prolog

480 31 7
                                    

"Tidak. Aku tidak mau."

Seorang gadis menolak dengan tegas permintaan seorang wanita yang berada di depannya. Wanita itu terlihat memohon kepada sang gadis.

"Kookie, Eomma mohon, kali ini saja. Ya?"

Gadis berambut panjang hitam itu menggeleng. Wajah manisnya ia tekuk sedemikian rupa hingga membuat sang ibu gemas ingin mencubit pipinya pelan. Namun ia urungkan niatnya dalam-dalam. Keadaan mood putrinya sedang buruk saat ini.

Wanita itu mendesah, "Kookie sayang, sekali lagi Eomma mohon. Tolong mau ya?"

Mungkin jika ini adalah hal yang biasa, Jungkook pasti akan memeluk ibunya dan tanpa diminta pun, pasti Jungkook akan mengabulkan semua keinginan ibunya. Hanya saja untuk kali ini, sepertinya ia harus membangun tembok besar untuk hatinya.

Lagi, Jungkook menggeleng. Tangannya ia sedekapkan di depan dada.

Dan lagi, nyonya Jeon harus menghela napas sekaligus mendesah pasrah. Anaknya ini benar-benar sangat susah untuk di ajak berkompromi.

"Sayang, ini permintaan terakhir kakekmu. Apa kau ingin kakek tidak tenang di alam sana? Di alam baka?"

Jungkook mendengus, "Persetan dengan kakek. Salah siapa dia meminta hal yang aneh-aneh di detik-detik terakhir kematiannya."

"Kookie-yah! Kau tak boleh mengumpat!" Nyonya Jeon menatap tajam putrinya yang mengalihkan pandangan dari eommanya itu. Ia semakin menggembungkan pipinya yang membuatnya semakin terlihat manis. Mirip seperti kelinci.

Pandangan Nyonya Jeon semakin melembut. Ia mengambil salah satu tangan Jungkook yang lembut dan mengelusnya pelan.

"Kookie, Eomma mohon. Kali ini saja. Tolong kabulkan permintaan terakhir kakek, ya? Apa kau tega membuat Eomma-mu ini bersedih karena tak bisa mengabulkan permintaan terakhir kakekmu?" Nyonya Jeon masih mengelus tangan Jungkook yang perhatiannya mulai tertuju padanya, "Eomma tahu ini berat untukmu sayang. Tapi, tolonglah mengerti. Eomma hanya ingin mengabulkan permintaan terakhir Kakekmu. Hanya itu. Tidak lebih."

Jungkook mendesah pelan. Ia mengalihkan pandangannya dari ibunya. Ia tak ingin ibunya sampai memohon-mohon padanya seperti ini, tapi--

"Eomma, aku ini perempuan. Perempuan tulen! Kau yang melahirkanku kan? Kau pasti tahu dengan jelas siapa diriku. Jadi mana mungkin aku bersekolah di asrama laki-laki?!" Pekiknya frustasi.

Ya Tuhan! Terkutuklah kakeknya yang sudah tenang di alam baka!

Bagaimana bisa ia meminta wasiat untuk menyekolahkan setiap generasi keturunannya ke sekolah asrama laki-laki? Padahal kakek tahu bahwa dirinya itu perempuan.

Arghhhh!!! Kookie bisa mati muda kalau seperti ini terus!

"Eomma, asrama laki-laki-- eughh, itu...oh, Ya Tuhan! Eomma kau--"

"--Jika itu yang kau pikirkan, kau tenang saja. Kau tidak akan tinggal disana."

Jungkook mengerjap, "Maksud Eomma?"

"Aku-- akh kami sudah menyiapkan asrama khusus untuk kalian nanti." Kata Nyonya Jeon dengan senyum yang tak bisa di artikan oleh Jungkook.

Jungkook mengernyitkan dahi.

"Kalian?"

Nyonya Jeon mengangguk.

"Kalian siapa? Maksud Eomma tidak hanya aku saja?"

Nyonya Jeon kembali mengangguk.

"Katakan Eomma, siapa saja mereka?"

"Katakan padaku dulu, kau mau atau tidak?"

Jungkook mendesah, entah yang keberapa kalinya. Ia memijit keningnya. Sungguh! Jungkook sangat pusing. Ia menatap wajah ibunya yang begitu berharap padanya. Menghembuskan napas berat, ia amati wajah wanita yang telah melahirkannya itu.

Akh! Ini benar-benar perang batin yang menyebalkan!

Mulutnya terbuka, namun tak ada satupun kata yang keluar. Tenggorokannya seperti tercekat. Ia memutuskan kontak mata dengan ibunya. Mencoba berpikir jernih.

Jungkook tak ingin menerima keputusan ini. Tapi ia juga tak bisa melihat ibunya bersedih.

Apa yang harus aku lakukan Ya Tuhan?! Batinnya menjerit.

Pikirannya melayang. Jika ia masuk ke sekolah khusus laki-laki, itu artinya ia juga harus berpenampilan seperti laki-laki? Dan ia harus memotong rambutnya dengan model laki-laki?!

Ya Tuhan kuatkan Jungkook....

"Jadi?" Pertanyaan Ibunya memaksa Jungkook untuk kembali ke alam nyata. Ia menggigit bibirnya.

"Aku mau,"

Ya ampun, hanya dua kata itu yang mampu ia ucapkan setelah perang batin yang ia lalui?

Bisa lihat bagaimana Nyonya Jeon yang terlihat begitu bahagia setelahnya?

Mungkin itu bisa sedikit mengurangi kegundahan hati Jungkook

"... Jangan salah paham Eomma. Aku melakukan ini karena kakek. Aku tak ingin membuatnya mencoret namaku dari daftar keluarga di surga nanti."

"Terserah apapun itu alasanmu, Kookie. Tapi hanya satu yang kau perlu tahu, Eomma sangaaaaat bahagia."

Ah, berkorban sekali-kali untuk orang yang kita cintai bukan masalah 'kan?

"Kalau begitu, besok kita ke salon dan belanja ke mall. Kita harus merubah penampilanmu semirip mungkin laki-laki. Ya, harus."










Bolehkah Jungkook menarik kembali ucapannya tadi?



-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-

Cuap-cuap Author :

Aloha!!!

Selamat datang di fanfiction perdana ku. Ini masih prolog ya. Jadi lanjutannya masiiiiiiiihhhhhh panjang. Kkkkkk.

Btw, daku disini masih newbie. Jadi mohon maaf bila ada tutur kata yang kurang berkenan#lo kira ini pidato!!!

Dan aku juga mau njelasin.

Disini Kookie itu cewek.

WHYYYYYY???!!!!!!

Yah, itu karena aku masih belum bisa buat fanfic yang boy×boy. Belum bisa nge-feel. Padahal aku biasa baca yang kek gituan...khukhukhu.

Di maklumin aja ya....

See you next chapter....

Salam,

Istrinya Taehyung.

Gak deng, abang tae cuman buat adek kookie seorang.

Benar-benar See you....

Marshmallow (Taekook- Jungkook GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang