak gembel itu dengan tak berdaya. Jutaan panah berapi menembus organ tubuhnya, entah darimana asalnya. ia tak bisa apa-apa. Tertawa tak bisa, tersenyum tak bisa, bahkan menangispun tak bisa. "Aku tak kuat lagi ya gusti!" teriaknya sambil mencabuti panah-panah yang menancap di tubuhnya. Leburan timah menghujani tubuhnya, menguliti badannya, merontokkan segala yang menempel padanya, ia hanya tinggal kerangka. Sesegera gembel itu kembali utuh seperti sedia kala dan dilempar kembali entah kemana.
     Dedaunan bermacam, pepohonan berpesta warna, rumput-rumput halus ia injaki. Pertama kalinya ia melihat macam tanaman di tempat yang tak ia kenal. "Ya tuhan, apa ini tipuan?! Apa ini jebakan?! Tapi ini sungguh bagus sekali" kini gembel meneteskan air mata yang dicampuri darah, entah karena apa. Tiba-tiba seberkas cahaya menjumpainya, seluruh semesta tunduk pada-Nya. "Mengapa kau hendak bunuh diri? Berarti kau mencoba mengambil hakku" suara itu terdengar dari apa yang tak berwujud dan tak bernama. "Tuhan...." lirih gembel sambil menangis "Aku tak tahan hidup seperti itu, aku masih bisa terima hidup dalam kemlaratan, aku terima menahan lapar, aku terima harus bergelap-gelap dalam malam, aku rela harus bakar tulang igaku. Tapi mengapa kau tega mengambil satu-satunya kebahagiaanku dalam dunia yang materialis itu?! Mengapa kau ambil?! " gembel menangis tak kuasa, sampai tubuhnya tergelempar di tanah yang telanjang. "Itu takdir, semua makhluk kuberi takdir" jawab yang bercahaya itu. "Tapi mengapa takdir yang kau buat padaku begitu berat?! Aku terlalu miskin buat memanggulnya, tuhan!" kulit-kulit pohon menangis terharu mendengar jawaban gembel itu. "Aku tak kuat tuhan! Di dunia kumenderita, disini kumenderita! Apa ini namanya keadilan? Apa ini yang dinamakan nikmat tuhan? Lantas semua orang berkata Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan. Apakah nikmat yang seperti ini tuhan? Apa yang seperti ini?! Jawab tuhan!" seluruh penghuni langit menangis, malaikat menundukkan kepala atas perintah-Nya, izazil-izazil ikut menangis terharu karena hidup gembel yang menderita. Namun ia tetap tak bertemu keluarganya yang kumal.
     Gembel itu terbangun di atas gunung dengan belati yang di genggamnya atas kuasa-Nya. Ia tersendak-sendak menangis tanpa henti. Mulutnya menganga, matahari terpukul karenanya dan memandang dengan pucat dari arah barat namun hanya malu-malu. Hujan muncul tak karuan tak tahu posisi. Basahlah tubuh gembel itu. "Dik, Bu, Pak!  Aku rindu kalian. Aku ingin bertemu tapi sulit rasanya. Tapi aku akan rutin menziarahi kubur kalian saban jum'at. Dan semoga aku bisa melangsungkan kenduri untuk kalian. Ucap gembel itu terharu sambil memandangi pesta warna di Langit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

T A K D I RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang